Rektor UMM Masuk Tim Kampanye Prabowo-Gibran; Mahasiswa Diam Rektor Senang
Kamis, 23 November 2023 08:23 WIBBergabungnya Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Fauzan ke dalam Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran merupakan bukti netralitas yang telah hilang dari sebuah perguruan tinggi. Ini adalah bukti ketidakprofesionalan representasi pemangku kebijakan tertinggi dalam perguruan tinggi. Ironisnya, mahasiswa kampus putih itu seolah diam dan membisu. Aktivisnya yang gagah tinggalah cerita.
Pasangan calon presiden Prabowo Subianto dan calon wakil presiden Gibran Rakabuming Raka resmi mengumumkan Tim Kampanye Nasional (TKN). Menariknya, Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Fauzan masuk dalam daftar tersebut.
Rektor UMM itu menjadi Wakil Ketua Koordinator Strategis TKN Prabowo–Gibran bersama 22 orang lainnya. Dilansir dari laman Times Indonesia, Fauzan membenarkan dirinya masuk TKN Prabowo – Gibran, akan tetapi belum mau memberikan pernyataan lebih.
Rektor merupakan representasi pemangku kebijakan tertinggi pada ranah perguruan tinggi. Dengan masuknya Rektor UMM sebagai TKN Prabowo–Gibran, menjadi bukti bahwa pendidikan hari ini sudah dimasuki oleh politik kekuasaan. Ini berpotensi melanggengkan politisasi pendidikan nantinya. Rektor UMM telah kehilangan netralitasnya.
Perlu diketahui juga, selain rektor banyak juga civitas akademika lain yang mengikuti jejaknya. Jadi jangan heran jika kedepannya mungkin akan terjadi manuver-manuver tak terduga yang dilakukan oleh orang-orang UMM.
Ini semua menimbulkan pertanyaan penulis: Sudah seberhasil apa Rektor UMM itu mengabdikan diri sebagai pemimpin dari salah satu Perguruan Tinggi milik Muhammadiyah? Jika dilihat dari prestasi-prestasi mendunianya, Humas UMM berhasil membuktikan kinerjanya dalam membentuk citra yang baik bagi universitasnya. UMM dikenal baik dan unggul lewat akreditasi hingga ke kancah internasional, Universitas Islam Terbaik di Dunia dan masih banyak lagi. Berbagai kegiatan kampus yang diselenggarakan membuat banyak mahasiswanya senang. Kegiatan kampus begitu padat, sehingga mahasiswa tidak memiliki waktu untuk berjalan-jalan ke Balai Kota.
Maksud dari premis-premis pada paragraf sebelumnya adalah fakta yang menjadi doa penulis, “Semoga hal ini bukanlah bagian dari rencana manuver rektor untuk mengincar kekuasaan.”
Disamping prestasi agungnya itu, jika pembaca mau melakukan observasi terhadap fasilitas-fasilitas yang ada di kampus putih ini, kemungkinan sudah barang tentu saudara akan menilai dan mulai bertanya-tanya mengenai kepantasan UMM menjadi kampus Islam terbaik di dunia. Berbagai permasalahan kampus yang terbengkalai seakan kurang seksi untuk diperhatikan oleh Yang Mulia Rektor sehingga ia lebih memilih berjalan menuju hingar bingar kekuasaan dengan tempo yang sesingkat-singkatnya.
Sebagai perguruan tinggi, UMM adalah kampus yang barang tentu tidak bisa lepas dari permasalahan, baik permasalahan di dalam maupun di luar. Ironisnya, mahasiswa UMM seolah apatis dan tidak banyak menanggapi kasus ini. Kegagahan mereka yang selalu dipertontonkan ketika kontestasi politik di dalam kampus serta suara dan keberanian mereka seolah hanya bualan semata. Apakah kesamaan latar belakang organisasi mahasiswa yang pernah dicemplungi capres dan cawapres menjadi salah satu penyebab mereka diam. Atau apakah sebenarnya mereka tidak diam dengan secara tersirat berpihak pada capres dan cawapres yang merupakan alumni organisasinya.
Yang jelas, sassus mengenai permasalahan-permasalahan kampus seakan telah lenyap dari panca indera mahasiswa UMM. Dua kemungkinannya adalah, bahwasanya panca indra mereka mengalami kecacatan akut atau mereka telah terhipnotis dengan kekuasaan.
Bagi penulis, tidak heran jika mahasiswa yang kini berteriak di persimpangan jalan akan tertawa di pelukan kekuasaan suatu hari nanti. Hal ini adalah DNA yang menjadi warisan dari pendahulu-pendahulu mereka. Konservatisme pemikiran telah menghipnotis mereka. Perjuangan-perjuangan yang dilakukan hari ini akan bermuara ke tempat yang sama. Muara yang penuh lumpur dan akan menjebak siapa saja yang berjalan diatasnya.
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Mengapa Buku Konvensional Tidak akan Tergantikan oleh Buku Digital?
Jumat, 7 Juni 2024 14:05 WIBKuno yang Kini
Sabtu, 25 November 2023 13:58 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler