Membangun Kolektifitas dalam Ruang Belajar

Senin, 10 Juni 2024 13:33 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sering kali guru menghadapi situasi yang tidak bisa dikendalikan dalam ruang kelas, terlebih lagi jika memberikan tugas kelompok. Situasi yang dihadapi biasanya antar individu tidak kompak dalam kelompok.

Profesi guru bisa dibilang sebagai profesi yang gampang-gampang susah. Guru memiliki tanggung jawab besar untuk memberikan pembelajaran yang koheren dengan perkembangan zaman. Selain itu, guru pun harus mampu mendidik perilaku siswa agar tidak terjadi penyimpangan sosial. Beragam persoalan yang terjadi dalam kelas juga harus diselesaikan profesionalitas. Karena itu, menjadi guru bukan hanya memberikan materi pembelajaran/assemen. guru bukan menghadapi mesin yang mudah diprogram.

Sering kali guru menghadapi situasi yang tidak bisa dikendalikan dalam ruang kelas, terlebih lagi jika memberikan tugas praktik/portofolio yang dilakukan secara berkelompok. Situasi yang dihadapi biasanya yaitu kelompok kerja yang tidak kompak antar individu, atau bahkan yang paling eksterem yakni satu kelas tidak ada satu pun kelompok tidak mengerjakan tugas. Kejadian semacam ini karena timbul kolektifitas yang disalahartikan. Siswa cenderung berani menyelesaikan tugas jika dilakukan bersama-sama. Siswa merasa aman jika  sanksi yang akan diberikan berlaku satu kelas.

Berikut tip yang bisa dilakukan, di antaranya:

1. Menumbuhkan rasa tanggungjawab

Ciptakan rasa tanggungjawaban sebelum memberikan tugas kelompok baik berupa praktik atau potofolio. Guru menjelaskan urutan langkah penugasan yang sistematis dari awal hingga akhir pengumpulan tugas. Langkah-langkah yang sistematis ini akan membantu siswa untuk membagi tugas individu dalam setiap kelompok. Setelah itu dijelaskan pula aturan main yang berlaku dalam tugas tersebut, seperti setiap individu harus mampu menjelaskan apa yang sudah dikerjakan. Jika sistematis dan aturan main disampaikan, barulah menyampaikan keterkaitan antara tugas yang dikerjakan dengan kehidupan setelah lulus.

2. Koperatif dalam menangani persoalan siswa di kelas

Guru memberikan pelayanan pengaduan ketika dalam proses pemberian tugas. Hal ini dapat membantu kepercayaan siswa bahwa guru yang bertugas memberikan perhatian setiap langkah pengerjaan. Selain itu, siswa pun merasa ada pengawasan selama peroses pembelajaran, sehingga pengerjaan tugas dilakukan secara sistematis yang telah disampaikan. Hal terpentingnya adalah guru dalam proses pengawasan ini tidak langsung memberikan sanksi atau hukuman bagi siswa yang tidak ikutserta mengerjakan, tetapi melakukan tindakan/ujaran yang bersifat persuasif. Perlu diingat tindakan/ujaran persuasif lebih efektif ketimbang dengan memberikan hukaman secara langsung.

3. Pembiasaam brainstroming dalam menghadapi masalah kelompok

Pembiasaan brainstroming dalam mencari solusi permasalahan dapat menstimulus kolektifitas dalam kerja kelompok. Dalam hal ini, guru tidak dianjurkan untuk langsung menangani masalah yang terjadi, melainkan guru hanya menjadi fasilitator dalam dalam kelas. Artinya jika terjadi permasalahan yang dilaporkan siswa, guru tidak langsung mengambil tindakan sanksi. Guru menciptakan ruang diskusi untuk siswa mencari solusi bersama-sama. Kendati dalam proses diskusi membutuhkan waktu yang cukup lama, tetap harus dilakukan agar siswa belajar tentang memanajemen persoalan. Kondisi kelas yang tidak teratur akan lebih mudah ditangani jika mampu menciptakan suasana perasaan kolektifitas antar siswa.

Bagikan Artikel Ini
img-content
irvan syahril

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler