x

Rocky Gerung.

Iklan

ayatullah khomaini

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 Desember 2022

Senin, 11 Desember 2023 10:18 WIB

Al Makin: Rektor Otoriter

Tetapi hari ini, saya menemukan contradictio in terminis antara apa yang ia tulis dengan apa yang ia kerjakan. Rektor Al Makin membatalkan sebuah acara yang akan dihadiri Rocky Gerung di GOR Tenis UIN Sunan Kalijaga (Suka).

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Saya sudah hampir selesai membaca buku Momong Kampus, sebuah kumpulan pidato Rektor Al Makin yang diterbitkan jadi buku. Ada satu istilah menarik di dalam buku itu, yaitu amor fati atau mencintai nasib. Artinya bahwa jika anda ditakdirkan menjadi budak, terimalah itu dengan senang hati. Jika anda ditakdirkan menjadi rektor, laksanakanlah tugas itu dengan sebaik mungkin. Maka jadilah pemimpin yang bijaksana, yang mengakomodasi semua pihak, menghargai pertemanan, terbuka dengan ilmu pengetahuan, dan begitu seterusnya. Kira-kira begitulah isi dari buku yang ditulis Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang sekarang.

Tetapi hari ini, saya menemukan contradictio in terminis antara apa yang ia tulis dengan apa yang ia kerjakan kemarin: membatalkan sebuah acara yang akan dihadiri Rocky Gerung dkk di GOR Tenis UIN Suka pada 10 Desember 2023. Sungguh keputusan yang kurang bijak karena tidak ada keterangan yang memadai mengapa acara tersebut mesti dibubarkan. Apa dasarnya rektor membatalkan acara diskusi? Karena dirinya tidak dimintai izin; karena tempatnya adalah lapangan tenis; karena berbahaya; karena acara politik; atau karena ada intruksi dari kementerian sana? 

Padahal sehari sebelumnya, UIN mengadakan talk show yang akan dihadiri oleh Sandiaga Uno; saya tidak tahu apakah si menteri itu hadir atau tidak, tapi yang jelas itu adalah acara politik. Tak terhitung banyaknya tokoh-tokoh politik yang datang ke UIN Suka untuk mengisi acara seminar dan lain sebagainnya; bukankah itu adalah aktivitas politik? Mengapa Rektor Al Makin tidak mencegah itu? 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tapi kenapa ketika yang akan hadir ke UIN Suka adalah Rocky Gerung, justru rektor Al Makin menghalanginya? Memangnya ada apa dengan Rocky Gerung? Padahal ia tidak membawa senjata laras panjang, tidak juga menyimpan senjata tajam. Kenapa mesti ditakuti? Ia hanya ingin berbagi ide dan gagasan. Ia hanya ingin supaya mahasiswa hidup dan tumbuh dalam kesadaran kritisisme. Supaya mahasiswa tidak menghamba kepada yang berkuasa. 

Inilah konsekuensi dari pemilihan rektor yang ditentukan oleh menteri: hasilnya adalah rektor-rektor yang otoriter, anti dengan perbedaan pendapat, semua orang yang kritis atas penguasa dimusuhi,  semua yang kritis tidak boleh datang ke kampusnya, semua yang kritis harus diberangus. Kampus pada akhirnya menjadi kampus tirani,  menjadi kampus yang eksklusif,  menjadi kampus yang tidak terbuka dengan perbedaan, dan menjadi kampus yang membebek pada penguasa.

Seorang teman dalam storinya menulis pesan yang cukup keras. Bunyinya begini: Kampus yang menolak memberi ruang persemaian bagi gagasan adalah kampus yang memulai sendiri kehancurannya. Bukan kehancuran gedung-gedung, melainkan kehancuran idealisme dan struktur berpikir; artinya memberangus nalar kolektif. UIN Jogja telah terpuruk, sejak rektornya memilih menjadi badut daripada menjadi seorang intelektual"

Ya, apa yang bisa diharapkan dari rektor semacam itu selain mahasiswanya jadi penakut dan tidak berani bersuara? Padahal pendidikan, menurut Paulo Freire, adalah praktik pembebasan. Pendidikan harus membebaskan pendidik dan yang terdidik dari perbudakan ganda berupa kebisuan dan monolog. Apalagi jadi budak kekuasaan. Tidak sudi.

"Ini kota pelajar, tapi rektornya kurang ajar". Rocky Gerung di Bento Kopi, 10 Desember 2023.

Ayatullah Khomaini 

(Alumnus UIN SUKA)

Ikuti tulisan menarik ayatullah khomaini lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler