x

Foto paslon Anies - Muhaimin saat deklarasi untuk maju dalam kontestasi Pilpres 2024, sumber: https://static.promediateknologi.id/crop/0x0:0x0/0x0/webp/photo/p2/13/2023/09/05/Anies-Baswedan-dan-Muhaimin-Iskandar-927466501.jpg

Iklan

Agus Sutisna

Penulis Indonesiana | Dosen | Pegiat Sosial
Bergabung Sejak: 6 September 2023

Rabu, 20 Desember 2023 12:34 WIB

Peluang Besar Anies-Cak Imin Merebut Suara Undecided Voters

Posisioning politik elektoral Anies-Cak Imin yang lugas sebagai antitesa Jokowi nampaknya menjadi opsi lebih menarik bagi undecided voters, ketimbang Ganjar-Mahfud yang cenderung gamang dan peragu.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pemilu tinggal dalalm hitungan pekan, tetapi jumlah pemilih bimbang (undecided voters) masih lumayan tinggi, 28.7%. Angka ini melonjak  dibanding survei yang dialukan Litbang Kompas bulan Agustus lalu yang hanya 15.4%. Besarannya bahkan jauh di atas elektabilitas dua paslon, Anies-Cak Imin sebesar 16.7% dan Ganjar-Mahfud sebesar 15.3%. Demikian hasil survei yang beberapa waktu dirilis oleh Litbang Kompas.

Undecided voters adalah segmen pemilih yang oleh sebab alasan tertentu sama sekali belum memiliki atau belum menentukan pilihan. Ini berbeda dengan swing voters, pemilih yang sudah menentukan pilihan namun masih bisa berubah menjelang atau pada saat hari pencoblosan.

 Siapa undecided voters itu, mengapa mereka bimbang, dan akan kemana suara-suara bimbang itu bakal berlabuh pada tanggal 14 Februari 2024 nanti? Mari kita periksa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Siapa Undecided Voters ?

Dalam penjelasan hasil sigi itu, Litbang Kompas mengungkapkan bahwa sebagian besar pemilih bimbang ini teridentifikasi sebagai pemilih Jokowi-Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019 silam. Selain itu, di antara mereka juga merupakan kelompok pemilih yang tidak memiliki ikatan ideologis maupun emosional dengan capres maupun cawapres tertentu.

Jika dirasionalisasi penjelasan tersebut masuk akal karena tiga argumen berikut. Pertama, dinamika politik elektoral telah berkembang sedemikian rupa dan menghasilkan konstelasi pembelahan (polaritas) pendukung pemerintahan Jokowi-Ma’ruf ke dalam dua kubu : Ganjar-Mahfud dan Prabowo-Gibran. Baik di partai politik maupun di kelompok relawan.

Secara hipotetik pembelahan itu bukan saja mengakibatkan terbelahnya juga pemilih dan pendukung pemerintahan Jokowi-Ma’ruf kepada dua poros “keberlanjutan” tadi. Melainkan juga memicu lahirnya para pemilih bimbang yang boleh jadi dibarengi  dengan sentimen negatif karena ambrolnya soliditas Jokowi dengan inner cyrcle-nya oleh sebab ambisi kuasa antar faksi di koalisi pemerintahan.    

Kedua, di antara pemilih dan pendukung fanatik Jokowi-Ma’ruf maupun pemilih militan Prabowo-Sandiaga di Pemilu 2019 silam sesungguhnya juga banyak pemilih yang masuk dalam kategori floating mass (massa mengambang). Mereka adalah pemilih yang tidak memiliki ikatan ideologis maupun emosional kala itu dengan capres dan cawapres manapun. Pilihan mereka terhadap Jokowi-Ma’ruf atau Prabowo-Sandiaga saat itu lebih bersifat spontan untuk pemilih yang mayoritas illiterate dan rasional untuk pemilih lilterate.

Pemilih illiterate lebih karena dorongan suasana psikologi-politik dan pemilih literate lebih karena gagasan-gagasan programatik yang ditawarkan masing-masing pasangan capres-cawapres. Angka 28,7% pemilih yang saat ini masih mengambang tadi boleh jadi berasal dari kelompok floating mass ini.

Ketiga, di luar temuan Litbang Kompas, tingginya angka undecided voters itu juga hemat saya disumbang oleh sebagian pemilih Prabowo-Sandiaga di Pemilu 2019 lalu. Secara hipotetik mereka adalah pemilih militan yang kecewa dengan langkah politik Prabowo pasca Pilpres yang kemudian memilih bergabung dengan pemerintahan Jokowi-Ma’ruf. Saat ini mereka sudah memutuskan tidak akan ikut Prabowo lagi, tetapi juga masih ragu kepada siapa suara mereka nanti akan diberikan. Kehadiran Anies-Cak Imin yang diprediksi bakal menjadi tempat berlabuh suara mereka nampaknyan belum cukup meyakinkan sebagai opsi alternatif.

 

Mengapa Bimbang ?

Lantas, latar belakang atau faktor apa yang secara hipotetik membuat sejumlah 28,7% pemilih (ini artinya setara dengan jumlah kurang-lebih 57 jutaan dari 204 jutaan pemilih dalam DPT 2024) itu masih bimbang hingga beberapa pekan menjelang pencoblosan ?

Pertama, saya menduga kebimbangan para pemilih ini dipicu antara lain oleh adanya sejumlah anomali dalam perhelatan Pilpres 2024 ini. Mulai dari kasus putusan MK Nomor 90 yang terbukti kemudian disertai dengan terjadinya pelanggaran berat etik Ketuanya. Kemudian munculnya polarisasi di tubuh pemerintahan Jokowi-Ma’ruf ke dalam dua kubu yang saling berhadapan tetapi tidak disertai dengan sikap tegas kubu Ganjar-Mahfud-PDIP dan koalisinya. Dan mulai merebaknya isu-isu keberpihakan aparatur pemerintah terhadap pasangan Prabowo-Gibran yang didukung Presiden Jokowi.

Ketiga bentuk anomali itu saya kira telah memicu keraguan banyak pemilih rasional dan literate terhadap integritas proses dan hasil Pilpres nanti. Mereka berpikir bahwa suaranya tidak akan bermakna karena potensi manipulatif dalam proses dan potensi unlegitimate (paling tidak secara moral) dalam hasil Pilpres mendatang. Dalam konteks ini, bimbang adalah sebuah pilihan sadar.

Kedua, besarnya prosentase angka undecided voters nampaknya juga dipicu oleh gejala infodemi elektoral atau “wabah informasi kepemiluan”. Suatu fenomena dimana informasi-informasi seputar kepemiluan mengarus deras dan melimpah (overload of information) di ruang publik dengan tingkat akurasi yang rendah. Karena berita-berita itu tidak hanya diproduksi oleh media-media kredibel, tetapi juga oleh portal-portal berita atau para pembuat konten media sosial yang sangat longgar dan gegabah.

Gejala infodemi serupa itu membuat konten-konten berita dan informasi seputar kepemiluan banyak yang kemudian tidak ajeg, inkonsisten, bahkan saling bertabrakan. Termasuk dalam gejala ini adalah informasi hasil-hasil survei yang beberapa di antaranya ada yang saling menegasikan, atau pemeringkatan hasil survei yang paradoks dengan tayangan massa melimpah saat paslon capres-cawapres turun ke daerah. Gejala ini membuat puluhan juta pemilih masih bimbang menentukan pilihan.

 

Kemana Undecided Voters bakal berlabuh ?

Bertolak dari analisis kombinasi hasil sigi Litbang Kompas dan elaborasi kualitatif  perihal siapa dan mengapa mereka menjadi undecided voters di atas, nampaknya pasangan paling potensial yang bakal memperoleh limpahan suara-suara undecided voters itu adalah pasangan Anies-Cak Imin (AMIN). Berikut argumentasinya.

Pertama, para pemilih bimbang itu sebagian besar adalah pemilih Jokowi-Ma’ruf di Pemilu 2019 yang kehilangan kepercayaan atau setidaknya memicu keraguan mereka oleh sebab beberapa anomali pemilu yang semua faktor penyebabnya terkait dengan pemerintahan Jokowi saat ini. Keraguan ini akan mendorong mereka pada akhirnya untuk mengalihkan dukungan kepada paslon yang tidak didukung oleh Jokowi.

Lantas mengapa potensial bakal ke Anies-Cak Imin, dan bukan ke Ganjar-Mahfud?  Karena Anies-Cak Imin dianggap clear dari kasus-kasus pemicu anomali tadi selain sejak awal telah memposisikan diri sebagai antitesa Jokowi. Sementara Ganjar-Mahfud masih terkait dengan salah satu pemicu munculnya anomali, yakni ketidak-tegasannya mengambil posisi politik terhadap pemerintahan Jokowi.

Kedua, para pemilih bimbang itu adalah floating mass yang tidak memiliki afiliasi politik yang kuat dengan paslon manapun. Dalam konteks ini, saya melihat positioning politik elektoral Anies-Cak Imin yang lugas sebagai antitesa Jokowi akan menjadi opsi alternatif yang lebih menarik bagi undecided voters ketimbang Ganjar-Mahfud yang peragu.

 

Ketiga, undecided voters itu sebagiannya juga merupakan pemilih yang kecewa dengan langkah politik Prabowo pasca kekalahannya di Pemilu 2019, lalu tidak tahan jadi oposisi (meminjam frasa Anies dalam Debat Capres kemarin) dan memilih bergabung ke dalam pemerintahan.

Seperti ditemukan dalam banyak hasil survei, secara elektoral (dengan basis analisis sosio-kultural terutama) pemilih Prabowo dulu memiliki irisan yang kuat dengan karakteristik pemilih Anies-Cak Imin saat ini. Dengan asumsi ini, maka pemilih Prabowo yang kecewa tadi jelas akan lebih memilih Anies-Cak Imin ketimbang Ganjar-Mahfud.

Tentu saja, ini semua hanya kalkulasi prediktif dengan menimbang sedikit variabel dalam analisisnya. Masih ada sejumlah variabel dan sejumlah catatan prasyarat yang bisa saja memengaruhi pilihan ke arah mana pemilih bimbang itu melabuhkan suaranya nanti.  Misalnya strategi kampanye dan tawaran-tawaran gagasan programatik, khsusnya melalui arena debat sesi-sesi berikutnya.  

Tetapi sekali lagi, peluang potensial meraih limpahan para pemilih bimbang itu nampaknya ada pada posisi Anies-Cak Imin. Maka jika timnas pemenangan AMIN mampu mengoptimalkan strategi kampanye, khususnya pada forum debat sesi berikutnya, serta mampu menawarkan gagasan-gagasan programatik dan visioner yang lebih otentik, kongkrit, berbasis data, sesuai kebutuhan rakyat dan tentu saja (harus) dikemas menarik, potensi ini mestinya bisa diwujudkan.  

 

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Agus Sutisna lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu