x

Nadiem

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Selasa, 12 Desember 2023 11:06 WIB

Skor PISA Menurun, Bangga dengan Peringkat?

Misalnya Finlandia. Kemampuan membaca turun 30 poin, atau lebih dari dua kali lipat dari penurunan siswa Indonesia. Namun, mereka tetap di atas rata-rata skor OECD (476), yakni menjadi 490 dari sebelumnya skor 520.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bila tidak berbesar hati, mengakui kelemahan, kekurangan, kesalahan, dan kegagalan, jangankan ada celah untuk mencari pembenaran, tidak ada celah pun akan tetap mencari celah pembenaran. (Supartono JW.11122023)

Saya tidak kaget, pun tidak kagum bila sesuai hasil penilaian Programme for International Student Assessment atau Program Penilaian Pelajar Internasional (PISA) tahun 2022 yang diumumkan pada Selasa (5/12/2023), menempatkan Singapura sebagai peringkat 1 menggantikan posisi China di tahun 2018.

Saya juga menyebut, meski Singapura duduk di peringkat 1, sejatinya bila dibandingkan dengan Indonesia, tidaklah fair. Karena dari sistem penilaiannya, sudah ada perbedaan jumlah penduduk yang sangat signifikan. Dan, hal ini tidak perlu saya urai lebih panjang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun, melihat pemberitaan dan narasi-narasi menyoal hasil PISA Indonesia, saya sedih. Ada yang mencari-cari alasan. Ada yang membuat justifikasi, pembenaran-pembenaran yang tidak perlu. Sebab, memang faktanya hasil PISA Indonesia tetap belum sesuai harapan.

Tetapi tetap saja ada celah yang dimanfaatkan untuk sekadar membuat masyarakat yang tidak paham, senang.

Skor PISA Indonesia 2022 menurun tetapi peringkat Indonesia naik 5-6 level. Ini apa? Yang di sasar oleh Indonesia itu prioritasnya skor atau peringkat? Memang sesuai hasil PISA 2022, Indonesia dapat disebut beruntung, meski skornya menurun, tetapi peringkatnya malah naik.

Pasalnya, negara-negara lain juga mengalami penurunan skor. Jadi, peringkat Indonesia yang naik, apa hasil dari perkembangan Indonesia? Jawabnya tentu tidak. Karena hasil dari negara lain yang juga ikut turun.

Tetapi melihat kemampuan sendiri, skor Indonesia justru turun dan semakin jauh dari rata-rata global. Meski pun secara global skor kemampuan matematika, membaca, dan sains siswa berumur 15 tahun di 81 negara juga turun, termasuk di Indonesia.

Penilaian internasional terkait kemampuan matematika, membaca, dan sains di kalangan siswa dalam PISA ini dirancang oleh Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organization for Economic Cooperation and Development/OECD). Jujur saya prihatin akan adanya narasi yang dibuat oleh Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang justru sekadar mencari pembenaran, justru dapat menyesatkan, karena penurunan skor diabaikan dan bersembunyi di balik peringkat.

Sehingga, seolah-olah terjadi peningkatan signifikan. Padahal, faktanya terjadi penurunan skor PISA Indonesia.

Lupa?

Apakah Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi lupa? Sudah dikutip oleh berbagai media nasional, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2024, target skor membaca 392. Matematika turun 13 poin turun jadi 366 dari sebelumnya 379, sedangkan di RPJMN 2024 targetnya 388. Adapun skor sains turun 13 poin menjadi 383 dari sebelumnya 396 padahal target RPJNM skor sains 402.

Bahkan, dalam rancangan teknokratik untuk target PISA Indonesia pada RPJMN 2025-2029, skor yang ditetapkan lebih tinggi lagi. Skor membaca 409 dan matematika 419. Mengapa penurunan skor diabaikan? Sangat jelas, pengukuran PISA Indonesia, di RPJMN targetnya bukan peringkat, melainkan skor. Faktanya di 2022, skor Indonesia turun, bahkan semakin menjauh di bawah rata-rata global.

Catat! Pada 2022, PISA diikuti oleh 81 negara. Skor Indonesia di bidang matematika 366 (rata-rata global 472), di bidang literasi 359 (rata-rata global 476), dan di bidang sains 383 (rata-rata global 485). Jika melihat pencapaian skor PISA Indonesia sejak ikut pertama kali tahun 2000 hingga 2022, skor PISA 2022 termasuk terendah, terutama di membaca (359), pernah terendah di tahun 2000 dan 2018 (371).

Demikian juga skor matematika (366), pernah terendah tahun 2022 (360). Adapun untuk sains (383) relatif stabil. Penurunan skor PISA Indonesia tahun 2022 ini, mencerminkan krisis pembelajaran di Indonesia parah dan harus diatasi secara serius dan berkelanjutan.

Karena itu, pemerintah jangan membuat narasi seolah-olah kondisi pembelajaran relatif baik karena penurunan skor di bawah rata-rata internasional dan ada kenaikan peringkat. Simaklah sekali lagi! Skor membaca PISA 2022 turun 12 poin menjadi 359 dari tahun 2018 dengan skor 371.

Padahal, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2024, target skor membaca 392. Matematika turun 13 poin turun jadi 366 dari sebelumnya 379, sedangkan di RPJMN 2024 targetnya 388. Adapun skor sains turun 13 poin menjadi 383 dari sebelumnya 396 padahal target RPJNM skor sains 402. Bahkan, dalam rancangan teknokratik untuk target PISA Indonesia pada RPJMN 2025-2029, skor yang ditetapkan lebih tinggi lagi. Skor membaca 409 dan matematika 419.

Sekali lagi, terkait pengukuran PISA Indonesia, di RPJMN targetnya bukan peringkat, melainkan skor. Sementara, PISA yang dilakukan OECD tersebut sudah memasuki siklus kedelapan guna menentukan apa yang penting untuk diketahui dan dapat dilakukan oleh warga negara. PISA menilai sejauh mana siswa berusia 15 tahun menjelang akhir wajib belajarnya telah memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk partisipasi penuh dalam masyarakat modern.

Kemudian, hasil (PISA) setiap tiga tahun untuk pelajar berusia 15 tahun menguji pengetahuan dan kemampuan di bidang membaca, matematika, dan sains. Survei PISA 2022 fokus pada matematika dan kemahiran dalam bidang inovatif, yakni berpikir kreatif. Selain itu, penilaian PISA tidak hanya memastikan siswa dapat mereproduksi pengetahuan, tetapi juga memeriksa seberapa baik siswa mengekstrapolasi apa yang mereka pelajari dan dapat menerapkan pengetahuan itu di dalam dan luar sekolah.

Pendekatan ini mencerminkan fakta bahwa perekonomian modern memberikan penghargaan kepada individu bukan karena apa yang mereka ketahui, tetapi apa yang bisa mereka lakukan dengan apa yang mereka ketahui.

Tolong dicamkan! Hasil PISA 2022, Negara-negara maju yang sistem pendidikannya benar dan baik pun mengalami penurunan, tetapi kemampuan para siswa masih di atas rata-rata global. Misalnya Finlandia. Kemampuan membaca turun 30 poin, atau lebih dari dua kali lipat dari penurunan siswa Indonesia. Namun, mereka tetap di atas rata-rata skor OECD (476), yakni menjadi 490 dari sebelumnya skor 520. Bagaimana Indonesia? Dari 2018 ke 2022, semakin jauh dari skor rata-rata global atau skor OECD?

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu