x

Iklan

Anisa Nur Maharani

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 13 April 2022

Senin, 13 November 2023 06:18 WIB

Pekan Kebudayaan Nasional 2023: Menelusuri Estetika Seni Sastra dan Kebudayaan

Pekan Kebudayaan Nasional 2023 bertujuan untuk merayakan dan memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia, khususnya budaya Islam, kepada masyarakat luas.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pekan Kebudayaan Nasional 2023 adalah acara budaya yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia. Dalam acara ini, berbagai aspek budaya Indonesia dipromosikan dan dirayakan, termasuk seni, sastra, musik, tari, dan kerajinan tradisional. Pekan Kebudayaan Nasional 2023 hadir di 40 titik tersebar di Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Utara, Bekasi, Tangerang, Bogor, dan Kepulauan Seribu. Mulai dari kantor Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Galeri Nasional, Museum Kebangkitan Nasional, MBloc, PFN, Taman Suropati, Kampung Kali Pasir, Kelurahan Paseban, Kelurahan Galur, Pintu 6 Gelora Bung Karno, Taman Ismail Marzuki, Rubanah, Bundaran HI, Stasiun BNI City, Stasiun Palmerah, Gudskul, Pasar Cipulir, Kelurahan Ulujami, Blok M Square, Ateliar Ceremai, BKT Duren Sawit, Kongsi 8, Sanggar Anak Akar, Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 10, SMPN 195, Taman Mini Indonesia Indah, Kelurahan Penjaringan, Stasiun Tanjung Priok, Kampung Kranggan Bekasi, Grand Galaxy Park Bekasi, UIN Syarif Hidayatullah Tangerang, Stasiun Bogor, Taman Ekspresi Bogor, Alun-Alun Kota Bogor, dan Kelurahan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.
Pekan Kebudayaan Nasional 2023 yang diadakan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki tema 'Resonansi Budaya Islam dari Ciputat untuk Dunia'. Kegiatan ini terselenggara sejak hari Jumat, 20 Oktober 2023 sampai hari Sabtu, 28 Oktober 2023. Kegiatan ini melibatkan kerjasama antara Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dengan program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Acara ini mencakup berbagai penampilan seni dan pertunjukan budaya Islam, termasuk pembacaan puisi, monolog, pantun, musikalisasi dan dramatisasi puisi, dramatisasi cerpen, tari, dan masih banyak lagi. Para mahasiswa terlibat dalam transformasi seni dan alih wahana, di mana mereka mengambil karya sastra dan mengubahnya menjadi bentuk seni pertunjukan yang inovatif dan kreatif. Pekan Kebudayaan Nasional 2023 juga mencakup pembukaan ruang bacaan Danarto dan pojok Danarto, yang meresmikan karya-karya seniman dan sastrawan Indonesia, Danarto, yang memiliki fokus pada tema keislaman dalam karyanya.
 
Danarto adalah seorang seniman Indonesia yang dikenal sebagai penulis, pelukis, dan sastrawan. Ia lahir pada 27 Juni 1940 di Sragen, Jawa Tengah. Ia merupakan salah satu tokoh penting dalam dunia sastra Indonesia kontemporer. Karyanya seringkali menggabungkan unsur-unsur mistis dan spiritualitas Jawa. Danarto memulai kariernya sebagai seniman pada era 1960-an. Ia terkenal karena gaya penulisan yang sangat eksperimental dan penuh dengan unsur magis serta surealis. Dalam karya-karyanya, ia sering mengeksplorasi tema-tema spiritual dan keislaman. Salah satu karyanya yang terkenal adalah cerita pendek yang hanya berisi kata "Allah" sebanyak 1.015 halaman, sebuah karya yang sangat unik dan mencerminkan ketertarikannya pada aspek keagamaan. Ia tidak hanya menghasilkan karya sastra, tetapi juga seni visual yang memukau. Karya-karya Danarto terus dihargai dan dipelajari oleh para penggemar sastra dan seni di Indonesia. Para mahasiswa mempersembahkan pertunjukan-pertunjukan yang mencerminkan kekayaan budaya dan spiritualitas Indonesia, dengan menggunakan seni sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan mendalam kepada penonton. Secara keseluruhan, Pekan Kebudayaan Nasional 2023 bertujuan untuk merayakan dan memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia, khususnya budaya Islam, kepada masyarakat luas. Acara ini juga memberikan kesempatan bagi para mahasiswa untuk mengekspresikan kreativitas mereka melalui seni dan sastra, sambil menghargai dan mengapresiasi warisan budaya bangsa. Pada Pekan Kebudayaan Nasional dengan tema 'Resonansi Budaya Islam dari Ciputat untuk Dunia', berbagai pertunjukan seni dan rangkaian acara telah disajikan. Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta berpartisipasi aktif dengan menampilkan kreativitas terbaik mereka. Sejak awal acara, mahasiswa PBSI telah menghadirkan penampilan seni yang mengesankan dan memukau. Para mahasiswa ini berlomba-lomba untuk memperkenalkan karya-karya budaya Islam melalui pertunjukan yang mereka tampilkan.
 
Damono (2018: 9) Alih wahana merupakan kegiatan penerjemahan, penyaduran, dan perpindahan dari satu jenis kesenian ke jenis kesenian lain. Dalam Pekan Kebudayaan Nasional banyak para mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta terutama mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang melakukan sebuah transformasi seni atau yang sering disebut sebagai alih wahana.
Transformasi seni mahasiswa yang saya saksikan secara langsung dalam Pekan Kebudayaan Nasional ini adalah pertunjukan monolog yang dipersembahkan oleh Muhamad Rafi bersama UKM Sastra Akustik Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Monolog tersebut merupakan adaptasi dari cerpen Kuntowijoyo berjudul Dilarang Mencintai Bunga-Bunga. Rafi dan tim Sastra Akustik menghadirkan penampilan yang sangat mengesankan, di mana Rafi mengubah cerpen tersebut menjadi pertunjukan monolog yang sangat memukau. Pertunjukan ini sangat berkesan karena menjadi penampil terakhir dalam acara pembukaan hari pertama Pekan Kebudayaan Nasional. Transformasi selanjutnya dalam Pekan Kebudayaan Nasional melibatkan dramatisasi cerpen Umi Kalsum karya Djamil Suherman. Dramatisasi ini merupakan adaptasi dari cerpen Djamil Suherman yang terdapat dalam buku Kisah-Kisah Pesantren dari kumpulan cerpen Umi Kalsum. Penampilan cerpen Umi Kalsum ini dipersembahkan mahasiswa semester 5 kelas B dari program studi PBSI UIN Jakarta pada tanggal 23 Oktober 2023. Naskah drama ini dihasilkan oleh sekelompok mahasiswa kreatif seperti Anwar, Hanifah, Hesti, dan Rachmayanti. Mereka mentransformasi cerpen tersebut menjadi sebuah naskah drama dalam waktu yang terbatas.
 
Penampilan ini menjadi salah satu yang terbaik dalam Pekan Kebudayaan Nasional 2023 di ruang tamu UIN Jakarta. Uniknya, penampilan ini melibatkan empat puluh satu mahasiswa dari program studi PBSI UIN Jakarta. Para pemain termasuk Anwar yang memerankan karakter Amran, Sri sebagai Fatimah, Fikriyah sebagai Umi, Zikri sebagai Jamil, Zahra sebagai Zainab, Yulia, Mita, Rachel, Athiyyah, Dinni, Natasya, Nur Kholifah Palaloi, Falasifah, Jauza, dan Astri sebagai Santriwati; Tri sebagai Kyai, Najah sebagai ustadzah, Rafi sebagai H. Basuni, Rahmadayani sebagai mbok, Nurul sebagai Latifah, Kimberly, Rizkyana, Nailatunnajah, Sarah, Audi, dan Rita sebagai masyarakat desa, Abu sebagai Pak RT, Salma, Griya, Mutiara, dan Viny sebagai anak-anak, Anisah Rahmayanti, Regita, Nadhila, dan Hanna sebagai penjual bazar, Nadiya sebagai penjual sayur; Siva, Anisa Nur Maharani, Rachmayanti, Hanifah sebagai Ibu-ibu pembeli sayur sekaligus Ibu-ibu gosip. Meskipun panggung Pekan Kebudayaan Nasional tidak sebesar atau seindah panggung teater yang lainnya, tetapi kami tetap memberikan penampilan terbaik dan tetap mempertahankan semangat kami. Dengan hal ini, kami membuktikan bahwa kreativitas dan inovasi mahasiswa sangat penting, di mana kami, yang berjumlah empat puluh satu orang, harus mengubah panggung kecil ini menjadi panggung yang megah dan luar biasa.
Pekan Kebudayaan Nasional tidak hanya melaksanakan pembedahan kesusastraan Indonesia saja, melainkan juga membedah hubungan antara budaya Islam dan seni rupa. Dalam acara ini, dua aspek seni yang dibahas adalah seni kaligrafi dan berbagai karya seni dari dua seniman terkenal, yaitu Danarto dan Arahmaiani. Diskusi difokuskan pada resonansi budaya Islam dalam seni rupa, dan acara ini berlangsung pada tanggal 25 Oktober 2023 di ruang teater lantai 3 Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan UIN Jakarta. Acara PKN X PBSI ini melibatkan beberapa pembicara terkemuka, termasuk Dr. Didin Sirojuddin, seorang Kaligrafer Internasional, Hairus Salim Pengurus Yayasan Tikar Seni Budaya Nusantara Bandung, serta Annisa Rahadiningtyas, Asisten Kurator di National Gallery of Singapore.
 
Dalam diskusi awal, Didin Sirojuddin, seorang Kaligrafer Internasional, menguraikan dengan rinci keindahan dan makna yang tersembunyi dalam seni kaligrafi. Menurut pandangannya, kaligrafi bukan hanya sebagai bentuk seni visual semata, tetapi juga sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan tentang budaya, agama, dan nilai-nilai yang mendalam. Hairus Salim, seorang pengurus Yayasan Tikar Seni Budaya Nusantara Bandung, membahas bagaimana ilustrasi dalam cerpen-cerpen karya Pak Danarto terkait dengan tema resonansi Islam. Salah satu hal menarik yang diungkapkan adalah bahwa Pak Danarto sering menulis cerpen dengan nuansa sufistik. Hairus Salim menjelaskan bahwa cerpen-cerpen Danarto memiliki keunikan tersendiri, karena mendeskripsikan ceritanya secara sangat visual. Hairus Salim mengungkapkan bahwa Pak Danarto memiliki kecenderungan kuat untuk menggambarkan sosok malaikat dalam karyanya dan sering mengisahkan kisah-kisah yang melibatkan malaikat. Adapun Annisa Rahadiningtyas, Asisten Kurator di National Gallery of Singapore memperkenalkan konsep seni rupa Islam dan menggali lebih dalam mengenai seniman Arahmaiani, yang menjadi fokus pembahasannya dalam konteks resonansi budaya Islam dalam seni rupa. Annisa memaparkan bagaimana seni rupa Islam merentang lebih dari sekadar seni rupa tradisional atau kaligrafi. Arahmaiani, telah menciptakan karya-karya yang terinspirasi dari adanya peristiwa tersebut, tanpa mengambil makna yang sama sekali islamik dalam arti tradisional. Melalui bahasa Arab Jawi dan unsur-unsur yang mengingatkan pada budaya Islam.
Pekan Kebudayaan Nasional 2023 yang berlangsung di UIN Jakarta. Acara ini memang menampilkan berbagai bentuk seni dan sastra yang menggabungkan unsur-unsur tradisional dan kontemporer untuk mengenang dan menghormati karya-karya seniman dan sastrawan terkenal seperti Danarto, Djamil Suherman, dan Kuntowijoyo. Inisiatif mahasiswa dalam mengadakan transformasi seni, seperti pertunjukkan monolog, dramatisasi puisi, dan penampilan drama, menunjukkan kreativitas dan dedikasi mereka dalam menjaga warisan budaya dan seni. Melalui acara seperti Pekan Kebudayaan Nasional, mahasiswa memiliki kesempatan untuk menggali potensi seni dan sastra mereka, sekaligus menyebarkan pesan budaya dan spiritualitas Islam kepada masyarakat luas. Semoga keberhasilan dan semangat kreatifitas para mahasiswa dalam Pekan Kebudayaan Nasional ini dapat menginspirasi generasi mendatang untuk terus menghargai dan mengembangkan kekayaan budaya Indonesia.

Ikuti tulisan menarik Anisa Nur Maharani lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 jam lalu

Terpopuler