x

Iklan

Christian Saputro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 18 Juni 2022

Kamis, 28 Desember 2023 06:54 WIB

Ardiyanto Arsitek dan Pelukis yang Kesengsem Pada Dunia Bahari


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pelukis cum akademisi dan arsitek penyandang nama komplet Dr. Ir. Antonius Ardiyanto, MT. ini keseharianya bekerja sebagai dosen tetap pada program studi Arsitektur (S1), Magister Arsitektur (S2) dan Program Doktor Arsitektur (S3) Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Katholik Soegijapranata Semarang. Selain sebagai dosen  Ardiyanto –begitu sapaan akrabnya --- juga sebagai peneliti arsitektur kononial dan permukiman.

Doktor lulusan Program Studi Teknik Arsitektur    Universitas  Gadjah Mada, Tahun 2015 juga menekuni profesi Arsitek sejak tahun 1991. Ardiyanto dikenal sebagai arsitek perancang gedung dan juga sebagai perancang kawasan kota (urban desain). Pekerjaan tata bangunan dan lingkungan kota yang digarap antara lain; di Semarang, Surakarta , Yogyakarta dan kota lainnya.

Pada tahun 2019 Ardiyanto berhasil tampil sebagai pemenang II Sayembara Perencanaan Kawasan Ibukota (IKN) yang diadakan Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Kemudian pada tahun 2020 menjadi Tim Kolaborasi pemenang 1, 2 dan 3 Sayembara IKN untuk merencanakan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan KIPP) Ibukota Kota Negara di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Panajam Paser Utara Propinsi Kalimantan Timur.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

https://www.indonesiana.id/admin/foto#

Disela kesibukannya arsitek kelahiran  Surakarta, 29 Mei 1963 ini juga menekuni dunia seni lukis. Ardiyanto mengaku melukis merupakan hobbynya sejak SMA. Dengan belajar secara otodidak kemampuannya terus diasahnya. Bukti kiprahnya di dunia seni lukis dibuktikan dengan aktifiatsnya berpameran. Pameran pertamanya bersama Bengkel Seni Pati tahun 1981. Pada pameran perdananya  itu Ardiyanto menampilkan 5 lukisan bergenre  lukisan realis, surealis dan pointilsm. Pameran bersama kedua pada tahun 1995 bersama 25 Pelukis Otodidak Semarang di  Gedung Plasa Simpang Lima Semarang.

Kiprahnya di jagad seni lukis sempat terkendala. Probelemnya untuk mengembangkan hobby dan talentanya karena ketersedian waktunya yang terbatas sebagai dosen aktif juga sebagai arsitek profesional. Untuk itu Ardiyanto mengaku berupaya terus melukis disela-sela kesibukannya tentunya dengan memilih teknik melukis yang cepat untuk menghasilkan karya yang bagus. Menurutnya kegiatan  komunitas sketsa atau melukis sangat membantu untuk mengembangkan pengetahuan, teknik dan wawasan tentang seni lukis yang digelutinya.

Untuk itulah Ardiyanto, kemudian pada tahun 2017 Ardiyanto bergabung dengan  komunitas Semarang Sketwalk (SSW). Dia aktif  mengikuti kegiatan sketsa On The Spot (OTS)bareng baik di Kota Semarang dan diberbagai Kota di luar Semarang. Kemudian pada tahun 2021 tergabung dalam komunitas pelukis cat Air KOLCAI Chapter Semarang. Kedua komunitas ini membuat semangat kembali bergeliat.

 Sarjana S2 Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Gadjah   Mada Yogyakarta, tahun 1996 menggelar pameran yang ketiga yang merupakan pameran tunggalnya pertama dengan media cat air. Debutan pameran tunggalnya yang megusung tajuk :”Boats On My Journey” digelar di Tandok Artspace Semarang berlangsung  pada 12 hingga  15 September 2023. Dalam pameran ini Ardiyanto menaja  27 karya lukis cat air(watercolor)  yang merupakan visualisasi tentang pengalaman perjalanan lewat laut dan sungai dengan  kapal boat. Obyek lukisannya berupa kapal-kapal dan kehidupan laut diberbagai kota seperti; Semarang, Sungai Siak (Pekanbaru) , Pelabuhan Bengkalis, Sungai Barito Banjarmasin, Permukiman Manggar Balikpapan, lperairan aut pulau Komodo dan lainnya.

Tak ada hitungan tahun karena semangat melukisnya yang menggebu Ardiyanto kembali menggelar pameran tunggalnya yang kedua. Pameran yang masih  menangkat tema : “Petualang Bahari”  yang masih mengusung tentang dunia kapal dan laut. Pameran yang menaja 21 karya lukis water color ini digelar di Semarang Skectchwallk Gallery, Pringsewu Artspace, Kota Lama Semarang berlangsung dari  17 Desember 2023 hingga  24 Januari 2024. 

Menurut Ardiyanto pameran ini merupakan sequel dari pameran nya yang pertama betemakan kapal dengan obyek yang diperluas tak hanya berupa kapal nelayan, kapal wisata, kapal niaga tetapi juga ada kapal tempur milik TNI AL.

https://www.indonesiana.id/admin/foto#

Tilogi Tentang Bahari

Ardiyanto ke depan berobsesi  masih ingin menggelar pameran tunggal yang masih mengusung tentang dunia bahari. “Jadi pameran tunggal saya merupakan trilogi tentang dunia bahari. Pameran saya merupakan kisah visual saya tentang dunia bahari belum selesai,” ujar Ardiyanto membeber obsesinya.

Ardiyanto kesengsem pada dunia bahari karena menurut pandangannya petualangan para pelaut merupakan kisah heroik, nelayan yang mencari ikan, nakhoda kapal dan awak kapal tempur merupakan pejuang kehidupan sejati.

Menyigi sejarah kapal di indonesia sudah terlihat jejaknya di relief kapal di Candi Borobudur sejak abad 9. Kerajaan Majapahit pada abad 14 telah memiliki armada kapal perang yang kuat dengan kapal besar utama bernama Kapal Jung yang berhasil menguasai laut Nusantara. Hal ini menunjukan bawa negara Indonesia memiliki sejarah perkapalan yang tangguh.

Selain itu, lanjut Ardiyanto, ragam bentuk struktur kapal, jukung,  kapal kayu tradisional untuk nelayan, kapal niaga kayu tradisional, kapal niaga modern, kapal Ferry kapal tangker dan kapal pesiar juga perahu sungai dan danau.

“Ragam bentuk kapal di Indonesia memiliki ragam bentuk kapal paling banyak di dunia, terutama kapal tradisionalnya. Kapal di pantai Utara dan pantai Selatan Jawa berbeda karena karakter lautnya. Perahu pantai selatan jawa terdapat cadik untuk penyeimbang kapal untuk melawan ombak yang besar. Sementara di pantai utara Jawa perahu berbagan lebar tanpa cadik, ” terang Ardiyanto.

 Lebh lanjut, Ardiyanto, menambahkan bentuk kapal di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, NTT dan NTB, Bali, Lombok ternyata berbeda beda. Sementara pelabuhan besar di Indonesia seperti Pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Perak, Tanjung Emas disinggahi beragam bentuk kapal niaga internasional dan juga kapal pesiar dari berbagai negara.

“Ragam kapal yang banyak di Indonesia dari berbagai lokasi seperti sungai, laut, teluk, pelabuhan dan danau  bisa menjadi sumber isnspirasi untuk dilukis yang tiada habisnya,” tandas  Ardiyanto.

 

Christian Heru Cahyo Saputro, Jurnalis dan Pengamat Seni Rupa tinggal di Semarang

 

 

Ikuti tulisan menarik Christian Saputro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler