x

Iklan

Razan Adhirajasa

Razan Adhirajasa
Bergabung Sejak: 19 Februari 2024

Selasa, 27 Februari 2024 06:38 WIB

Analisa Masa Depan RRI

Di masa depan RRI akan terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi, termasuk peningkatan dalam digitalisasi siaran dan penggunaan platform digital untuk menjangkau khalayak yang lebih luas.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sejarah

Setiap tanggal 11 September diperingati sebagai Hari Radio Nasional. Ditanggal yang sama itu juga diperingati sebagai hari kelahiran Radio Republik Indonesia (RRI) yang didirikan pada 11 September 1945, maka tak heran jika tanggal 11 September juga sering disebut sebagai Hari RRI. RRI didirikan sebulan setelah siaran radio Hoso Kyoku dihentikan tanggal 19 Agustus 1945. Saat itu, masyarakat menjadi buta akan informasi dan tidak tahu apa yang harus dilakukan setelah Indonesia merdeka. Apalagi, radio-radio luar negeri saat itu mengabarkan bahwa tentara Inggris yang mengatasnamakan sekutu akan menduduki Jawa dan Sumatera.

Tentara Inggris dikabarkan akan melucuti tentara Jepang dan memelihara keamanan sampai pemerintahan Belanda dapat menjalankan kembali kekuasaannya di Indonesia. Dari berita-berita itu juga diketahui bahwa sekutu masih mengakui kedaulatan Belanda atas Indonesia dan kerajaan Belanda dikabarkan akan mendirikan pemerintahan benama Netherlands Indie Civil Administration (NICA).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menanggapi hal tersebut, orang-orang yang pernah aktif di radio pada masa penjajahan Jepang menyadari radio merupakan alat yang diperlukan oleh pemerintah Republik Indonesia untuk berkomunikasi dan memberi tuntunan kepada rakyat mengenai apa yang harus dilakukan. Wakil-wakil dari 8 bekas radio Hosu Kyoku mengadakan pertemuan bersama pemerintah di Jakarta. Pada 11 September 1945 pukul 17.00, delegasi radio sudah berkumpul di bekas gedung Raad Van Indje Pejambon dan diterima sekretaris negara.

Delegasi radio yang saat itu mengikuti pertemuan adalah Abdulrahman Saleh, Adang Kadarusman, Soehardi, Soetarji Hardjolukita, Soemarmadi, Sudomomarto, Harto dan Maladi. Abdulrahman Saleh yang menjadi ketua delegasi menguraikan garis besar rencana pada pertemuan tersebut. Salah satunya adalah mengimbau pemerintah untuk mendirikan radio sebagai alat komunikasi antara pemerintah dengan rakyat mengingat tentara sekutu akan mendarat di Jakarta akhir September 1945. Radio dipilih sebagai alat komunikasi karena lebih cepat dan tidak mudah terputus saat pertempuran.

Untuk modal operasional, delegasi radio menyarankan agar pemerintah menutut Jepang supaya bisa menggunakan studio dan pemancar-pemancar radio Hoso Kyoku. Mendengar hal itu, sekretaris negara dan para menteri keberatan karena alat-alat tersebut sudah terdaftar sebagai barang inventaris sekutu. Para delegasi pun mengambil sikap meneruskan rencana mereka dengan memperhitungkan risiko peperangan.

Pada akhir pertemuan, Abdulrachman Saleh membuat simpulan antara lain, dibentuknya Persatuan Radio Republik Indonesia yang akan meneruskan penyiaran dari 8 stasiun di Jawa, mempersembahkan RRI kepada Presiden dan Pemerintah RI sebagai alat komunikasi dengan rakyat, serta mengimbau supaya semua hubungan antara pemerintah dan RRI disalurkan melalui Abdulrachman Saleh. Pemerintah menyanggupi simpulan tersebut dan siap membantu RRI meski mereka tidak sependapat dalam beberapa hal. Pada pukul 24.00, delegasi dari 8 stasiun radio di Jawa mengadakan rapat di rumah Adang Kadarusman.

Para delegasi yang ikut rapat saat itu adalah Soetaryo dari Purwokerto, Soemarmad dan Soedomomarto dari Yogyakarta, Soehardi dan Harto dari Semarang, Maladi dan Soetardi Hardjolukito dari Surakarta, serta Darya, Sakti Alamsyah dan Agus Marahsutan dari Bandung. Dua daerah lainnya, Surabaya dan Malang tidak ikut serta karena tidak adanya perwakilan. Hasil akhir dari rapat itu adalah didirikannya RRI dengan Abdulrachman Saleh sebagai pemimpinnya.

 

Masa Depan RRI 10 Tahun Kedepan

Di masa depan RRI akan terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi, termasuk peningkatan dalam digitalisasi siaran dan penggunaan platform digital untuk menjangkau khalayak yang lebih luas. Saat ini RRI sudah memiliki aplikasi mobile, situs web yang ditingkatkan, serta terlibat dalam produksi konten multimedia yang lebih beragam. Nanti nya RRI akan terus berinovasi dalam memproduksi konten, teknologi, dan manajemen untuk tetap relevan dan kompetitif di era digital. Kolaborasi dengan pihak lain, baik lembaga pemerintah, swasta, maupun masyarakat sipil, juga akan menjadi kunci dalam mencapai tujuan ini.

Meskipun RRI telah menjadi jaringan radio nasional yang kuat, dalam 10 tahun mendatang, akan ada penekanan lebih besar pada penguatan jaringan lokal. Ini termasuk memperkuat stasiun-stasiun regional dan lokal untuk lebih aktif terlibat dalam memberikan informasi dan pelayanan kepada masyarakat setempat. mungkin akan lebih menggalakkan partisipasi masyarakat dalam produksi konten. Melalui program-program yang melibatkan pendengar, RRI dapat menjadi lebih inklusif dan mencerminkan keberagaman pandangan dan pengalaman masyarakat Indonesia. Penting bagi RRI untuk turut serta dalam meningkatkan literasi digital masyarakat agar pendengar dapat memahami dan memanfaatkan teknologi dengan baik, sehingga dapat tetap terhubung dengan siaran RRI.

Beberapa strategi yang bisa dilakukan radio RRI untuk menarik pendengar di masa depan. Salah satunya adalah dengan membuat program-program menarik yang dapat menarik dan mempertahankan pendengarnya dengan menyesuaikan audience tanpa mengurangi budaya yang sudah sedemikian rupa dibuat. RRI juga dapat melakukan penelitian untuk memahami kebutuhan dan preferensi audiensnya, dan menggunakan temuannya untuk meningkatkan program mereka. 

*) Artikel ini merupakan tugas mata kuliah Komunikasi Digital dari program studi Produksi Media dengan Dosen pengampu Rachma Tri Widuri,S.sos,M.Si.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Solusi dan saran untuk mengantisipasi masa depan RRI

Radio Republik Indonesia (RRI) sebetulnya masih memiliki peran penting dalam penyampaian informasi dan aspirasi masyarakat, terutama di daerah yang belum terjangkau oleh teknologi digital. Namun, jika dilihat dengan perkembangan teknologi yang semakin canggihnya, sepertinya RRI perlu melakukan transformasi dan adaptasi agar tetap eksis di tengah persaingan media yang keras. RRI perlu mempertahankan peran tradisionalnya sebagai penyampai informasi dan budaya, namun juga harus melakukan transformasi digital untuk tetap relevan di era teknologi yang terus berkembang. Dampak baik dari teknologi yang semakin canggih adalah memudahkan akses pendengar ke siaran RRI melalui berbagai platform dan teknologi yang ada. RRI dapat memanfaatkan berbagai platform seperti streaming online, aplikasi mobile, dan media sosial untuk meningkatkan akses pendengar dan interaksi dengan audiens. RRI adalah lembaga yang mengalami perubahan, perubahan tersebut adalah peralihan dari Perusahaan Jawatan menjadi Lembaga Penyiaran Publik yang merupakan salah satu badan hukum yang didirikan oleh negara dan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 12 tahun 2005, dan berkedudukan langsung di bawah Presiden Republik Indonesia, dengan begitu dapat disimpulkan pula bahwa RRI bertanggung jawab langsung kepada Presiden atas segala aktivitasnya. Lembaga Penyiaran Publik jika dilihat dari segi penamaan, maka dapat dianalisi jika RRI merupakan suatu lembaga yang bergerak dalam bidang penyiaran, untuk melayani publik, yaitu pemerintahan dan masyarakat secara umum, melayani pemerintah bukan berarti disetir pemerintah. Perubahan peran RRI ini sangat mencolok, melihat citra RRI sebagai corong pemerintah yang berada dibawah kekuasaan pemerintah, kini RRI menjadi Lembaga Penyiaran Publik yang independen, netral dan tidak komersial. Perubahan dalam tubuh RRI tidak hanya sebutan atau statusnya saja yang berubah namun RRI mencoba untuk membuktikan kepada masyarakat luas akan kualitas yang mereka suguhkan dengan mengubah dan menambahkan berbagai konten dan mengubah pola hubungan dengan masyarakat. Kedepannya RRI akan mengembangkan strategi distribusi yang mencakup berbagai saluran, termasuk radio konvensional, siaran online, podcast, dan media sosial, akan memungkinkan RRI untuk menjangkau audiens yang lebih luas dan beragam. Sebagai upaya dalam pelestarian dan promosi keanekaragaman budaya dan bahasa di Indonesia adalah penting bagi RRI sebagai bagian dari misi untuk memperkuat identitas nasional dan melayani kebutuhan masyarakat yang beragam. Juga RRI perlu melakukan evaluasi terus menerus terhadap kinerja dan strateginya, serta siap untuk melakukan penyesuaian sesuai dengan perubahan kebutuhan masyarakat, perkembangan teknologi, dan tren industri media.

Ikuti tulisan menarik Razan Adhirajasa lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler