x

Iklan

Elnado Legowo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Selasa, 2 Januari 2024 13:56 WIB

Mengenang Josef Blasius Bapa, Salah Satu Tokoh Bangsa yang Berpulang

Indonesia kehilangan salah satu negarawan terbaiknya, Josef Blasius Bapa, pada 24 Sesember 2023 lalu. Warisan bagi bangsa dan negara, akan tetap hidup.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pada malam Natal 24 Desember 2023 lalu, duka datang menghampiri ibu pertiwi. Josef Blasius Bapa telah kembali ke hadapan Sang Pencipta, di usianya ke 85 tahun. Mayoritas dari masyarakat Indonesia lebih mengenal beliau sebagai satu-satunya pelaku dan saksi sejarah Gerakan 30 September (G30S-PKI) tahun 1965 silam yang tersisa di zaman modern ini. Selain itu, beliau juga memiliki segudang jasa dan prestasi untuk bangsa ini.

Menurut Pejabat Bupati Sikka, Adrianus Firminus Parera, mengenal sosok Blasius sebagai tokoh di tiga zaman, yaitu zaman orde lama, orde baru, dan era reformasi (Pos Kupang, 27/12/2023).  Ia menambahkan pada tiga zaman tersebut, beliau memiliki dua posisi. Yakni di zaman orde lama dan orde baru, Blasius adalah pelaku sejarah. Sedangkan di era reformasi, beliau adalah seorang pengamat dan pemerhati kegiatan perpolitikan di Indonesia.

Masa Kecil dan Orde Lama

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Josef Blasius Bapa lahir di Lela, Maumere, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 3 Februari 1938 Saat Blasius masih berusia muda, beliau begitu aktif bekerja untuk membiayai pendidikan (Sonora.id, 27/12/2023). Di mana pada tahun 1957, beliau bekerja paruh waktu sebagai Korektor di Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat, sambil menyelesaikan pendidikannya. Kemudian pada tahun 1958, Blasius bekerja sebagai seorang guru, memberikan bimbingan dan les privat bahasa Indonesia kepada para pegawai perusahaan dan kedutaan di Sekolah Penerbangan Curug Tangerang dan Staf Kedutaan Besar Amerika, Inggris, India, Burma, dan perusahaan telekomunikasi Amerika Philcos (Philadelphia Company).

Pada tahun 1963, di bawah pimpinan Brigjen TNI R. H. Sugandhi (1923-1991), Blasius memulai untuk bekerja di Direktorat Penerangan Staf Angkatan Bersenjata (SAB) dan 2 tahun kemudian, tepatnya pada 1965 mengikuti kursus wartawan angkatan bersenjata di Jakarta. Alhasil, saat Indonesia diguncang prahara G30S-PKI, beliau juga berperan aktif dengan menyuarakan kebenaran melalui tulisan-tulisan positif di pusat pemberitaan. Di peristiwa itulah, Blasius menjadi bagian dari pelaku sekaligus saksi sejarah, dari sebuah tragedi kemanusiaan paling kelam yang pernah terjadi di bangsa ini.

Berkat jasa Blasius dalam penumpasan komunisme di Indonesia, beliau meraih penghargaan Satya Lencana Penegak (Tribun Flores, 28/12/2023). Penghargaan itu diberikan Menteri Utama Bidang Pertahanan dan Keamanan, Jenderal Soeharto, pada 27 April 1967.

Orde Baru

Blasius juga ingin menunjukkan bahwa Pemuda dari daerah juga berhak untuk maju dan berpendidikan tinggi, sehingga dapat memajukan daerahnya. Maka dari itu, pada tahun 1976, beliau membentuk Keluarga Besar Maumere Jakarta Raya (KBM Jaya), dengan tujuan agar tetap menjalin hubungan dan menyatukan masyarakat Maumere di Jakarta. Organisasi ini beranggotakan kurang lebih 10 ribu orang dan 3 ribu KK asal Sikka (Sonora.id, 27/12/2023).

Lalu pada tahun 1976 hingga 1984, Blasius menjadi anggota Lions Club Jakarta Kebayoran dan berturut-turut menjadi Director, Vice President dan Deputy District Governor. Dalam hubungan dengan keanggotaan di Lions Club, beliau aktif dalam berbagai kegiatan sosial dalam rangka mengumpulkan dana bagi para penderita cacat. Lalu tahun 1980, ia ikut serta dalam International Convention Lions Club Chicago-USA.

Pada tahun 1979, Blasius didapuk untuk menjadi Ketua Umum Festival Bunga yang diselenggarakan di Golden Bali Room Hilton Hotel oleh Lions Club Jakarta, yang dibuka secara resmi oleh Ibu Negara, Tien Soeharto, dalam rangka ajang promosi produksi hortikultural. Kemudian, beliau menjadi Ketua Umum Festival Bunga dan Ikan Hias, yang diselenggarakan di Balai Sidang Jakarta, untuk mencari dana bagi penderita cacat serta promosi pemasaran bagi para petani tanaman hias dan bunga tahun 1981. Lalu pada tahun 1982, Blasius menjadi Ketua Umum Pekan Nasional Tanaman Hias dan Bunga, yang diselenggarakan oleh beberapa Asosiasi dan Perkumpulan tanaman hias dan bunga di Pasar Seni Jaya Ancol. Pameran ini juga dibuka secara resmi oleh Ibu Negara. 

Pada tahun 1995, Blasius menjadi anggota delegasi Indonesia untuk Convention on Biological Diversity, yakni konferensi internasional tentang keanekaragaman hayati yang diikuti 120 negara.

Persahabatan dengan Sri Paus

Pada tahun 1989, saat Sri Paus Yohanes Paulus II (1920-2004), pemimpin tinggi Gereja Katolik dan Pemimpin negara Vatikan yang bertahta pada zaman itu melakukan lawatan resmi untuk mengunjungi Umat Kristiani Indonesia. Sri Paus mengunjungi beberapa kota di Indonesia, baik di wilayah Indonesia Timur maupun Indonesia Barat. Beberapa daerah di Wilayah Timur yang dikunjunginya mencakup Kota Maumere di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Kota Dili di Provinsi Timor Timur (sekarang Republik Timor Leste). 

Di Kota Maumere, Blasius beberapa bersama tokoh NTT yang lain seperti Frans Seda, pemimpin Katolik Mgr. Donatus Djagom (Uskup Keuskupan Agung Ende) dan Dan Pale mempersembahkan Monumen Patung Kristus Raja sebagai ikon religius Kota Maumere. Patung ini dibuat sebagai bentuk dukungan dari KBM Jaya yang diketuai oleh Blasius atas penetapan Maumere sebagai salah satu destinasi wisata rohani suci oleh Gereja Katolik di bawah Pemerintah Vatikan. 

Sri Paus kemudian menandatangani monumen ini, di depan Blasius dan para tokoh Indonesia penting lainnya di Lapangan Samador sebagai tanda bahwa monumen simbol kebanggaan Kota Maumere ini telah diresmikan. Sekarang, Monumen Kristus Raja telah ditempatkan di Taman Doa Kristus Raja, berdekatan dengan Lapangan Samador tempat monumen tersebut disahkan.

Pada tahun 1992-1997, Blasius menjabat sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI. Di tahun 1997 itulah, beliau beserta istri, Ibu Alfreda Da Silva dan putra bungsunya Januarius Gregorius Goleng melakukan kunjungan resmi kenegaraan ke 2 negara Eropa Selatan, tepatnya Italia dan Vatikan. Setibanya di Vatikan, beliau beserta keluarga disambut oleh Sri Paus secara pribadi didampingi para pejabat pemerintahaan Vatikan di Istana Kepausan (Papal Palace).

Berdasarkan kesaksian pihak keluarga, saat bertemu langsung, Blasius meminta doa dari Sri Paus: “Your Holiness, I ask for your blessing upon my family and personal being.” (Yang Mulia, saya memohon doa berkat untuk saya dan keluarga).

Sejenak, Sri Paus merespon: “Your Excellency, not just for your family, but also for the People of Indonesia, especially in Flores.” (Yang Mulia, bukan saja untuk keluarga Anda, tapi juga untuk Rakyat Indonesia, terutama Masyarakat Flores).

Blasius sontak terkejut, bahwa Sri Paus masih mengingat dengan jelas akan pertemuannya di Kota Maumere delapan tahun yang lalu. Sri Paus pun secara khusus mengundang Blasius beserta keluarga untuk mengikuti ibadah Misa Suci di kapel pribadi Paus, beserta dengan para pejabat tinggi Vatikan sebagai bentuk hormat Sri Paus kepadanya. Tak hanya itu, Blasius beserta istri dan putranya pun menerima instrumen doa kalung Rosario Suci, yang sudah didoakan oleh Sri Paus. Hal ini mempererat persahabatan kedua tokoh tersebut.

Orde Reformasi

Pasca era Orde Baru, Blasius sempat aktif dalam kegiatan organisasi dunia. Salah satunya adalah mewakili delegasi Indonesia dalam Sidang FAO (Food and Agriculture Organization), sebuah lembaga bentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang membidangi urusan pangan di Roma, Italia, pada tahun 2008. 

Setelah pensiun dari dunia perpolitikan, Blasius lebih berfokus pada bidang filantropi, yakni bidang yang telah ditekuninya sejak lama. Beliau, beserta keluarganya mendirikan Yayasan Bapa Bangsa. Yayasan ini merupakan sebuah lembaga non-profit yang membidangi pembangunan dan peningkatan harkat hidup masyarakat NTT melalui berbagai kegiatan sosial yang didirikan pada 5 Januari 2010.

Selain dari itu, melalui KBM Jaya Blasius mendorong pemerintah untuk memberikan gelar pahlawan nasional kepada salah seorang tokoh NTT yang juga dilahirkan di Maumere, Frans Seda (1926-2009). Ia adalah seorang politisi di era orde lama dan orde baru.

Aristokrat yang Merakyat 

Blasius merupakan pemegang takhta Kerajaan Kangae, salah satu Monarki Kristiani tertua di Indonesia yang sekarang berfungsi sebagai penasihat adat wilayah Indonesia Timur, melambangkan signifikansi kultural yang mempromosikan sejarah seni budaya khas NTT, khususnya budaya khas Kabupaten Sikka. Blasius yang naik tahta pada tahun 1984 menggantikan sang ayahanda, Kapitan Petrus Yakobus Bapa (1901-1984) yang mangkat di tahun yang sama untuk meneruskan Dinasti Meken Bemu Aja. Beliau kemudian memegang tahta selama hampir 4 dekade, hingga mangkat pada tahun 2023 dan diteruskan oleh putra sulungnya, Melchias Markus Mekeng.  

Menurut Longginus Diogo dalam buku berjudul; "Kisah Kerajaan Tradisional Kangae Aradae, Nian Ratu Tawa Tanah" (2009), Kerajaan Kangae sendiri merupakan kerajaan yang didirikan oleh Moan Bemu Aja, seorang bangsawan yang berasal dari Bangladesh, Asia Selatan pada tahun 900 Masehi. Diogo dalam bukunya melanjutkan, Moan Bemu Aja yang merupakan raja pertama Kerajaan Kangae bertahta selama 27 tahun, dari tahun 900 Masehi hingga tahun 927 Masehi.  

Sebagai seseorang yang berasal dari kalangan ningrat, Blasius tidak pernah membeda-bedakan seseorang dengan yang lain berdasarkan latar belakangnya, karena beliau berprinsip bahwa Tuhan menciptakan setiap manusia dengan harga diri yang sama, dan setiap orang memiliki hak untuk diperlakukan secara adil. Selama menjabat posisi penting dalam pemerintahan, beliau pun sangat jauh dari spotlight, dan sangat sederhana. Beliau bahkan berpesan kepada cucu-cucunya bahwa  dalam menjalin relasi, jangan pernah mengkotak-kotakkan seseorang berdasarkan latar belakangnya, karena hal tersebut tidak akan  melahirkan kebaikan. Hubungan antar sesama manusia yang benar adalah hubungan yang saling mendukung satu dengan yang lain, dengan penuh rasa hormat dan tidak merendahkan harga diri antara satu dengan yang lain.

Menurut Tokoh Muda NTT Marcellus Hakeng Jayawibawa, Blasius adalah tokoh pemersatu masyarakat Maumere di NTT (Sonora.id, 27/12/2023). Ia menambahkan, bahwa dengan pemikiran dan tingkah laku Josef di kancah politik dikenal santun, sehingga beliau patut untuk dijadikan inspirasi oleh generasi muda saat ini. Oleh karena itu, Marcellus mengatakan bahwa kepergian Blasius tidak hanya membuat kehilangan bagi masyarakat Maumere, tapi juga seluruh masyarakat NTT dan masyarakat Indonesia.

Au Revoir, Pak Blasius, seorang politisi dan tokoh masyarakat. Engkau kini telah tak lagi bersama kami, namun segala kebaikan yang telah dicurahkan akan selalu abadi.

Ikuti tulisan menarik Elnado Legowo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

9 jam lalu

Terpopuler