Kim Jiyoung, Born 1982: Cermin Ketimpangan Gender di Indonesia dan Perjuangan Kesetaraan

Rabu, 29 Mei 2024 21:40 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Film Kim Ji-young, Born 1982 telah memicu percakapan penting tentang isu ketimpangan gender di Korea Selatan dan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Film Kim Ji-young, Born 1982 telah memicu percakapan penting tentang isu ketimpangan gender di Korea Selatan dan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Diangkat dari novel populer karya Cho Nam-joo, film ini mengeksplorasi realitas diskriminasi gender yang dialami perempuan dalam masyarakat modern melalui kisah hidup tokoh utamanya, Kim Ji-young.

Dari penceritaan yang linier dan transisi waktu yang halus, film ini mengikuti perjalanan Kim Ji-young dari masa kecil hingga dewasa. Melalui kisah hidup Kim Jiyoung, film ini menggambarkan bagaimana seorang perempuan mengalami marginalisasi dan tindakan tidak adil sejak masa kecil hingga dewasa, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun tempat kerja. Hal ini mencerminkan realita bahwa diskriminasi gender bukan hanya terjadi di ruang publik, tetapi juga di lingkup privat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan yang dialami perempuan di Indonesia. Meskipun telah ada perkembangan positif dalam memperjuangkan kesetaraan gender, namun budaya patriarki dan stereotip gender masih kuat mengakar di masyarakat. Perempuan kerap menghadapi hambatan dalam mengakses pendidikan, pekerjaan, dan kesempatan yang sama dengan laki-laki. Mereka juga rentan mengalami kekerasan, baik fisik maupun psikis, serta beban ganda dalam mengurus rumah tangga dan bekerja.

Sayangnya, realitas serupa masih terjadi di Indonesia. Meskipun negara kita telah memiliki landasan hukum yang kuat untuk memerangi ketimpangan gender, seperti Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2022 tentang Perlindungan Perempuan, praktik diskriminasi masih sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Perempuan di Indonesia masih menghadapi tantangan seperti kesenjangan upah, peran ganda yang memberatkan, pelecehan seksual di tempat kerja, dan stereotip gender yang membatasi kesempatan mereka untuk berkembang. Budaya patriarki yang kuat dan norma-norma sosial yang tidak adil sering kali menjadi akar dari masalah ini.

Film ini juga mengeksplorasi dampak psikologis yang dialami perempuan akibat diskriminasi tersebut. Kim Jiyoung mengalami gangguan disosiatif, di mana ia seolah meninggalkan dirinya sendiri dan menjadi perempuan lain yang hidup di masa berbeda. Hal ini menggambarkan bagaimana tekanan dan diskriminasi yang terus-menerus dapat mempengaruhi kondisi mental perempuan.

Di Indonesia, masalah kesehatan mental perempuan juga menjadi perhatian serius. Banyak perempuan yang mengalami depresi, kecemasan, dan gangguan mental lainnya akibat tekanan sosial, beban ganda, dan kekerasan yang mereka hadapi. Persoalan ini sering kali tidak mendapat perhatian dan penanganan yang memadai.

Namun, film ini juga memberikan harapan bahwa perubahan adalah mungkin. Dengan mengangkat isu-isu ini ke permukaan, dapat memulai dialog yang lebih terbuka tentang ketimpangan gender dan mencari solusi yang lebih efektif. Masyarakat, pemerintah, dan semua pihak harus bekerja sama untuk membangun lingkungan yang lebih adil dan inklusif bagi perempuan di Indonesia.

Kim Ji-young, Born 1982 adalah panggilan untuk merefleksikan dan mengubah cara pandang terhadap perempuan dalam masyarakat modern. Film ini mendorong kita untuk mempertanyakan norma-norma sosial yang tidak adil dan membangun masyarakat yang lebih setara, di mana setiap individu, terlepas dari gender mereka, memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan mewujudkan potensi mereka secara maksimal.

Secara keseluruhan, film Kim Jiyoung, Born 1982 memberikan gambaran nyata tentang diskriminasi gender yang masih terjadi di masyarakat modern, baik di Korea Selatan maupun di Indonesia. Meskipun ada perbedaan budaya, namun isu-isu seperti stereotip gender, marginalisasi perempuan, dan dampak psikologisnya merupakan persoalan universal yang perlu terus diperjuangkan dan diatasi.

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Peristiwa

img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua