x

Anies Baswedan, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo tampil dalam debat capres pertama di Kantor KPU, Jakarta Pusat, Selasa, 12 Desember 2023. YouTube/KPU

Iklan

Fabian Satya Rabani

Pelajar, model, dan atlet tinggal di Bandung, Jawa Barat. IG: @satya_rabani
Bergabung Sejak: 22 November 2023

Jumat, 15 Desember 2023 20:29 WIB

Debat Capres: Tidak Ada yang Menang!

Debat Capres (Calon Presiden) yang digelar pada Selasa, 12 Desember 2023 lalu tidak ada yang menang. Debat tersebut bersifat kompetitif yang bertujuan menumbangkan argumen lawan>

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Debat Capres (Calon Presiden) yang digelar pada Selasa, 12 Desember 2023 lalu yang mengangkat tema pemerintahan, hukum, hak asasi manusia, pemberantasan korupsi, penguatan demokrasi, pelayanan publik, penanganan disinformasi, dan kerukunan warga, tidak ada yang menang dari tiga Capres yang berdebat. Mengapa? Debat Capres tersebut bukanlah debat kompetitif yang bertujuan untuk menumbangkan argumen lawan, kemudian oleh juri disimpulkan siapa yang menjadi pemenangnya. 

Namun, melalui ajang debat itu, menurut pendapat penulis, masing-masing kandidat menunjukkan performance autentik kepada masyarakat Indonesia. Dengan demikian, masyarakat bisa lebih mengenal dan tahu identitas dan kompetensi tiap Capres itu. Jadi, masyarakat luas yang kemudian menilai, mana kandidat yang paling layak untuk dipilih. Penilaian yang objektif perlu dilakukan. Untuk bisa objektif, tentu perlu indikator yang jelas.  

Sesi pertama itu adalah sesi yang mungkin paling autentik. Untuk sesi selanjutnya, banyak orang sudah memberikan komentar, penilaian, masukan, pendapat, kritik, dan sebagainya dan bisa jadi akan memengaruhi  gaya penampilan masing-masing kandidat. Banyak hal yang bisa dijadikan indikator dalam menyimpulkan debat Capres pada sesi pertama. Beberapa hal di antaranya adalah sebagai berikut ini.

  1. Apakah rumusan visi dan misi sungguh jernih?
Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Visi adalah gambaran secara garis besar atau cita-cita yang akan dicapai di masa yang akan datang.  Sedangkan misi adalah langkah-langkah yang akan dilakukan untuk melakukan atau mewujudkan visi tersebut. Visi memiliki sifat yang lebih tetap, sedangkan misi lebih fleksibel. Sifat fleksibel membuat misi dapat berubah sesuai kebutuhan bergantung situasi dan kondisi yang ada. Misi dapat diubah ketika dalam perjalanannya dianggap tidak relevan lagi dengan visi. Visi biasanya dirumuskan secara singkat dan padat. Visi terdiri dari beberapa kalimat atau bahkan cukup dalam satu kalimat yang benar-benar mewakili gambaran cita-cita yang diinginkan.  Sedangkan, misi dirumuskan dalam beberapa kalimat sebagai penjabaran visi yang sudah ditetapkan. Misi memuat kata-kata kerja opersional yang dapat menjelaskan visi tersebut.

Dengan demikian bisa dicermati, apakah rumusan visi masing-masing singkat, padat, dan jelas? Apakah rumusan visi telah menggambarkan cita-cita yang ideal untuk Indonesia di masa depan? Apakah peserta debat telah membuat rumusan-rumusan misi yang jelas, konkret, dan masuk akal sebagai  penjabaran dari visi yang telah dikemukakan sebelumnya? Apakah rumusan visi dan misi itu bisa dipahami dengan baik oleh masyarakat? Dan masih banyak peranyaan lain terkait ini.

  1. Aapakah memiliki kematangan emosi yang mantap?

Kematangan emosi merupakan ekspresi emosi yang bersifat konstruktif.  Orang yang memiliki kematangan emosi  akan  mengontrol emosi dan mengekspresikan emosinya secara tepat pada saat, situasi, dan tempat yang tepat pula. Orang yang memiliki kematangan emosi bisa memberikan reaksi  terhadap aksi orang lain sesuai tuntutan yang dihadapi dengan tenang, sabar, dan realistis. Orang yang matang emosinya tidak membiarkan emosi mengontrol tingkah lakunya. Ucapan dan berperilakunya terlihat dewasa ketika berhadapan dengan orang lain. Orang yang matang emosinya juga bisa menjaga perasaan orang lain, tidak mencari-cari kelemahan orang atau pihak lain, apalagi dengan sengaja menyampaikannya di depan publik dengan tujuan untuk mempermalukan, menjatuhkan, atau bersifat menyerang.  

Hal yang perlu dicermati dalam hal ini misalnya, apakah peserta debat menyampaikan gagasan secara baik dan tenang? Apakah pesan disampaikan secara sopan dan gerak-gerik yang menyertai sesuai pesan serta mendukung pemahaman? Apakah peserta debat saat berbicara menatap peserta lain atau audiens dengan ramah? Apakah ketika peserta lain berbicara, ia mau mendengarkan dengan sungguh-sungguh? Apakah bahasa yang digunakan tidak mengandung kata-kata kasar, kotor, dan tidak menyerang mitra debat? Apakah peserta debat menaati aturan yang telah ditetapkan panitia?

  1. Apakah memiliki pemahaman materi dengan baik?

Pemahaman berasal dari kata paham. Dalam KBBI,  paham berarti mengerti. Apabila pemahaman merupakan ukuran kemampuan seseorang untuk dapat mengerti atau memahami kegiatan yang dilakukannya, pembicara juga harus mengerti atau memahami apa yang harus disampaikan kepada orang lain, serta dapat membedakan yang pokok dan yang bukan pokok. Pemahaman lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan pengetahuan. Dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian materi secara lebih rinci dan benar,  dapat memberikan contoh permasalahan-permasalahan yang ada, dan solusinya.

Nah, terkait hal ini apakah peserta debat bisa memberian penjelasan hal-hal substansial dari materi yang telah ditetapkan secara rinci dan tepat? Apakah peserta mampu memberikan contoh-contoh konkret permasalah atau kebutuhan yang ada dalam realitas saat ini dan yang akan datang terkait materi? Apakah peserta menyampaikan solusi konkret dan unggul dalam mengatasi permasalahan dan pemenuhan kebutuhan itu?

  1. Apakah ide pemecahan masalah kebangsaan kreatif dan unggul?

Pemecahan masalah adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Tindakan itu berupa  mendefinisikan masalah, menentukan penyebab utama dari suatu permasalahan, mencari solusi dan alternatif pemecahan, dan mengimplementasikan solusi sehingga masalah terselesaikan dengan baik tanpa menimbulkan masalah baru.

Sejauh manakah peserta debat mampu mengidentifikasi permasalahan yang ada di negeri ini secara detail dan membuat beberapa pilihan pemecahan yang bisa dilakukan secara efektif, efisien, dan unggul? Bagaimana alternatif-alternatif solusi itu dikelompokkan secara baik dan sistematis berdasarkan jangka waktu (pendek, menengah, dan panjang)? Apakah peserta juga menjelasan alasan konkret mengapa memilih alternatif-alternatif pemecahan masalah itu?

  1. Apakah memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif?

Komunikasi adalah sebuah kegiatan mentransfer informasi atau pesan. Komunikasi efektif terjadi apabila pesan yang disampaikan komunikator dapat diterima dengan baik seperti yang diinginkan oleh komunikan sehingga tidak terjadi salah persepsi. Dalam  the communication is in tune ini, pihak-pihak yang berkomunikasi sama-sama mengerti pesan yang diutarakan. Menurut Stewart L. Tubbs dan Sylavia Moss, komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya pengertian, dapat menimbulkan kesenangan, memengaruhi sikap, meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya menimbulkan suatu tindakan.

Terkait dengan hal ini, apakah peserta debat mampu menyampaikan informasi dalam rumusan kalimat-kalimat yang jelas, logis, sitematis, kohesif, dan koheren sehingga mudah dimengerti oleh masyarakat umum? Apakah informasi yang termuat dalam kalimat itu relevan dengan kepentingan/kebutuhan masyarakat? Apakah kalimat-kalimat itu disampaikan secara jelas, baik, dan menimbulkan rasa senang/puas pada pendengarnya? Apakah peserta debat dapat memengaruhi sikap pendengar melalui kalimat-kalimat yang disampaikan? Apakah  pesan yang disampaikan tidak menimbulkan persinggungan atau keretakan hubungan dalam masyarakat? Apakah pesan yang disampaikan peserta dapat mempersuasi pendengar untuk melakukan tidakan dan sikap yang baik?

Demikianlah gagasan sederhana terkait penilaian debat Capres. Yang jelas, dalam debat sesi pertama tidak ada pihak yang menang dan kalah. Jawaban yang jujur dan tidak memihak dari pertanyaan-pertanyaan di atas kiranya bisa direfleksikan agar penyimak bisa lebih objektif dalam membuat kesimpulan.  Penilaian yang lebih objektif diperlukan agar bisa menentukan pilihan yang lebih tepat.

Ikuti tulisan menarik Fabian Satya Rabani lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB