x

Pekerja penyelamat membawa jenazah seorang anak yang ditemukan dari bawah reruntuhan rumah yang hancur akibat serangan Israel di Khan Younis di selatan Jalur Gaza, 16 Oktober 2023. REUTERS/Mohammed Salem.

Iklan

Aulia

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 18 Oktober 2023

Rabu, 29 November 2023 05:48 WIB

Simulasi dan Analisis Kejamnya Ledakan Bom Israel di Gaza

Radius gelombang ledakan bisa merusak bangunan beton bertulang dalam radius sekitar 3,6 km. Ini mencakup hampir seluruh wilayah Gaza City dan sebagian wilayah Ashkelon di Israel. Ledakan ini bisa menyebabkan kematian seketika pada manusia hingga yang berposisi sejauh sekitar 2,4 km. Mengerikan!

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pada tanggal 7 Oktober 2023, Israel melancarkan serangan udara ke Gaza, wilayah Palestina yang dikuasai oleh Hamas, gerakan perlawanan Islam. Serangan ini merupakan eskalasi dari konflik yang sudah berlangsung sejak 75 tahun yang lalu, yang dipicu oleh isu-isu seperti penjajahan, pemukiman, blokade, dan roket. Serangan ini juga merupakan respons dari Israel terhadap serangan roket yang dilakukan oleh Hamas.

Serangan udara Israel ke Gaza menggunakan bom-bom yang memiliki kekuatan ledakan yang sangat besar, yang bisa menghancurkan bangunan-bangunan dan menewaskan orang-orang di sekitar lokasi ledakan. Menurut perkiraan, bom-bom yang dijatuhkan Israel ke Gaza sejak 7 Oktober 2023 sampai sekarang sudah mencapai 40.000 ton, yang lebih dahsyat dari bom nuklir Hiroshima. Bom-bom ini menghancurkan ratusan bangunan dan menewaskan ratusan orang, serta menyebabkan kerusakan lingkungan yang parah.

Untuk memahami dampak ledakan bom yang dijatuhkan Israel ke Gaza, kita bisa menggunakan metode TNT Equivalency, yaitu metode yang menghitung efek ledakan berdasarkan perbandingan dengan bahan peledak TNT, yang merupakan bahan peledak kimia konvensional. Metode ini mengasumsikan bahwa semua bahan peledak memiliki efek ledakan yang sama per satuan massa, dan mengabaikan faktor-faktor lain seperti bentuk, ukuran, dan lokasi bahan peledak, serta kondisi lingkungan sekitar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut metode TNT Equivalency, efek ledakan bahan peledak bisa dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:

Gelombang ledakan: yaitu gelombang tekanan yang terbentuk akibat pelepasan energi yang cepat dan besar saat bahan peledak meledak. Gelombang ledakan bisa merusak bangunan, infrastruktur, tanaman, dan hewan di sekitar lokasi ledakan. Gelombang ledakan juga bisa menyebabkan korban jiwa, luka-luka, dan trauma pada manusia yang terkena dampaknya.

Panas: yaitu energi termal yang terbentuk akibat pelepasan panas yang besar saat bahan peledak meledak. Panas bisa menyebabkan kebakaran, luka bakar, dan kematian pada benda-benda dan makhluk hidup yang terpapar. Panas juga bisa menyebabkan perubahan iklim dan cuaca di sekitar lokasi ledakan.

Radiasi: yaitu energi elektromagnetik yang terbentuk akibat pelepasan radiasi yang besar saat bahan peledak meledak. Radiasi bisa menyebabkan kerusakan sel, mutasi genetik, dan penyakit kanker pada benda-benda dan makhluk hidup yang terpapar. Radiasi juga bisa menyebabkan kontaminasi radioaktif yang berdampak jangka panjang.

Menurut metode TNT Equivalency, komposisi efek ledakan dari bahan peledak konvensional, seperti bom yang dijatuhkan oleh Israel ke Gaza, dapat diuraikan sebagai berikut: ledakan itu sendiri menyumbang sekitar 40-50% dari total energi, radiasi termal mencakup 30-50% dari total energi, radiasi pengion memberikan sekitar 5% dari total energi, dan radiasi sisa menyumbang sekitar 5-10% dari total energi.

Dengan asumsi bahwa bom yang dijatuhkan oleh Israel ke Gaza memiliki komposisi yang setara dengan TNT, efek ledakan dari 40.000 ton bom dapat dihitung sebagai berikut: ledakan itu sendiri, yang menyumbang sekitar 40-50% dari total energi, akan setara dengan 16.000-20.000 ton TNT. Radiasi termal, mencakup 30-50% dari total energi, akan setara dengan 12.000-20.000 ton TNT. Sementara itu, radiasi pengion, yang berkontribusi sekitar 5% dari total energi, akan setara dengan 2.000 ton TNT. Terakhir, radiasi sisa, yang menyumbang sekitar 5-10% dari total energi, akan setara dengan 2.000-4.000 ton TNT.

Dalam perbandingan, bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima pada tahun 1945 memiliki kekuatan sekitar 15 kiloton TNT. Dengan demikian, efek ledakan bom Israel ke Gaza yang mencapai 40.000 ton sekitar 2,6 hingga 2,7 kali lebih besar dari bom nuklir Hiroshima.

Untuk memproyeksikan dampak ledakan bom yang dijatuhkan oleh Israel ke Gaza, dapat menggunakan NUKEMAP, sebuah situs web yang menyajikan simulasi efek ledakan bom nuklir berdasarkan metode TNT Equivalency. Dengan memasukkan data spesifik ke NUKEMAP, seperti yield sebesar 40.000 ton TNT, lokasi di Gaza City, Gaza Strip, tinggi peledakan di permukaan, dan efek yang ingin ditampilkan seperti blast udara, radiasi termal, dan fallout, kita dapat melihat hasil simulasi dari NUKEMAP untuk memahami potensi dampak ledakan tersebut.

Dari hasil simulasi tersebut, kita bisa melihat bahwa dampak ledakan bom yang dijatuhkan Israel ke Gaza sangat luas dan dahsyat, yaitu:

Gelombang ledakan: radius gelombang ledakan yang bisa merusak bangunan beton bertulang adalah sekitar 3,6 km, yang mencakup hampir seluruh wilayah Gaza City dan sebagian wilayah Ashkelon di Israel. Radius gelombang ledakan yang bisa menyebabkan kematian seketika pada manusia adalah sekitar 2,4 km, yang mencakup sebagian besar wilayah Gaza City dan sebagian wilayah Ashkelon di Israel. Radius gelombang ledakan yang bisa menyebabkan luka-luka parah pada manusia adalah sekitar 4,8 km, yang mencakup hampir seluruh wilayah Gaza City dan sebagian wilayah Ashkelon dan Sderot di Israel.

Panas: radius panas yang bisa menyebabkan luka bakar parah pada manusia adalah sekitar 9,6 km, yang mencakup hampir seluruh wilayah Gaza Strip dan sebagian wilayah Israel, termasuk Ashkelon, Sderot, Netivot, dan Kiryat Gat. Radius panas yang bisa menyebabkan kebakaran pada benda-benda yang mudah terbakar adalah sekitar 19,2 km, yang mencakup hampir seluruh wilayah Gaza Strip dan sebagian besar wilayah Israel, termasuk Ashdod, Beersheba, Ashkelon, Sderot, Netivot, Kiryat Gat, dan Ofakim.

Radiasi: radius radiasi pengion yang bisa menyebabkan kematian dalam beberapa minggu pada manusia adalah sekitar 1,2 km, yang mencakup sebagian wilayah Gaza City. Radius radiasi sisa yang bisa menyebabkan kontaminasi radioaktif yang berbahaya adalah sekitar 40 km, yang mencakup hampir seluruh wilayah Gaza Strip dan sebagian besar wilayah Israel, termasuk Ashdod, Beersheba, Ashkelon, Sderot, Netivot, Kiryat Gat, Ofakim, dan Rahat.

Namun, kita juga perlu menyadari bahwa hasil simulasi ini hanya berdasarkan asumsi dan perkiraan, yang mungkin tidak sesuai dengan kondisi dan situasi yang sebenarnya. Ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi tingkat efisiensi dan efektivitas bahan peledak yang digunakan oleh Israel, seperti bentuk, ukuran, dan lokasi bahan peledak, serta kondisi lingkungan sekitar. Ada juga banyak faktor yang bisa mempengaruhi tingkat kehancuran bangunan dan tingkat kematian akibat ledakan bom, seperti jenis dan kualitas bangunan, perilaku, kesadaran, dan kesiapsiagaan masyarakat, serta bantuan kemanusiaan, evakuasi, dan pengobatan dari pihak-pihak yang peduli.

Menurut data yang didapatkan dari berbagai sumber, angka kematian di Gaza akibat ledakan bom yang dijatuhkan Israel sejak 7 Oktober 2023 sampai sekarang mendekati 15.000 orang, yang lebih rendah dari hasil simulasi menggunakan NUKEMAP sebanyak 28.350 orang. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:

Reruntuhan yang dihasilkan dalam bongkahan besar: Bahan peledak yang digunakan oleh Israel adalah jenis bahan peledak yang memiliki kekuatan ledakan yang tinggi, tetapi memiliki kecepatan ledakan yang rendah. Bahan peledak ini menghasilkan gelombang ledakan yang singkat, tetapi kuat, yang bisa merobohkan bangunan dalam sekejap. Namun, bahan peledak ini juga menghasilkan reruntuhan yang dihasilkan dalam bongkahan besar, yang bisa memberikan ruang kosong atau celah bagi korban untuk selamat dan diselamatkan.

Perpindahan masyarakat dari lokasi bangunan yang kena serangan bom: Masyarakat Gaza sudah terbiasa dengan serangan-serangan Israel, yang sudah berlangsung sejak tahun 2006. Masyarakat Gaza sudah memiliki cara-cara untuk bertahan hidup, seperti membangun terowongan bawah tanah, mencari tempat perlindungan, atau berpindah ke daerah yang lebih aman. Masyarakat Gaza juga sudah memiliki jaringan komunikasi dan informasi, seperti radio, televisi, atau media sosial, yang bisa memberikan peringatan atau laporan tentang serangan-serangan Israel. Masyarakat Gaza juga sudah memiliki solidaritas dan gotong royong, yang bisa memberikan bantuan atau dukungan kepada sesama korban.

Adanya bom yang belum meledak: Tidak semua bom yang dijatuhkan Israel ke Gaza meledak dengan sempurna, karena ada kemungkinan terjadi kegagalan inisiasi, kegagalan transmisi, atau kegagalan detonasi. Kegagalan ini bisa disebabkan oleh faktor-faktor seperti kesalahan pengisian, kesalahan pengaturan, kesalahan pengamanan, atau gangguan dari luar. Kegagalan peledakan ini bisa mengurangi kekuatan dan efek ledakan bom, sehingga mengurangi jumlah korban. Namun, kegagalan peledakan ini juga bisa menimbulkan bahaya dan kerugian, seperti sisa bahan peledak yang berpotensi meledak lagi, fragmentasi yang tidak optimal, atau kerusakan lingkungan.

Catatan:
Tulisan ini bertujuan memberikan informasi dan pengetahuan kepada pembaca mengenai dampak ledakan bom yang dijatuhkan oleh Israel ke Gaza, artikel ini disusun melalui interaksi dan penyuntingan bersama dengan AI Chat dan mungkin saja mengandung kesalahan. Penulis berharap tulisan ini dapat meningkatkan kesadaran dan kepedulian pembaca terhadap konflik di Timur Tengah atau di mana pun di seluruh dunia yang telah menyebabkan tingkat kehancuran dan kematian yang menggemparkan. Selain itu, penulis berharap agar tulisan ini dapat mendorong pembaca untuk turut serta berkontribusi dalam mencari solusi damai.

 

Ikuti tulisan menarik Aulia lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

16 jam lalu

Terpopuler