Tenunan dalam permadani Afro-surrealis Akea Brionne yang berkilauan merupakan dorongan menuju keberlanjutan. Dengan gelar sarjana dalam bidang ini dan praktik yang berakar pada penelitian, seniman yang tinggal di Detroit ini mulai mempertimbangkan cara meminimalkan limbah saat mengembangkan foto.
“Membatasi konsumsi menjadi prinsip dasar yang melampaui kelebihan materi, yang meluas ke ide, konsepsi, pemikiran, dan cara hidup," katanya kepada Colossal.com.
Mengerjakan tenunan jacquard digital, Brionne menjahit rhinestones pada garmen, lantai keramik, dan detail lainnya, menambahkan elemen dekadensi pada setiap permadani. Banyak potret yang ditampilkan di sini dipamerkan baru-baru ini di Lyles & King di New York untuk pameran tunggal Brionne, Roses Grow in Southern Soil, dan menyelidiki perjalanan kakeknya antara Mississippi dan New Mexico pada tahun 1970-an di akhir masa migrasi besar-besaran.
Dia tertarik pada efek kolonialisme dan Diaspora Afrika yang masih ada, terutama yang berkaitan dengan ingatan dan bagaimana kisah-kisah diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Entah berfokus pada satu subjek anonim atau kelompok kecil di depan perairan yang luas, karya-karya ini diresapi dengan kesan menakutkan tentang sesuatu yang tidak biasa, yang secara halus menggelisahkan sesuatu yang sudah dikenal.
"Saya juga memikirkan tentang ekses dalam hal melihat sejumlah besar representasi Kegelapan yang terasa membatasi, jadi saya berusaha keras untuk melawan hal itu dan memberikan keragaman," tambah sang seniman.
Karya Brionne akan dipamerkan bersama Lyles & King di Expo Chicago pada bulan April 2024 ini dan dalam pameran kelompok di MassArt Art Museum yang akan dibuka pada bulan Juni. ***
Ikuti tulisan menarik Slamet Samsoerizal lainnya di sini.