x

Iklan

Victor Rembeth

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Kamis, 18 Januari 2024 19:31 WIB

Peringatan 17 Tahun Kamisan; Dies Irae Indonesia

Memasuki tahun ke 17, para anggota Ikatan Keluarga Orang Hilang menghadapi kenyataan menyakitkan. Telinga penguasa tak mendengar kepahitan mereka atas hilangnya orang-orang tercinta. Para politisi busuk pun menganggap persoalah orang hilang sudah selesai. Padahal pemerintah tak melakukan apapun meski DPR mengamanatkan penyelesaian kasus ini pada 2009. Inlah Des Irae, Hari Kemarahan untuk sikap abai itu.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Memasuki tahun ke 17, para anggota Ikatan Keluarga Orang Hilang (IKOHO) menghadapi kenyataan pahit dan menyakitkan. Tidak ada telinga penguasa yang mendengar, apalagi tangan yang merengkuh dan memeluk mereka untuk kisah kehilangan kekasih tercinta.
 
Kekecewaan mereka ditambah dengan tingkah para politisi busuk yang dengan mudah menganggap persoalah orang hilang sudah selesai, padahal tidak ada move apapun pernah dilakukan pemerintah sejak DPR mengamanatkan penyelesaian kasus ini pada 2009.
Alih-alih mereka dibela dan diperhatikan, malah kepedihan yang dirasakan tiap hari. Mereka dituduh sebagai politisasi lima  tahun sekali.
 
Indonesia wajar marah dan perlu marah untuk pengabaian negara ini.
 
Usia 17 tahun selayaknya dirayakan dengan sukacita. Namun 17 tahun "Kamisan" jauh dari suasana hingar dan bingar keramaian pesta. 17 tahunmu hanya bisa dirasakan oleh mereka yang pernah merasakan yang sama. Perasaan kekasih tercinta yang tidak jelas dimana jazadnya dan bagaimana nasibnya. 17 tahun yang banjir air mata dan penuh ketidakpastian, dan hanya sedikit atau bahkan tidak ada yang berbagi empati
 
Orang hilang itu memiliki nama, memiliki jati diri dan memiliki kekasih 
Orang hilang bukan angka, apalagi sekedar jualan politikus busuk
Orang hilang adalah manusia yang menjadi korban keganasan manusia lain yang tak berhati nurani 
 
Pada tahun ke 17 peringatan Kamisan ini, kembali keluarga dan kekasih dibuat semakin sesak maksimal, ketika patriot busuk meninggalkan perjuanganmu dan menganggap kekasih kalian hanyalah jualan politik.
 
Rekonsiliasi diturunkan maknanya menjadi persepakatan najis berbaikan untuk sebuah pertarungan kekuasaan.
 
Menghilangkan jasad kekasih dengan cara biadab adalah kejahatan kemanusiaan.
Namun menghilangkan memori akan pernah terjadinya kekejaman terencana penculikan orang hilang adalah sebuah genosida nurani yang menjadikan iblispun lebih tampak mulia daripada mereka yang mengaku manusia namun telah kehilangan ,Aletheia. Ya kebenaran sejati sirna dibabat dengan paripurna oleh jiwa yang sudah kesetanan mabuk kekuasaan.
 
Ijinkan saya berempati kepada saudara sebangsaku keluarga orang orang hilang kali ini lagi. Kalian layak mendapatkan perhatian bukan sebagai ritual 5 tahunan seperti yang kerap dituduhkan. Terima kasih sudah berjuang selama 17 tahun ini, bukan dengan cara para begundal yang menghalalkan kekerasan, tetapi dengan santun dan bermartabat, kalaupun istana, pejabat dan semua menutup telinga mereka.
 
Teruslah berjuang, teruslah marah karena itulah yang bisa dilakukan walau tidak dengan membalas kejahatan dengan kejahatan. Dies Irae, hari kemarahan yang santun adalah hak kalian untuk kekasih tercinta yang masih hilang sampai saat ini.
 
VICTOR REMBETH
Rohaniwan/Aktifis Kemanusiaan

Ikuti tulisan menarik Victor Rembeth lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu