x

Gambar di atas menggambarkan gelapnya negara pada masa penjajahan Jepang

Iklan

Novi Imroatul Awaliyah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 April 2024

Jumat, 5 April 2024 13:16 WIB

Zaman Jepang dalam Sejarah Sastra

Dalam masa pendudukan Jepang muncul penulisan prosa dengan gaya baru dari tangan sastrawan Idrus. Prosa Idrus sederhana, ekonomis dalam penggunaan kata, tapi mengandung makna yang dalam. Pokok bahasan adalah permasalahan sehari-hari yang terjadi di dunia nyata.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sejarah Jepang dimulai pada tahun 1603. Pada saat itu, Ieyasu yang telah berhasil menyatukan seluruh Jepang, membangun kekaisarannya di Edo, sekarang dikenal dengan Tokyo. Ieyasu mencoba membangun setiap aspek di negara ini sehingga negara ini mampu berdiri sendiri tanpa bantuan dari negara lain. Hasil dari politik yang dilakukan Ieyasu ini kemudian dimanfaatkan oleh Kekaisaran Tokugawa pada tahun 1639 dengan lahirnya Politik Isolasi.

Latar belakang dari lahirnya Politik Isolasi ini banyaknya misionaris Kristen yang datang menyebarkan Agama Kristen. Berkembangnya Agama Kristen akan menjadi mimpi buruk bagi kekaisaran, oleh sebab itu Kaisar mengambil langkah untuk tidak berhubungan dengan negara asing, kecuali dengan Pedagang-Pedagang Belanda yang dinilai menguntungkan. Itu pun hanya dilakukan di satu tempat, yaitu di Pulau Dejima, Nagasaki.

Politik Isolasi ini bertahan lebih dari 200 tahun sampai pada tahun 1853, Komodor Perry dari angkatan laut Amerika Serikat dengan 4 buah kapalnya memaksa Jepang untuk membuka diri kembali terhadap dunia luar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Setiap periode pasti memiliki ciri khas yang membedakan antara angkatan satu dengan yang lain. Termasuk juga dengan zaman jepang ini yang mempunyai ciri khas sebagai berikut

  1. Isi karya sastra mencerminkan kekaguman, pujian dan simpati terhadap kegagah beranian tentara jepang dalam melawan musuh, dan diharapkan semangat itu menjadi semangat bangsa Indonesia.
  2. Mencerminkan rasa benci, dendam dan berontak terhadap keadaan yang mencekam oleh tindakan pendudukan jepang.
  3. Lukisan sederhana dan mengena yang mengungkapkan kehidupan masyarakat yang terpoles oleh pendudukan jepang
  4. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia
  5. Bersifat Realistis (romantik-realistis)
  6. Ciri-ciri Berdasarkan Tema
  • Bercorak propaganda
  • Hasrat ingin merdeka yang tertekan
  • Perasaan yang kecewa
  • Sikap yang condong untuk mengejek
  • Sikap acuh tak acuh
  • Simbolis
  1. Ciri Karya Sastra Berdasarkan Bentuk
  • Karangan berbentuk prosa

   Dalam masa pendudukan Jepang muncul para penulisan bentuk prosa dengan gaya baru dari tangan sastrawan Idrus. Prosa idrus ini berbentuk sederhana, ekonomis dalam penggunaan kata, tiap patah kata yang digunakan dalam karangan mengandung makna yang dalam. Pokok permasalahannya adalah permasalahan sehari-hari yang terjadi di dunia nyata.

  • Karangan berbentuk puisi

Dalam masa pendudukan jepang mulai berkembang jenis sajak bebas, yang dirintis oleh chairil anwar  dan diikuti oleh penyair penyair muda, dan terus berkembang dalam masa masa berikutnya.dasar terciptanya sajak bebas ini adalah sajak diciptakan dengan pola isi menentukan bentuk , bukan isi mengikuti pola bentuk yang sudah ditetapkan lebih dulu.

  • Karangan berbentuk prosa lirik

bentuk karangan ini berkembang juga dalam masa pendudukan jepang. Cukup banyak karangan berbentuk prosa lirik yang kita jumpai dalam masa ini, antara lain: Tinjaulah dunia sana, dengar keluhan pohon mangga tuan turutlah merasakan, terawang setingkai kembang melati, asokamala dewi, permintaan terakhir.

  • Karangan berbentuk drama

            Dalam masa jepang pertumbuan an penulisan drama sangat subur. Kegiatan perkumpulan sandiwara yang ada pada masa itu mendorong perkembangan penciptaan drama

  1. Terdapat Keragu-raguan dan kebingungan menghadapi keadaan tak menentu karena kesewenangan jepang.

 

 

Pelopor Karya Sastra Pada Masa Jepang dan Karya-karyanya:

  1. Rosihan Anwar.

Pada zaman Jepang Rosihan Anwar ini menulis sejumlah sajak dan cerpen. Sajak-sajaknya banyak menggambarkan perasaan dan semangat pemuda. Sedangkan cerpennya yang berjudul ‘Radio Masyarakat’ menceritakan kemelut pemuda yang dilanda keraguan atas segala janji-janji kosong dari Jepang. Puisi-puisi karya Rosihan Anwar yang ditulis di masa Jepang antara lain “Seruan lepas”, “Lahir dengan Batin”, “Untuk Saudara”, “Bertanya”, “Damba”, “Kisah di Waktu Pagi”, “Lukisan”, dan “Manusia Baru”.

  1. S Ashar

Pada zaman Jepang menulis beberapa buah sajak menjadi terkenal karena sebuah sajaknya yang berjudul ‘Bunglon’

  1. Maria Amin

Penyair wanita zaman Jepang ini menggambarkan kehidupan rakyat dan bangsa Indonesia sebagai ikan dalam akuarium yang dilukiskan dalam prosa liriknya ‘Tengoklah Dunia Sana’.

  1.  

Pada zaman Jepang ia menuliskan sejumlah sajak yang melukiskan hati yang diamuk remaja. Setelah itu, pada masa sesudah perang ia menulis cerpen antara lain yang berjudul ‘Terawang’ yang dimuat dalam majalah Gema Suasana (1948).

  1. Amal Hamzah.

Memulai tulisannya pada zaman Jepang. Ia merupakan seorang yang kasar dan sajak-sajaknya sangat naturalistis juga dalam sandiwara-sandiwara dan cerita sketsa yang ditulisnya. Sajak-sajak dan karangan-karangan lainnya kembali diterbitkan dalam sebuah buku dengan  judul Pembebasan Pertama. Setelah itu ia lebih menaruh minatnya untuk menerjemahkan. Amal Hamzah menulis beberapa sandiwara isinya berupa ejekan meleceh para seniman yang menjadi budak Jepang.

  1. Idrus

Idrus pada zaman Jepang menulis beberapa karya sastra berbentuk drama, antara lain: ‘Kejahatan Membalas Dendam’ yang menggambarkan sebuah perjuangan pengarang muda yang melawan pengarang kolot dengan kemenangan di pihak pengarang muda, meskipun si pengarang kolot hendak memakai guna-guna segala.

  1. Usmar Ismail

Usmar Ismail pada zaman Jepang menulis karya sastra berupa sandiwara tentang kepahlawanan rakyat kepulauan Maluku yang mengadakan perlawanan kepada Belanda berjudul ‘Mutiara dari Nusa Laut’ lalu dimainkan oleh rombongan sandiwara penggemar ‘Maya’ yang dipimpinannya sendiri. Drama-drama yang ditulis oleh Usmar yang belum dibukukan antara lain ‘Mekar Melati’ dan ‘Tempat yang Kosong’. Tiga drama karangan Usmar yang berhasil dibukukan dalam satu buku berjudul Sedih dan Gembira (1949) yaitu ‘Api’, ‘Liburan Seniman’, dan ‘Citra’.

Ikuti tulisan menarik Novi Imroatul Awaliyah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu