x

Iklan

Geza Bayu Santoso

Philosophy Student, Faculty of Ushuluddin and Islamic Thought, State Islamic University Sunan Kalijaga Yogyakarta
Bergabung Sejak: 26 April 2023

Jumat, 29 September 2023 07:07 WIB

Menyimak Adu Gagasan Adiluhung Para Bacapres di Kampus

Politik kita hari ini menuju Pemilihan Umum 2024 kali ini nampak jauh lebih baik ketimbang Pemilu 2019. Saat itu kita tak pernah merasakan gagasan konkrit dari para bakal calon presiden. Dari kampus, tiga kandidat saat ini rajin beradu gagasan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Politik kita terutama menuju Pemilihan Umum 2024 nampak jauh lebih baik ketimbang pemilu sebelumnya. Dalam Pemilu 2019 kita tak pernah merasakan gagasan konkrit dari para bakal calon presiden. Indonesia justru mengalami polarisasi yang menyebalkan. Sebagai bangsa yang besar, kita nampak terus belajar dari masa lalu, sosial media tak sepanas biasanya, netizen jauh lebih dewasa, dan anak muda nampak lebih peduli dengan agenda elektoral.

Saya bersepeda menuju Grha Sabha Pramana. Sengaja tidak naik motor karena ingin slow living saja saat on the way. Beruntung, saya merasa beruntung karena mendapatkan tiket 3 Bacapres Bicara Gagasan, sekolah politik hasil kerja sama Mata Najwa dengan Universitas Gadjah Mada, banyak kawan dekat saya yang tak beruntung, bahkan salah satu kerabat yang saat ini masih jadi mahasiswa Fisipol UGM juga mengeluh tak mendapatkan tiket masuk. 

Antrian masuk gedung mengular panjang, antusias anak muda untuk mendengar gagasan pemimpin bangsa tak bisa dibendung. Bahkan, banyak yang tidak kebagian tempat duduk. Saat saya datang, Grha Sabha Pramana lantai dasar sudah penuh, saya coba naik ke lantai dua dan ternyata sudah penuh juga. Beruntung, saat turun dari lantai dua, ada satu kursi kosong yang tersedia, kursi paling belakang di lantai dasar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menyimak dengan seksama gagasan serta jawaban 3 bakal calon presiden. Dimulai Anies Baswedan dengan taji akademisi yang mengagumkan. Lalu dilanjutkan penampilan Ganjar Pranowo dengan pengalaman politik praktis yang aduhai. Untuk selingan, komika ternama Pandji Pragiwaksono tampil menghibur. Terkahir muncul Prabowo Subianto yang tak mampu menyembunyikan ketegasan dirinya sebagai mantan prajurit elite Indonesia.

Spill Gagasan Bacapres

Anies Baswedan, diferensiasi dengan bacapres lain adalah saat dirinya menyampaikan gagasan tanpa slide. Pak Ndul ahlinya ahli intinya inti pernah bilang, mereka yang presentasi dengan power point adalah manusia yang tidak punya power dan point. Meski tak begitu ramai di sosial media, keputusan Anies untuk tidak menggunakan slide saat sesi spill gagasan layak kita acungi jempol, pekerjaan semacam ini menunjukkan kematangannya sebagai pemimpin.

Retorika saat menjawab pertanyaan, bagaimana dia membangun jembatan cerita, dan tanggapan atas isu kontemporer anak muda, masih jadi yang terbaik ketimbang bacapres lain. Anies banyak berkaca pada capaian yang sudah ia lakukan saat jadi Gubernur DKI Jakarta, meski jawaban yang ia lontarkan masih sangat general dan terlihat main aman, ia jadi sosok yang paling kuat dengan gagasan, sungguh manis mulut Pak Anies.

Tuduhan negatif yang tersemat pada dirinya tak begitu substantif, hanya berkutat pada dakwaan terlalu mbulet dan bertele-tele. Anies tak banyak melakukan blunder, relevansi jawaban yang ia tawarkan sangat baik, misal saat dirinya mengangkat isu middle class struggle dalam dunia pendidikan. Problematika yang tak banyak disentuh media tapi dirasakan oleh banyak mahasiswa.

Ganjar Pranowo, politisi dengan storytelling terbaik yang pernah dimiliki Indonesia, saat sesi spill gagasan, aura perjalanan panjang dirinya sebagai politisi tak dapat ditutupi. Nyaris mulus tanpa beban, gagasan adiluhung disampaikan dengan jelas, ceria, menyenangkan, dan eye catching. Entah dibentuk tim sukses atau semesta, Ganjar Pranowo adalah bacapres dengan komunikasi publik paling relevan sejauh ini.

Narasi positif yang banyak diteriakkan oleh pendukungnya adalah Ganjar si paling solutif dan punya ketegasan saat menjawab pertanyaan dari Najwa Shihab. Namun, sayang sekali, sangat disayangkan, ia blunder karena memakai logika hirarkis. “10 besar lulusan terbaik itu jadi dosen, masa jadi MC?” pernyataan ini banyak digoreng karena logika hirarkis menuntut adanya kelas, profesi ini jauh lebih baik dan itu tidak. Sudah banyak pendukung Ganjar yang mengklarifikasi pernyataan ini, namun kesalahan yang sudah FYP, sulit diluruskan ulang.

Secara pribadi, memang sudah seharusnya kampus diisi oleh orang terbaik,  manusia berkualitas harus ada yang jadi dosen, harus ada yang terjun jadi aktivis, mendidik masyarakat sipil agar mampu bernegosiasi dengan negara. Tak semua orang baik harus masuk parlemen, jika 10 lulusan terbaik dipaksa untuk masuk dan terlibat dalam politik praktis, keseimbangan demokrasi bakal goyah, sebab masyarakat sipil diisi oleh manusia “kelas dua”. Kampus sebagai laboratorium pengetahuan, sudah seyogianya diisi oleh manusia terbaik.

Prabowo Subianto, pemimpin dengan ketegasan tiada tanding, lihat saja saat dia memaparkan gagasan untuk Indonesia emas 2045, straight to the point, tak banyak membangun jembatan cerita, konkrit dan pragmatis. Banyak menuai tepuk tangan dari penonton karena memang penyampaian praktis, mudah dipahami oleh publik. Namun, bagi sebagian orang, gaya komunikasi semacam ini kurang menyenangkan,  nampak seperti bualan utopis dari mulut calon pemimpin.

Petinggi Partai Gerindra ini memang layak dijadikan headliner, Prabowo berhasil menghibur penonton dengan joget khasnya setelah menjawab pertanyaan. Momen ini ramai diperbincangkan hingga muncul komentar bahwa Prabowo bacapres paling chill. Namun, banyak juga netizen yang iba dengan Prabowo, ia dinilai tidak siap menjawab pertanyaan, grogi, panik, dan kurang persiapan.

Memang usia tak bisa berbohong, Prabowo jadi satu-satunya bacapres yang kelabakan saat menjawab beberapa pertanyaan, terutama yang menyangkut isu-isu terkini: kesehatan mental, kebebasan berekspresi dan UU ITE. Tak banyak buzzer yang membela blunder  Prabowo, di sosial media khususnya twitter dan tiktok, pendek pengamatan saya, Prabowo adalah bacapres yang buzzer politiknya jarang berdebat. 

Refleksi Pemimpin

Sesi refleksi jadi hal menarik untuk diperbincangkan, sebab tak mungkin bisa jadi pemimpin yang benar jika bakal calon presiden ini tak mengenal siapa dirinya. Selalu ada yang baru di Mata Najwa, momen para calon pemimpin yang berdiri di depan kaca lalu diminta untuk berbicara sekaligus merefleksikan diri sebagai manusia, adalah hal baru yang sudah seharusnya ada. Kita sudah terlalu bosan melihat para pemimpin dari sudut pandang akrobat politik.

Anies Baswedan, nampak kelabakan saat diminta untuk merefleksikan diri di depan cermin. Namun, keraguan publik dijawab tuntas saat Anies bercerita dengan bayangan dirinya. Keputusan untuk mengawali kisah dari masa kecil saat bermain bola di Lapangan STO, kini Lapangan Pancasila tempat berdirinya Grha Sabha Pramana, jadi premis yang begitu dekat bagi para penonton, terutama yang hadir secara langsung. Anies menyihir para audiens dengan cerita 2 menit 48 detik.

Saya menyimak dengan seksama refleksi Anies Baswedan, merinding dan kagum dengan retorika yang dibangun, tanpa sadar menggelengkan kepala sebagai bentuk kekaguman terhadap apa yang disampaikan Anies. Ceritanya bukan hanya bagus, tapi begitu emosional karena dirinya punya pengalaman panjang di Universitas Gadjah Mada, ia bisa membeautifikasi cerita saat kecil, menjadi mahasiswa baru, ketua panitia ospek, ketua senat, dan menjahitnya sebagai jembatan kesiapan untuk memimpin 275 juta rakyat Indonesia.

Ganjar Pranowo. “Sesuatu yang tidak bisa saya lupakan adalah pesan kedua orang tua saya, kalau soal jabatan: "Njar, jangan pernah kamu kejar, kalau itu takdirmu, laksanakan dengan baik, jangan pernah korupsi, bismillahirrahmanirrahim.” Refleksi singkat Ganjar ini berkaca pada pesan kedua orang tuanya, hal yang begitu dekat dengan kita semua, apapun yang berkaitan dengan nasihat ibu, pasti menemukan jalan untuk sampai pada relung hati tiap manusia.

Refleksi yang singkat, padat, dan jelas. Penegasan jangan pernah korupsi makin mempertebal gagasan Ganjar untuk menguatkan KPK. Keberpihakan dan ketegasan para pemimpin terhadap isu korupsi mesti terus kita dengar suaranya, sebab masalah bangsa bernama korupsi bukanlah problematika yang sederhana, kejahatan satu ini membunuh bangsa dengan pelan,  bergerak sunyi melumpuhkan pembangunan sumber daya manusia, korupsi adalah musuh bersama yang suara pemberantasannya musti terus kita bicarakan.

Prabowo Subianto, sedikit lebih beda lebih baik adalah kalimat yang cocok untuk dirinya, menolak refleksi di depan cermin adalah keputusan yang menjadikan Prabowo berbeda dengan bacapres lain. Mungkin ini juga jadi bagian atau bentuk ketegasan dia sebagai pemimpin bangsa yang punya latar belakang militer. Tak bisa disetir, bukan boneka partai, dan menjadikan rakyat sebagai refleksi diri adalah nada positif yang muncul dari para pendukung Prabowo.

Tak ada yang salah dari sikapnya, refleksi yang ia sampaikan jadi modal yang baik untuk kita semua, bahwa menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang bermartabat, terhormat, dan punya kesiapan bernegosiasi dengan dunia, adalah perjuangan tiada akhir yang harus kita perjuangkan. Melihat refleksi Prabowo, mengingatkan saya kepada sosok founding father bangsa Indonesia, dia adalah Bung Hatta.

Sebuah pesan yang saya dapatkan saat menonton Monolog Kebangsaan Pandji Pragiwaksono. “Mohammad Hatta, mengkritik Pemerintah Belanda, ditangkap di Belanda, disidang di Belanda, dengan Bahasa Belanda. Di depan orang Belanda, ia membuat pidato pembelaan berjudul Indonesia Merdeka.” Bung Hatta hanya ingin berbicara kepada kita semua, bahwa hanya satu tanah yang layak kita bela, tanah suci itu bernama Indonesia.







Ikuti tulisan menarik Geza Bayu Santoso lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB