Chester Bennington: Musisi yang Tenggelam dalam Depresi

Selasa, 11 Juni 2024 06:01 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Chester Bennington seorang musisi terkenal yang memiliki pengalaman buruk hingga membuatnya depresi sepanjang hidupnya. Ia pun bunuh diri.

 

Nama Chester Bennington sangat akrab di telinga pendengar musik bagi anak-anak muda era 2000-an. Dia merupakan vokalis dari band Linkin Park, band yang berasal dari California, Amerika Serikat. Sebagai seorang vokalis, Chester memiliki gaya dan karakternya tersendiri dalam bernyanyi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kemudian, Chester Bennington menjadi idola baru yang dikagumi oleh banyak orang di seluruh dunia. Di awal 2000-an, lagu-lagunya diputar di banyak tempat, misalnya  seperti cafe. Namun, dibalik popularitasnya itu, Chester menyimpan dan memiliki banyak peristiwa kelam semasa hidupnya.

Terdapat satu buku yang memuat kisah hidup Chester Bennington yang ditulis oleh Gilbert Chocky. Bukunya diterbitkan oleh Second Hope. Dalam karya Gilbert, para pembaca akan diajak menelusuri perjalanan hidup vokalis Linkin Park tersebut. Dimulai dari kehidupan masa kecil, kejadian traumatis, perjalanannya dalam dunia musik, hingga akhir hidup Chester Bennington.

Sebagai pengantar, Chester dilahirkan di Phoenix pada 20 Maret 1976. Ayahnya bernama Lee Russell Bennington, sedangkan ibunya bernama Susan Elaine Johnson. Namun, di tahun 1980-an, orang tuanya bercerai. Kemudian, hal itu menganggu psikologis Chester yang masih kecil. Perceraian kedua orang tuanya merupakan awal dari kepahitan hidup Chester Bennington.

Kelak, Chester meluapkan atau mengekspresikan kejadian-kejadian pahit yang dialami oleh dirinya melalui musik atau lagu-lagu yang dia ciptakan. Lagu-lagu yang dia ciptakan sebagian besar tentang depresi yang ia alami, adiksi terhadap obat-obatan, hingga alkohol sebagai pelarian dari semua masalah dalam hidupnya.

 

Perjalanan Karir Chester Bersama Linkin Park

Sebelum bergabung dengan Linkin Park, Chester beberapa kali mempunyai sebuah band, seperti Sean Dowdell and His Friends. Band tersebut beberapa kali telah tampil, tetapi para personilnya hanya menjalaninya untuk bersenang-senang. Selain itu, Chester juga memiliki band bernama Grey Daze. Namun, lagi-lagi, band tersebut bernasib sama, sehingga Chester keluar dari band tersebut pada 1998.

Sementara itu, di California, terdapat sebuah band Xero, band yang didirikan oleh Mike Shinoda. Kebetulan, band tersebut membutuhkan seorang vokalis. Lalu, Chester mendapatkan informasi terkait hal itu dari seorang kenalan yang bernama Jeff Blue. Chester mengatakan bahwa ini adalah kesempatan yang sangat bagus bagi dirinya.

Chester segera merekam suaranya ke dalam musik demo Xero. Ternyata, Jeff sangat menyukai suara Chester dan dia menganggap bahwa Chester adalah orang yang tepat sebagai vokalis untuk Xero. Setelah itu, Chester langsung bergegas ke Los Angeles. Akhirnya, secara resmi, Xero menjadikan Cheser sebagai vokalis.

Pada tahun 1999, Xero menandatangani kontrak rekaman dengan Warner Bros Records. Xero juga berganti nama menjadi Hybrid Theory yang kemudian kembali berubah menjadi Linkin Park. Linkin Park sendiri merupakan ide dari Chester, karena dia terinspirasi dari nama Lincoln Park, sebuah taman yang terletak di Santa Monica, di tepi barat Los Angeles.

Sementara itu, nama Hybrid Theory  digunakan menjadi tajuk album debut band Linkin Park. Album itu akhirnya dirilis pada 24 Oktober 2000. Hybrid Theory berhasil terjual sebanyak 4,8 juta keping dan dinobatkan sebagai Album Terlaris Tahun 2001. Di samping itu, album tersebut juga memperoleh penghargaan Best Hard Rock Performance dalam ajang Grammy Awards.

Beberapa tahun berselang, Linkin Park kembali merilis album Reanimation (2002) dan Meteora (2003). Meteora berhasil terjual sebanyak 800.000 keping selama minggu pertama perilisan. Namun, ada satu kejadian pahit yang harus kembali dialami oleh Chester di tengah namanya yang sedang naik daun bersama Linkin Park, yaitu ia harus bercerai dengan sang istri, Samantha Olif. Momen itu kembali menghanyutkan Chester dalam depresi.

Selain ketiga album di atas, Linkin Park juga merilis sejumlah album lainnya, seperti Minutes to Midnight (2007), A Thousand Suns (2010), Living Things (2012), The Hunting Party (2014), dan One More Light (2017), album terakhir Chester Bennington bersama Linkin Park.

 

Chester & Sisi Kelam Hidupnya

Seperti yang dikatakan sebelumnya, semasa hidupnya, Chester banyak mengalami berbagai macam perlakuan yang menganggu kondisi mental dan psikologisnya. Sehingga, hal-hal tersebut membuatnya menjadi frustasi, bahkan depresi. Bagaimana tidak, saat kecil, Chester harus melihat kedua orang tuanya berpisah. Lalu, saat usianya menginjak 7 tahun, dia harus menjadi korban pelecehan seksual.

Chester tumbuh menjadi seorang laki-laki yang pemalu dan kehilangan kepercayaan diri. Ketika menginjak bangku SMA, Chester juga mengalami korban bullying karena kondisi fisiknya yang kurus. Alhasil, Chester melampiaskan semua hal buruk pada minuman keras dan obat-obatam terlarang.

Chester menjalani hari-hari yang berat selama bertahun-tahun. Berbagai kejadian kelam itulah yang membuatnya depresi sepanjang tahun. Pengalaman-pengalaman buruknya itu dituangkan ke dalam lagu-lagunya. Misalnya, lagu “Crawling”, lagu yang mengisahkan tentang kecanduan alkohol dan narkotika. Sebagian besar lagu yang dituliskan Chester memang berkisah tentang pengalaman pribadinya.

Lagu lainnya ialah “Heavy”, lagu yang menggambarkan tentang kecemasan serta kegelisahan akibat pikiran yang begitu penuh oleh hal-hal yang tidak penting dan berharap bisa lepas. Kondisi Chester saat menggarap album One More Light memang sedang tidak dalam kondisi terbaiknya. Ia sangat berjuang keras untuk melawan depresinya.

Album One More Light merupakan ruang bagi Chester dalam menghentikan keinginannya untuk bunuh diri. Dan, setiap lagu yang ada di album terakhirnya tersebut memang datang dari pengalaman Chester.

Beberapa bulan sebelum Chester memutuskan untuk bunuh diri, ada satu kejadian yang membuatnya semakin pesimis dan terpukul, yakni ketika sahabatnya, Chris Cornell meninggal. Sahabatnya itu meninggal dengan karena bunuh diri pada 18 Mei 2017 di usianya yang ke 52 tahun. Bagi beberapa orang, termasuk Chester, kehilangan sahabat merupakan salah satu kehilangan paling pahit dalam hidup yang harus diterima.

Beberapa bulan kemudian, tepatnya pada 20 Juli 2017, Chester ditemukan meninggal dunia dengan cara gantung diri. Dia meninggal dan bunuh diri bertepatan dengan hari ulang tahun sahabatnya, Chris yang ke-53. Mereka mengakhiri hidupnya dengan cara yang sama, yakni gantung diri. Jenazah Chester dimakamkan pada 29 Juli 2017 di California, Amerika Serikat.

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Arman Ramadhan

Penulis Indonesiana // Mahasiswa IISIP Jakarta

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Peristiwa

img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua