x

Iklan

Nada Fatharani Nadhirah

Penulis/penyair Indonesia
Bergabung Sejak: 10 Juli 2023

Senin, 30 Oktober 2023 10:29 WIB

Pendidikan Psikologi untuk Menanggulangi Isu Bunuh Diri Pada Remaja

Mirisnya, kasus bunuh diri sangat lekat kaitannya dengan orang-orang terdekat. Seperti kasus gantung diri yang dilakukan beberapa remaja karena permasalahan keluarga. Faktor risiko   bunuh   diri   pada   remaja   diantaranya, adalah  faktor  psikologis,   faktor   keluarga, faktor lingkungan,   faktor   biologis,   perilaku bunuh  diri  sebelumnya  dan  orientasi  seksual.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Teknologi masa kini, menjadi buah simalakama untuk semua generasi yang mengikuti arus melesatnya kemajuan teknologi. Penyebab mudahnya informasi tersebar luas dan terakses oleh siapapun, kapanpun, dan dimanapun kerap kali menjadi boomerang tersendiri bagi penggunanya.

Istilah Too Much Information (TMI) sudah tidak asing lagi diketahui oleh kalangan masa kini. Lebihnya porsi informasi terkadang memberikan dampak yang kurang baik untuk kesehatan fisik dan mental semua orang, khususnya remaja yang sedang dalam masa pengembangan emosional dan pencarian jati diri.

Menjadi generasi di era luasnya dan mudahnya informasi dapat diakses, menjadikan semua pribadi mestinya harus bijak memilah dan memilih informasi serta sejauh mana sosialisi wajar terjalin. Namun terkadang, kelalaian kita dalam membatasi diri menjadikan bencana yang secara tidak langsung diciptakan oleh sendiri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Peran media massa elektronik yang sangat besar dalam kehidupan sekarang ini, membuat remaja harus memacu diri mengikuti standar hidup yang meninggi. Kegagalan untuk mengikuti irama hidup yang terus berubah ini, menyebabkan mereka merasa tidak mampu mengikutinya. Sementara dorongan keluarga yang diharapkan bisa memupus perasaan itu, justru ikut menekan remaja. Kondisi seperti itulah yang akan memunculkan mereka berusaha keras untuk mengatasinya (Anam, C. 2008).

Begitu maraknya informasi terkait berbagai hal, seperti yang kerap dibahas akhir-akhir ini terkait Mental illness atau gangguan dalam kejiwaan. Jika di tilik dari salah satu sudut pandang, hal ini begitu positif dikarenakan minat dan kepedulian Masyarakat sekitar tentang topik ini belum ramai diketahui. Namun bagi kalangan remaja, hal ini terkadang menjadi penyebab dan validasi untuk melakukan self diagnosis atau memberikan diagnosis tersendiri perihal penyakit atau gangguan yang dialaminya, tanpa memastikan kepada yang ahli.

Munculnya istilah dan informasi terkait gangguan mental, memunculkan penyakit baru yang kerap kali dialami oleh remaja masa kini, yaitu menurunnya kepercayaan diri untuk bertahan hidup. Banyaknya kasus-kasus bunuh diri yang tersebar dimedia, dengan alasan yang serupa seperti korban bullying, perceraian orang tua, dan hal lain sebagainya menjadikan seorang remaja yang masih menjalani proses pematangan kejiwaan dan memiliki masalah serupa, serasa ditunjukan untuk ikut mengkahiri hidupnya sebagai jalan keluar.

Berdasarkan data Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Kepolisian RI (Polri), ada 971 kasus bunuh diri di Indonesia sepanjang periode Januari hingga 18 Oktober 2023. Data  WHO  (2015) menyebutkan, lebih dari   800.000   orang/tahun   melakukan   bunuh diri dan penyebab   kematian   kedua   di   Amerika Serikat  tahun  2013  adalah  bunuh  diri  remaja (CDC,  2016). Laporan    pada pertengahan tahun 2012 dari KomNasPerlindungan  Anak  menyebutkan  kasus  bunuh diri  termuda  terjadi  pada  usia  13  tahun.

Mirisnya, kasus bunuh diri sangat lekat kaitannya dengan orang-orang terdekat. Seperti kasus gantung diri yang dilakukan oleh beberapa remaja karena permasalahan keluarga. berupa tekanan dari orang tua, perceraian, ataupun kasus kekerasan terhadap anak. Kasus lain berupa perundungan yang dilakukan di lingkungan sekolah, permasalahan sosial dan kasus lain sebagainya. Faktor risiko   bunuh   diri   pada   remaja   diantaranya adalah:  faktor   psikologis,   faktor   keluarga, faktor lingkungan,   faktor   biologis,   perilaku bunuh  diri  sebelumnya  dan  orientasi  seksual (Stuart, dalam Nur Aulia 2016).

Penelitian Aulia (2016) menjelaskan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap ide bunuh diri pada remaja ialah faktor psikologis seperti depresi, kecemasan, stres, ketidakberdayaan dan penyalahgunaan NAPZA.

Hal ini seperti menunjukan ketidak merataan ilmu pengetahuan yang sesuai di seluruh kalangan. Baiknya, dewasa, remaja, maupun anak pra remaja diberikan pengetahuan yang cukup terkait bagaimana pentingnya Pendidikan yang sesuai dengan ranah psikologi. Cara orang tua mendidik anaknya, cara seorang anak beradaptasi terhadap lingkungannya, juga cara seorang remaja bergaul dengan sekitarnya, mestinya memiliki landasan yang cukup mempuni dari sisi Pendidikan psikologi. 

Pendidikan psikologi merupakan salah satu ilmu vital yang mestinya dimiliki setidaknya secara dasar oleh semua kalangan masyarakat, karena jika ditilik dari sudut penjelasan, psikologi berarti ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hubungan antar manusia. Hal ini mesti dibekali pada setiap individu, karena secara langsung maupun tidak langsung, semua individu pasti saling berinteraksi dengan yang lainnya.

Disebutkan sebelumnya bahwa kemerataan harus terjadi dalam ilmu pengetahuan, maksudnya Pendidikan psikologi ini mestinya secara dasar diberikan dari lingkup terkecil, seperti halnya keluarga. Upaya secara rutin yang membentuk sebuah kebiasaan baik seperti membenahi komunikasi antar sesama anggota keluarga, penyelesaian masalah yang baik dan efektif, serta penyaluran emosi yang tepat serta positif bisa menanggulangi terjadinya depresi ataupun stress pemicu munculnya keinginan bunuh diri. Selain itu, pembekalan dan pembentukan lingkungan yang sehat dilingkungan sekolah seperti penyuluhan bahayanya perundungan, serta sosialisasi berinteraksi secara baik dan sehat dengan teman teman bisa menjadi upaya yang efektif. Jika kebiasaan baik dan efektif terkait baiknya hubungan social dan keluarga yang terjalin, akan memunculkan hubungan kemasyarakatan yang sehat. Disamping itu, pentingnya psikologi Pendidikanpun  dibutuhkan, baiknya penyampaian ilmu pengetahuan yang sesuai dengan ranah psikologi mempengaruhi tersampaikannya ilmu pengetahuan dengan baik kepada penerimanya.

Maka dari itu, pentingnya Pendidikan psikologi sangat mempengaruhi terkait merendahnya kemungkinan keinginan bunuh diri muncul pada kalangan remaja. Upaya-Upaya yang bisa dilakukan dalam mencegah hal tersebut, dapat dilakukan dari ranah terkecil seperti keluarga maupun ranah yang lebih luas seperti masyarakat. Hingga semua individu dapat bekerja sama untuk menurunkan tingkat kematian akibat bunuh diri yang terjadi di Dunia, dan bersama sama menjalin kehidupan yang lebih baik untuk masa mendatang

 

 

Referensi

Anam, C. (2008). Peran keluarga dalam kasus bunuh diri anak dan remaja. Jurnal Humanitas5(2), 1693-7236.

Aulia, N. (2016). Analisis Hubungan Faktor Risiko Bunuh Diri dengan Ide Bunuh Diri pada Remaja di Kota Rengat Kabupaten Indragiri Hulu. Tesis S2 Peminatan Keperawatan Jiwa; Universitas Andalas

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/10/18/ada-971-kasus-bunuh-diri-sampai-oktober-2023-terbanyak-di-jawa-tengah

Ikuti tulisan menarik Nada Fatharani Nadhirah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu