x

Ustad Dennis Lim. Foto: Tangkapan layar dari Denis Lim Chanbel di Youtube

Iklan

Wahyu Kurniawan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 20 Juli 2021

Sabtu, 25 Mei 2024 16:39 WIB

Kekaguman Berlebihan pada Pesona Pendakwah Muda

Era digital memunculkan pendakwah muda yang berpengetahuan luas tentang Islam, sekaligus memiliki penampilan menarik dengan gaya komunikasi modern. Tak heran mereka cepat menjadi idola kaum hawa. Namun, kekaguman itu bisa menjadi fanatisme yang menyimpan bahayanya sendiri.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di era digital ini, media sosial telah melahirkan banyak influencer yang memainkan peran penting dalam menyebarkan berbagai macam pesan, termasuk pesan agama. Salah satu fenomena yang menonjol adalah munculnya pendakwah muda yang tidak hanya berpengetahuan luas tentang Islam, tetapi juga memiliki penampilan menarik dan gaya komunikasi yang modern. Pendakwah-pendakwah ini sering kali dengan cepat menjadi idola di kalangan kaum hawa.

Kekaguman yang ditunjukkan oleh para penggemar wanita terhadap pendakwah muda ini adalah sesuatu yang wajar. Mereka melihat sosok yang religius, cerdas, dan karismatik, yang mampu menjelaskan ajaran Islam dengan cara yang mudah dipahami dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Namun, masalah muncul ketika kekaguman ini berubah menjadi fanatisme yang berlebihan.

Fanatisme ini sering kali membuat para penggemar kurang kritis terhadap tindakan dan pernyataan idola mereka. Mereka cenderung menerima apa pun yang disampaikan oleh pendakwah muda tersebut tanpa mempertanyakan atau mengkritisi, bahkan ketika pendakwah tersebut melakukan kesalahan atau melanggar ajaran agama. Ketika hal ini terjadi, esensi dari dakwah itu sendiri bisa terdistorsi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pendakwah muda, seperti halnya manusia lainnya, tidak luput dari kesalahan. Mereka juga bisa terpeleset dalam ucapannya atau bertindak yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Namun, penggemar yang terlalu fanatik sering kali membela pendakwah mereka dengan cara yang membabi buta, tanpa mempertimbangkan kebenaran atau dampak dari tindakan tersebut.

Fenomena ini perlu disikapi dengan bijaksana oleh semua pihak. Para pendakwah muda perlu menyadari tanggung jawab besar yang mereka emban. Mereka harus terus belajar dan berusaha menjaga integritas diri agar tetap menjadi contoh yang baik bagi pengikutnya. Selain itu, mereka juga harus bersikap terbuka terhadap kritik yang membangun, karena ini adalah salah satu cara untuk terus memperbaiki diri dan dakwah mereka.

Di sisi lain, para penggemar juga perlu mengembangkan sikap kritis dan rasional. Mereka harus ingat bahwa idola mereka adalah manusia biasa yang bisa melakukan kesalahan. Mengidolakan seseorang tidak berarti mengabaikan kewajiban untuk berpikir kritis dan mempertimbangkan setiap informasi dengan bijaksana. Islam mengajarkan umatnya untuk selalu mencari kebenaran dan tidak mengikuti sesuatu dengan membabi buta.

Untuk mengatasi masalah ini, perlu adanya pendidikan literasi media di kalangan masyarakat, terutama kaum muda. Literasi media akan membantu mereka memahami bagaimana memanfaatkan informasi dengan bijak dan bagaimana bersikap kritis terhadap berbagai sumber informasi, termasuk dari pendakwah yang mereka kagumi. Selain itu, komunitas dan lembaga keagamaan juga perlu memberikan bimbingan yang tepat agar kekaguman terhadap pendakwah tidak berubah menjadi fanatisme yang merugikan.

Sebagai penutup, kekaguman terhadap pendakwah muda adalah hal yang positif asalkan tidak berlebihan dan tetap dalam koridor yang wajar. Penggemar perlu diajarkan untuk tetap kritis dan rasional, sementara pendakwah harus terus menjaga integritas dan terbuka terhadap kritik. Hanya dengan demikian, dakwah yang dilakukan bisa membawa manfaat yang nyata dan menjaga ajaran Islam tetap murni.

Ikuti tulisan menarik Wahyu Kurniawan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler