x

Bangunan Sekolah Ambruk Anak Nelayan Ujian Sekolah di Alam Terbuka

Iklan

Rina Firsty Nabila

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 9 Oktober 2023

Selasa, 10 Oktober 2023 07:11 WIB

Revolusi Pendidikan Indonesia Menghadapi Rendahnya Mutu Pendidikan

Pelatihan guru dilakukan juga secara berkala dengan dukungan pemerintah demi peningkatan kualias pembelajaran. Namun yang menjadi pertanyaan kini, pembelajaran yang seperti apa yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pendahuluan

Keragaman yang dimiliki negara Indonesia mulai dari budaya, suku, bahasa, agama, dan banyak hal lainnya sudah bukan menjadi rahasia bagi seluruh dunia. Menurut Made (2018), Indonesia terdiri atas multi etnis (suku bangsa) yang menjadi warisan budaya selama berabad-abad sehingga menjadikan Indonesia sebagai negara multikultural yang tidak ada duanya di dunia. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat besar di Asia Tenggara dan dikenal dengan ribuan pulau yang menjadikan negara indonesia sebagai  negara yang kaya akan keberagaman. Dengan keadaan geografis yang demikian, menjadikan Indonesia terus menerus menyesuaikan sistem mulai dari sosial, sekonomi, budaya, termasuk sistem pendidikannya.

Pendidikan merupakan hal terpenting bagi seiap negara agar dapat berkembang dengan pesat. Pendidikan di Indonesia terus menemui permasalahan di setiap tahap perkembangannya. Menurut Megawanti (2015), kesalahan yang paling mendasar dari pendidikan di lingkungan keluarga adalah kurangnya apresiasi dari segala pihak dalam penanaman nilai yang baik dan nilai kepemimimpinan. Sedangkan untuk menghidari permasalahan dalam pendidikan, di dalam proses pendidikan anak juga memerlukan partisipasi dari berbagai pihak terutama orang tua.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Permasalahan pendidikan lain menurut Agustin (2020), dikarenakan lemahnya sistem pendidikan yang dilakukan dari segi pengajaran, pembelajaran, proses belajar peserta didik, pembiayaan pendidikan, dan sarana dan prasarana yang belum merata. Pendidikan karakter yang belum mencapai target juga mempengaruhi sistem pendidikan di Indonesia. Masih banyak masyarakat di Indonesia yang memiliki kualitas moral yang rendah bahkan dilakukan oleh orang dewasa yang seharusnya menjadi panutan bagi anaknya. Namun tidak sampai disini, masih banyak faktor yang mempengaruhi kualitas dan mutu pendidikan di Indonesia.

Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia dapat dibuktikan dari berbagai ajang survei seperti PISA dan TIMSS yang diikuti oleh beberapa negara termasuk indonesia. Pada ajang TIMSS tahun 2007, Indonesia menenmpati posisi 41 dari 48 negara dengan raa-raa skor yang diperoleh peserta didik di Indonesia adalah 397. Dimana skor ini masih jauh dari rata-rata skor inernasional yakni 500 (Setiawan, 2015). Selain itu pada hasil survei PISA tahun 2019 lalu, Indonesia menempati posisi yang rendah yakni ke-74 dari 79 negara lainnya yang memngikuti survei. Dengan kata lain Indonesia berada di posisi ke-6 paling rendah (Hidayah, 2022).

Masalah pendidikan di Indonesia dibedakan menjadi masalah lingkup makro dan mikro (Sujanto, 2021). Dalam lingkup makro meliputi kurikulum ang terlalu kompleks, pendidikan tidak merata, masalah penempatan huru, rendahnya mutu guru, dan biaya pendidikan yang mahal. Sedangkan dalam lingkup mikro meliputi metode belajar yang monoton, sarana dan prasarana kurang memadai, dan rendahnya prestasi peserta didik.

Masalah pendidikan ini sebenarnya telah terjawab dari puluhan tahun yang lalu melalui pemikiran Ki Hajar Dewantara. Dan kini, merupakan saat yang tepat untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia melalui buah pemikiran bapak pendidikan Indonesia yakni bapak Ki Hajar Dewantara.

Dasar Pendidikan Ki Hajar Dewantara

Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan merupakan proses menuntun anak terhadap segala kekuatan kodrat anak untuk mencapai keselamatan dan kebahagian sebagai manusia dan masyarakat di lingkungannya. KHD mengolaborasikan pendidikan terkait kodrat alam dan kodrat zaman sebagai berikut :

 

“Dalam melakukan pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu diingat bahwa segala kepentingan anak didik baik mengenai hidup probadi maupun hidup kemasyarakatannya, jangan sampai meninggalkan segala kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan, baik pada alam maupun zaman. Sementara itu, segala bentuk, isi, dan wirama (yakni cara mewujudkannya) hidup dan penghidupannya seperti demikian, hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar-dasar dan asas-asas hidup kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan”

(Ki Hajar Dewantara, 2009, halaman 21)

 

Tujuan dari pendidikan KHD adalah menuntun segala kodrat anak yang disesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Dengan kata lain, pendidikan menyesuaikan kodrat alam dan kodrat zaman yang dilakukan anak sebagai peserta didik di abad 21 tidak sama dengan pendidikan di pertengahan dan akhir abad 20. Metode dan proses pembelajaran yang dilakukan akan berbeda menyesuaikan dengan karakter anak yang kian berubah. Kodrat alam mengacu pada prinsip dasar alam semesta seperti fisika, biologi, dan ekologi yang membantu mereka memahami cara alam bekerja. Sebagai contoh pembelajaran yang menyesuaiakan kodrat alam adalah menekankan bahwa anak juga perlu mamahami bahwa manusia sangat bergantung pada alam untuk bertahan hidup seperti makanan, air, energi dengan pengolahan yang berhubungan dengan lingkungan alam. Selain itu juga dapat dilakukan pembelajaran yang berbaur dengan alam dalam proses berkarya, membuat karangan, dan berhitung. Seperti halnya mengukur jarak pohon A dan pohon B, dan masih banyak lagi pembelajaran yang dapat dilakukan dengan menyesuaikan terhadap alam.

 Begitu juga untuk penyesuaian kodrat zaman. Kodrat zaman mengajarkankan anak-anak untuk dapat berpikir kritis, memecahkan masalah, dan berinovasi. Mereka perlu memahami tantangan dan permasalahan yang mereka hadapi di zamannya. Sehingga kodrat zaman mengajarkan anak untuk menghadapi perubahan zaman dengan merencanakan serta mempersiapkan diri untuk masa depan yang masih belum pasti. Seperti media pembelajaran kini tidak hanya terbatas pada buku bacaan dan buku latihan saja. Pembelajaran dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi yang ada sehingga semangat belajar peserta didik dapat meningkat dengan proses pembelajaran yang tidak monoton. Dengan perubahan sederhana ini saja sudah jelas bahwasanya penyesuaian pendidikan dengan kodrat alam dan kodrat zaman akan menghasilkan dampak yang cukup baik bagi pendidikan di Indonesia.

Dalam tahap memberikan pendidikan kepada anak, juga memerlukan tahapan yang baik. Tahap proses pembelajaran yang berbeda akan mencetak hasil yang berbeda pula. Ada baiknya kita menerapkan dasar Tri-Mong dalam menuntun anak, yakni sebagai berikut :

  1. Momong, dalam memberi pendidikan dan menuntun anak perlu kita menyikapinya dengan penuh kasih sayang. Nyatanya banyak orang tua yang memperlakukan anak dengan semen-mana dan sangat kasar. Hal ini dapat saja mempengaruhi mental anak atau bahkan menjadikan anak tersebut memberikan umpan balik dengan kasar juga.
  2. Among, dalam memberi pendidikan dan menuntun anak perlu kita dalam memberi contoh. Tidak hanya penyampaian contoh yang baik namun kita juga perlu mencontohkan. Karna kodrat anak sebetulnya akan lebih menanamkan pembelajaran dengan melihat apa yang ada disekitarnya bukan hanya mendengarkan.
  3. Ngemong, dalam memberi pendidikan dan menuntun anak perlu kita mendampingi anak untuk mengembangkan potensinya. Apapun yang sekiranya telah menjadi potensi anak, perlu dorongan untuk mereka mengembangkannya bukan malah menjatuhkan mental dan mengembangkan potensi yang sebaiknya menurut kita sebagai orang tua atau guru.

Dengan garis besar pendidikan, hal terpenting pertama dalam proses pembelajaran adalah anak harus mengetahui. Setelah itu anak harus merasakan, melalui gambaran visual ataupun mencontohkan sehingga anak dapat mengimplementasikan/melakukan apa yang menjadi pembelajarannya.

 

Peran Guru dalam Pendidikan

Peran guru sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Seorang guru perlu terus menerus mengembangkan ketrampilannya dalam bidang akademis maupun kepemimpinan yang sangat diperlukan dalam mengelolah kelas. Hal ini bertujuan untuk menjadikan guru sebagai agen perubahan yang efektif. Pelatihan guru dilakukan juga secara berkala dengan dukungan pemerintah demi peningkatan kualias pembelajaran. Namun yang menjadi pertanyaan kini, pembelajaran yang seperti apa yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia?

Bapak Ki Hajar Dewantara juga mnyampaikan bahwasanya pendidikan yang baik pendidikan yang berpihak pada peserta didik. Sehingga peran utama guru dalam dalam melaksanakan pembelajaran adalah menjadi fasilitator yang baik. Guru perlu melakukan pembelajaran yang berpihak pada peserta didik dengan mengetahui kebutuhan dan potensi peserta didik. Dengan kata lain pembelajaran yang baik adalah peserta didik yang memerdekakan peserta didik. Memerdekakan ini ditujukan untuk peserta didik agar dapat memilih pembelajaran dan asesmen yang sesuai minatnya sehingga peserta didik merasa lebih senang dan lebih mudah menurut pribadinya. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan asesmen diagnostik secara kognitif maupun non-kognitif di awal pembelajaran untuk dapat mengetahui minat dan tingkat kemampuan peserta didik. Dengan cara ini, guru dapat merancang pembelajaran yang baik dengen menyesuaikan kebutuhan peserta didik. Pembelajaran yang dilakukan dapat berdiferensiasi sesuai gaya belajar, kemampuan, atau juga metode pembelajaran yang diberikan demi memaksimalkan pemenuhan kebutuhan peserta didik. Selain itu, pembelajaran yang berpihak pada peserta didik juga dapat dilakukan dengan menerapkan kolaborasi berkelompok, tugas proyek, pembelajaran kontekstual dengan lingkunagn sekitar, berbagai pilihan asesmen, pertanyaan terbuka dilanjutkan dengan diskusi, dan masih banyak lagi.

 

Pendidikan Manusia Indonesia

Dalam identitasnya, manusia indonesia merupakan sekumpulan manusia yang hidup dan tinggal di Indonesia dengan keberagaman nilai luhur yang lahir dari keberagaman budaya di Indonesia dan mengakar menjadi pedoman kehidupan. Manusia juga menjadikan pancasila sebagai landasan filosofis sebagai kebiasaan dan pedoman langkahnya. Hal mendasar yang dibutuhkan manusia adalah religiusitas yang mendorong tumbuhnya cara bersikap termasuk jujur, sederhana, dan cinta akan kebenaran. Sehingga hal utama yang mendasari nilai kemanusiaan Indonesia adalah nilai “Bhineka Tunggal Ika”, nilai pancasila, dan nilai relgiusitas

Keberagaman merupakan nilai khas yang telah mengakar menjadi identitas bangsa Indonesia. Bahkan ketika kita berinteraksi dengan baik pun telah mecerminkan nilai kebhinekaan yang menghargai keberagaman. Pengamalan dalam pendidikan juga dapat dirasakan dengan adanya perbedaan dan keragaman tradisi, kepercayaan, suku, ras, budaya, dan agama yang ada di dalam kelas. Guru berperan menuntun peserta didiknya dalam mengimplementasikan nilai kebhinekaan dalam menyikapi hal serupa. Hal ini juga juga berkaitan karna juga termuat dalam nilai pancasila dan nilai religiusitas

Pendidikan berperan sangat penting dalam membangun paradigma berpikir, bersikap, dan berprilaku sebagai bangsa Indonesia. Selain itu pendidikan juga berperan dalam melestarikan keberagaman untuk menjaga kesatuan dan keharmonisan sesama bangsa Indonesia. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan harus dibangun atas wawasan sejarah, kebudayaan, kebangsaan, kemanusiaan, pengetahuan, dan teknologi.

Kesimpulan

Dengan mengintegrasikan pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam bidang pendidikan merupakan langkah yang tepat dalam membangun dasar pendidikan yang kuat. Dengan begitu pendidikan di Indonesia akan dapat mencetak individu yang berpengetahuan, berkarakter, dan beretika yang siap berkontribusi di masyarakat.

Ikuti tulisan menarik Rina Firsty Nabila lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

12 jam lalu

Terpopuler