Tan Jin Sing Bukan Cina?

Rabu, 13 November 2024 14:19 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tan Jin Sing adalah bupati Nayaka Kesultanan Yogyakarta. Kawan akrab Raffles ini ternyata anak Demang Kalibeber yang diangkat menjadi anak sebuah keluarga Tionghoa.

Judul: Tan Jin Sing – Dari Kapiten Cina Sampai Bupati Yogyakarta

Penulis: T.S. Werdoyo

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tahun Terbit: 1990

Penerbit: Grafiti

Tebal: xx + 161

ISBN: 979-444-101-5

 

Buku yang berjudul ”Tan Jin Sing” ditulis oleh T.S. Werdoyo. T.S. Werdoyo adalah keturunan Tan Jin Sing. Sebagai keturunan Tan Jin Sing, T.S. Werdoyo tentu memiliki informasi yang jarang diketahui oleh khalayak. Ia menuangkan informasi yang dimiliki oleh keturunan Tan Jin Sing tersebut ke dalam buku ini. Bukan hanya dari kisah yang diteruskan di keluarga, T.S. Werdoyo juga melengkapi bukunya dengan kajian pustaka. Informasi tentang Tan Jin Sing yang belum saya dapatkan dari sumber lain itulah yang saya dapatkan di buku ini.

Berikut adalah beberapa hal baru tentang Tan Jin Sing yang saya dapatkan dari buku ini:

Tan Jin Sing bukan orang Cina

T.S. Werdoyo menjelaskan bahwa Tan Jin Sing bukanlah seorang Cina. Ia adalah anak dari Demang Kalibeber, Wonosobo yang bernama Demang Patrawijaya. Bayi Tan Jin Sing diambil sebagai anak angkat dari Oei Tek Liong karena Demang Patrawijaya meninggal 6 bulan sebelum istrinya melahirkan. Demang Patrawijaya meninggalkan banyak hutang, sehingga keluarganya jatuh miskin.

Jika iaadalah anak angkat dari Oei Tek Liong, mengapa ia mempunyai marga Tan? Bukan memakai marga ayah angkatnya? Buku ini menjelaskan mengapa Tan Jin Sing bermarga Tan. Dua minggu setelah diadopsi, bayi Tan Jin Sing dibawa ke sebuah kelenteng di Semarang. Dari ramalan seorang bikuni, Tan Jin Sing akan mengalami nasip buruk kalau memakai marga Oei. Maka bayi Tan Jin Sing diberikan kepada pasangan suami-istri Tan Sin Hong, yang tinggal di dekat Kelenteng selama 7 bulan. Dari Tan Sin Honglah bayi tersebut kemudian mempunyai marga Tan.

Tan Jin Sing berperan besar bagi Pangeran Surojo sehingga menjadi Hamengku Buwono III

Tan Jin Sing mempunyai peran yang sangat penting dalam mendukung Pangeran Surojo menjadi Hamengku Buwono III.  Pangeran Surojo yang telah diangkat sebagai Putra Mahkota ternyata harus dibebas tugaskan atas desakan Ratu Wulan, istri selir HB II yang ingin menantunya menggantikan HB II sebagai raja. Atas campur tangan Kumpeni (Deandels), akhirnya Pangeran Surojo dikembalikan ke posisinya sebagai Putra Mahkota. Bahkan diberi kuasa untuk menjalankan pemerintahan Jogjakarta.

Namun saat Inggris menyerang Jogja, Pangeran Surojo kembali merasa terancam. Hubungannya yang sangat jelek dengan ayahnya, HB II membuat Pangeran Surojo khawatir akan disingkirkan dengan datangnya Inggris ke Jogjakarta. Maka Pangeran Surojo meminta kepada Tan Jin Sing untuk mendukungnya di depan Inggris. Tan Jin Sing berhasil meyakinkan John Crawfurd, Residen Jogja supaya mengankat Pangeran Surojo sebagai Raja Jogjakarta. Akhirnya Pangeran Surojo ditetapkan sebagai Hamengku Buwono III di era Inggris.

Atas jasanya, Tan Jin Sing yang saat itu menjadi Kapitan Cina di Jogjakarta, diangkat menjadi Bupati Nayaka dengan nama KRT Secodiningrat. Tan Jin Sing juga mendapatkan hadiah tanah di wilayah Kedu. Tapi jabatannya sebagai Bupati Nayaka dicabut dan tanah hadiah tersebut diminta kembali saat HB III meninggal dunia.

Tan Jin Sing mempunyai hubungan yang sangat akrab dengan Rafles dan John Crawfurd

Tan Jin Sing pertama kali bertemu muka dengan Rafles di Semarang. Mereka berdua bertemu di rumah Residen Semarang pada tanggal 13 Desember 1811. Tan Jin Sing dan Rafles mendiskusikan tentang rencana Inggris masuk Jogjakarta. Rafles menjelaskan tentang rencana Pemerintah Inggris saat masuk ke Jogjakarta, sedangkan Tan Jin Sing memberikan update tentang perkembangan Keraton Jogjakarta, khususnya kondisi di dalam istana.

Selain itu, Tan Jin Sing juga menawarkan untuk memberikan beberapa anggrek kepada Rafles. Rafles dan Istrinya – Olivia, memang penggemar tanaman dan binatang. Rafles juga meminta Tan Jin Sing untuk menterjemahkan beberapa naskah dalam bahasa Jawa ke dalam Bahasa Inggris, karena Rafles sedang menyelesaikan buku yang sedang ditulisnya (History of Java).

Pertemuan kedua antara Tan Jin Sing dan Rafles adalah saat Rafles berkunjung ke Jogjakarta. Dalam pertemuan ini mereka mendiskusikan sikap Inggris atas permintaan HB II untuk tetap ditetapkan sebagai Sultan. Saat bertemu di Jogja, Tan Jin Sing memberikan saran kepada Rafles bagaimana bersikap kepada HB II, supaya Inggris tidak dianggap lemah oleh Sultan.

Pertemuan ketiga antara Tan Jin Sing dengan Rafles terjadi di Bogor pada tanggal 27 Februari 1812. Seperti telah dijanjikan saat bertemu di Semarang, Tan Jin Sing membawakan anggrek untuk Rafles dan istrinya.

Pada tanggal 5 April 1812, Tan Jin Sing kembali bertemu dengan Rafles di Batavia. Dalam pertemuan di Batavia ini, Rafles secara khusus meminta kepada Tan Jin Sing untuk menyiapkan logistik kedatangan tentara Inggris ke Jogjakarta.

Tan Jin Sing sangat dekat dengan Residen Jogjakarta John Crawfurd. Melalui keakraban inilah Tan Jin Sing berhasil mempengaruhi Inggris untuk mengangkat Pangeran Surojo menjadi HB III. Komunikasi dengan Inggris, banyak melalui Crawfurd. Hubungan Tan Jin Sing dengan Crawfurd tidak terbatas pada hubungan kerja, tetapi juga dalam hal kebudayaan. Tan Jin Sing membantu Crawfurd menterjemahkan Mahabarata dalam bahasa Inggris, sementara Crawfurd memberikan buku karya Shakespeare kepada Tan Jin Sing.

Tan Jin Sing mendukung perjuangan Pangeran Diponegoro

Kedetakan Tan Jin Sing dengan Pangeran Diponegoro sudah terjalin sejak Tan Jin Sing mendukung Pangeran Surojo untuk menjadi Sultan. Pangeran Surojo adalah ayah dari Pangeran Diponegoro.

Tan Jin Sing bahkan mengusulkan kepada Inggris untuk mengangkat Diponegoro menjadi pengganti Sultan HB III saat wafat. Namun sayang Pangeran Diponegoro tetap pada pendiriannya untuk tidak bersedia menjadi Sultan Diponegoro menyadari dirinya sebagai anak selir.

Tan Jin Sing secara hati-hati mendukung perjuangan Diponegoro saat Diponegoro mengangkat senjata melawan Belanda dan Kerator Jogjakarta. Tan Jin Sing tidak bisa leluasa membantu Diponegoro karena sebagai orang dekat Diponegoro, ia selalu diawasi. Maka Tan Jin Sing membuat skeknario perampokan uang hasil penjualan rumahnya yang ada di Magelang.

Ketika ibunya sudah meninggal, Tan Jin Sing berencana untuk menjual rumah tersebut. Ia memerintahkan Sun Kion, orang kepercayaannya untuk menjual rumah tersebut. Rumah di Magelang berhasil dijual dengan harga HFL (gulden) 27,500. Tan Jin Sing mengatur supaya uang tersebut diambil oleh laskar Diponegoro dengan skenario perampokan rumah Sun King. Perampok yang terdiri 6 orang itu mendatangi rumah Sun Kiong dan mengambil HFL (gulden) 25.000 hasil penjualan rumah Tan Jin Sing di Magelang.

Tan Jin Sing memeluk Islam setelah belajar dari sepupunya yang lebih dulu menjadi Islam

Dalam berbagai informasi yang saya dapat sebelumnya, Tan Jin Sing sudah menjadi seorang Islam karena ayah angkatnya adalah Tionghoa beragama Islam. Apalagi sang ayah angkat menikahi ibu kandung Tan Jin Sing. Namun dalam buku ini T.S. Werdoyo menyampaikan bahwa Tan Jin Sing baru belajar Islam menjelang ia diangkat menjadi Bupati Nayaka.

Tan Jin Sing belajar Islam dari Ki Rekso, sepupunya yang sudah lebih dulu memeluk Islam. Tan Jin Sing secara serius belajar Islam sebelum akhirnya mengucap Kalimat Sahadat. Keputusan Tan Jin Sing memeluk Islam diikuti oleh U Li, istri dan Dadang, anaknya.

Keturunan Tan Jin Sing terdiri dari dua etnis

Dalam buku ini dijelaskan bahwa keturunan Tan Jin Sing mempunyai paguyuban. Paguyuban ini mewadahi dua kelompok etnis/budaya keturunan Tan Jin Sing, yaitu keturunan Tan Jin Sing yang memilih etnis/budaya Jawa, dan keturunan Tan Jin Sing yang merasa mereka adalah etnis/berbudaya Tionghoa.

Dalam buku ini disebutkan Tan Jin Sing menikah dua kali. Sementara di sumber lain, Tan Jin Sing mempunyai 3 istri. Pernikahan pertama dengan U Li memberinya seorang putra bernama Dadang. U Li adalah seorang perempuan Tionghoa. Pernikahannya yang kedua adalah dengan Endang Iswandi, putri dari Raden Mangundiputro dari Pekalongan. PPP adalah seorang putri Jawa. Kemungkinan daru dua jalur istri Tan Jin Sing inilah terbentuk dua etnis keturunan Tan Jin Sing. 878

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler