x

Ilustrasi tulisan soal cerpen Mochtar Lubis

Iklan

Akhdan Yafie

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 31 Oktober 2023

Rabu, 1 November 2023 06:48 WIB

Kegelisahan Tokoh Isa dalam Novel Jalan Tak Ada Ujung Karya Mochtar Lubis

Isa menutup mukanya dengan kedua belah tangannya, dan mengerang perlahan-lahan. Dia tidak tahu. Tapi apa yang dirasanya sekarang ialah reaksi yang lambat yang sekarang timbul dari perasaan ketakutannya tadi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Karya sastra merupakan isi pikiran dan hati pengarang yang dijadikan suatu karya sastra seperti novel, cerpen, puisi dan drama. Bisa disebut sebagai suatu karya karena engarang merasakan langsung atau ;berada pada kejadian. Mochtar Lubis seorang jurnalis, wartawan dan penulis surat kabar pada harian Indonesia Merdeka.

Ia lahir di Padang, 7 Maret 1922, ia juga merupakan sastrawan dan juga jurnalis pada masa itu. Karena keahlian dan kemahirannya itulah yang membuat ia menjadi pemimpin majalah Masa Indonesia pada tahun 1947, majalah Mutiara, dan harian Indonesia Raya (1951-1974).

Jurnalistik dan sastra menempatkan dirinya sebagai pemimpin umum dan pemimpin perusahaan majalah Horison. Tulisan-tulisan nya pernah dicekal, karena di anggap membahayakan pemerintahan. Karena terlalu membahayakan ia di penjara pada tahun 1956-1966.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

            Novel Jalan Tak ada Ujung karya Mochtar Lubis terbit pada tahun 1952. Novel ini mengisahkan pada penjajahan Jepang dan adanya tentara NICA yang melakukan pembantaian. Pada penelitian ini menggunakan data kutipan seorang tokoh bernama Isa yang amat gelisah dengan kehidupannya. “Kalau aku yang kena, bagaimana dengan istri dan anakku,” pikir Guru Isa (Lubis, 1993:22).

            Pada kutipan di atas Guru Isa membayangkan betapa hancur keluarganya jika dirinya di tembak oleh tentara NICA, seakan-akan gelisah dan takut mengalir dalam hatinya.

Isa menutup mukanya dengan kedua belah tangannya, dan mengerang perlahan-lahan. Dia tidak tahu. Tapi apa yang dirasanya sekarang ialah reaksi yang lambat yang sekarang timbul dari perasaan ketakutannya tadi. Hari-hari depan yang kabur dan menakutkan. Keselamatan istri dan anaknya, penghidupan yang semakin mahal, gaji yang tidak cukup dan sewa rumah yang sudah dihutang tiga bulan… (Lubis, 1993:27).

Pada kutipan tersebut kegelisahan menjadi-jadi setiap harinya, membuat dirinya semakin takut dengan apa yang dipikirkan menjadi kenyataan.

Kutipan-kutipan yang di ambil memiliki pesan dan tokoh Isa memiliki kesan. Karena pada hakikatnya seorang laki-laki adalah pemimpin keluarga dan wajar apabila seorang Ayah yang memikirkan anak dan istrinya. Begitupun juga dengan realitasnya kehidupan. Tidak ada salahnya gelisah, akan tetapi jangan berlebihan ketika sedang gelisah. Merusak pikiran sendiri dan membuat diri tidak baik.

Ikuti tulisan menarik Akhdan Yafie lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu