x

Potret anak-anak malam hari

Iklan

Uhwan Subhan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 25 Maret 2024 06:02 WIB

Mati yang Hidup

Beberapa hari yang lalu saya sempat melihat tweet seseorang yang berpesan setelah menunaikan shalat subuh jangan langsung rebahan dan tidur. Dia menyarankan agar kkita habiskan waktu sejam untuk membaca. Apa faedahnya?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Beberapa hari yang lalu saya sempat melihat tweet seseorang bahwa setelah menunaikan shalat subuh jangan langsung rebahan dan tidur, ia menyarankan sebaiknya habiskan waktu sejam untuk membaca, apapun itu Qur'an, buku, artikel, terserah yang penting membaca. Sayapun mengikuti anjurannya di hari pertama puasa ini.

Sejak jam dua pagi, saya terbangun dengan rasa gelisah yang tak menyenangkan, sebab rasa pening di kepala yang uratnya berdetak tegang. Mungkin efek istirahat yang kurang sejak hari kemarin. Ritual tarawih saya laksanakan hingga tiba waktu sahur.

Oh ya, menu sahurnya dibuat spesial oleh kakak saya, ia memasak nasi kebuli dengan aroma kapulaga yang tajam. Entah mengapa nafsu makan saya beranjak terbit dari kemalasan padahal belakangan hari porsi panganan saya seukuran anak usia 12 tahun.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Setelah shalat subuh saya melanjutkan bacaan Qur'an pada surat Aal-E-Imran. Memasuki ayat 22 perasaan saya merasa getir, resah dan menyayat. Puncaknya di ayat 27, kesedihan memenuhi qalbu saya, respon otak memancarkan titik-titik air yang menggumpal di kantong mata. Saya berusaha menahannya sebab akan merisak irama dan alunan suara yang sedari dulu ingin saya mirip-miripkan seperti suara Abdurrahman As-Sudais. Imam Masjidil haram yang fenomenal itu.

Saya penasaran, mengapa di ayat 27 hati saya bonyok diterjang gelombang kerintihan. Pencarian saya berujung pada terjemahan ayat tersebut;

“Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)”.

Saya belum merasa puas terjemahan dari tafsir Kemenag tersebut, selanjutnya penelusuran saya berujung pada tafsir Al Misbah karya ulama favorit saya semenjak kecil, Prof. Quraish Shihab;

“Dengan hukum sebab akibat yang Engkau tetapkan, Engkau memasukkan sebagian waktu malam ke dalam waktu siang yang membuat siang menjadi lebih panjang, dan memasukkan sebagian waktu siang ke dalam waktu malam yang membuat malam menjadi lebih panjang.

(1) Engkau mendatangkan sesuatu yang memiliki sifat hidup dari sesuatu yang tidak memilikinya dan mendatangkan sesuatu yang mati dari sesuatu yang hidup. Engkau bebas memberikan karunia luas-Mu kepada siapa saja yang Engkau kehendaki, sejalan dengan hukum kemahabijaksanaan-Mu. Tak seorang pun dapat mengawasi-Mu. Dan Engkau yang memiliki sifat-sifat seperti ini, tentu tak akan menjadi lemah dengan memberi kepemimpinan, kekuasaan, kekayaan dan kemudahan kepada rasul dan hamba-hamba pilihan-Mu, sebagaimana telah Engkau janjikan(2).

(1) Keadaan ini terjadi di sejumlah negara yang jauh dari garis katulistiwa. Di negara-negara itu perbedaan waktu siang dan malam berubah sedemikian rupa di setiap musim. (2) Siklus kehidupan dan kematian merupakan rahasia keajaiban alam dan rahasia kehidupan. Ciri utama siklus ini adalah bahwa zat-zat hitrogen, karbon dioksida, nitrogen dan garam yang nonorganik di bumi, berubah menjadi zat-zat organik yang merupakan bahan kehidupan pada hewan dan tumbuh-tumbuhan, berkat bantuan sinar matahari. Selanjutnya, zat-zat itu kembali menjadi mati dalam bentuk kotoran makhluk hidup dan dalam bentuk tubuh yang aus karena faktor disolusi bakteri dan kimia yang mengubahnya menjadi zat non organik untuk memasuki siklus kehidupan baru”.

Begitulah, Sang Pencipta Yang Mahakuasa mengeluarkan kehidupan dari kematian dan mengeluarkan kematian dari kehidupan, di setiap saat. Siklus ini terus berputar dan hanya terjadi pada makhluk yang diberi kehidupan, seperti bibit tanaman, misalnya. Ayat ini mengingatkan ilmuwan akan keajaiban penciptaan kehidupan dari benda yang mati, kemudian pengulangan siklus itu seperti diterangkan tadi.”

Jelaslah mengapa saya dibuat takjub karenanya. Sains dan Agama dipertemukan. Kadangkala pemahaman saya terhadap sains sering dipisahkan oleh agama karena epistemologi yang berbeda, karena dua entitas yang berbeda. Sains dengan segala empirisnya sedang agama dengan eskatologinya. Namun tafsiran ayat tersebut membuat hati saya berguncang.

Bagaimana bisa zat mati bisa dihidupkan? dapatkah kita menjawab tersebut tanpa kuasa pengetahuan yang diberikan oleh sang Pencipta?

Ikuti tulisan menarik Uhwan Subhan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler