Peran Generasi Z dalam Fast Fashion

Selasa, 31 Desember 2024 06:56 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Citayam Fashion Week
Iklan

Generasi Z salah satu perusak Lingkungan?

Fast fashion telah mengubah cara masyarakat membeli pakaian dengan menawarkan produk yang modis dan murah. Namun, dampaknya terhadap lingkungan dan sosial sangat serius. Artikel ini membahas kerusakan lingkungan, risiko kesehatan kerja, dan limbah tekstil akibat fast fashion. Dampak ini lebih terasa di negara berkembang, mencerminkan ketidakadilan global.

Solusi yang diusulkan mencakup inovasi bahan ramah lingkungan, regulasi perusahaan yang lebih ketat, reformasi kebijakan perdagangan, dan peningkatan kesadaran konsumen. Generasi Z, sebagai konsumen utama, memiliki peran penting dalam mendorong perubahan menuju industri yang lebih berkelanjutan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Generasi Z, yang lahir antara tahun 1997 dan 2012, merupakan kelompok usia yang tumbuh di era digital dan memiliki akses yang luas terhadap informasi serta teknologi. Dalam konteks konsumsi fashion, Generasi Z menunjukkan kecenderungan yang signifikan terhadap fast fashion, sebuah model bisnis yang menawarkan pakaian terbaru dengan harga terjangkau dan dalam waktu singkat.

Contoh merek fast fashion yang mendominasi pasar global meliputi Zara, H&M, Uniqlo, dan Shein. Merek-merek ini dikenal karena kecepatan mereka dalam mengikuti tren mode, ketersediaan produk yang melimpah, dan strategi pemasaran yang agresif. Fenomena ini menarik perhatian berbagai pihak, terutama dalam upaya memahami faktor-faktor yang memengaruhi preferensi mereka terhadap fast fashion dibandingkan dengan produk lokal yang mungkin lebih berkualitas dan berkelanjutan.

Fast fashion adalah cara produksi pakaian secara cepat dan murah untuk memenuhi permintaan pasar. Model bisnis ini bergantung pada rantai pasokan global dengan tenaga kerja murah, terutama di negara berkembang. Namun, fast fashion juga menciptakan masalah besar seperti pencemaran lingkungan, kondisi kerja yang buruk, dan limbah tekstil yang melimpah. Artikel ini menawarkan analisis dan solusi untuk membuat industri fashion lebih adil dan berkelanjutan.

Penelitian ini juga berhubungan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya tujuan ke-8, yaitu Decent Work and Economic Growth atau pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi. SDGs ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, dengan menciptakan peluang kerja yang produktif. Dalam konteks penelitian ini, penting untuk memahami bagaimana kecenderungan konsumsi fast fashion dapat memengaruhi sektor ekonomi lokal, termasuk pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di bidang fashion.

Fast Fashion sebagai Isu Keadilan Lingkungan Global

Keadilan lingkungan didefinisikan oleh Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat sebagai "perlakuan adil dan keterlibatan bermakna semua orang tanpa memandang ras, warna kulit, asal negara, atau pendapatan." Di Amerika Serikat, konsep ini terutama digunakan dalam literatur ilmiah untuk menggambarkan penempatan tidak proporsional situs superfund (situs limbah berbahaya) di atau dekat komunitas rasial minoritas. Namun, keadilan lingkungan tidak terbatas pada Amerika Serikat dan tidak perlu dibatasi oleh batas geopolitik

.Industri tekstil dan garmen memindahkan beban lingkungan dan pekerjaan terkait dengan produksi massal dari negara-negara berpenghasilan tinggi ke komunitas-komunitas kurang beruntung (misalnya pekerja berpenghasilan rendah, pekerja perempuan) di LMICs. Memperluas kerangka kerja keadilan lingkungan untuk mencakup dampak tidak proporsional yang dialami oleh mereka yang memproduksi dan membuang pakaian kita adalah penting untuk memahami besarnya ketidakadilan global yang dipertahankan melalui konsumsi pakaian murah.

Kerusakan Lingkungan

 Produksi tekstil membutuhkan banyak air dan menggunakan bahan kimia berbahaya. Limbah air dari pewarna sering mencemari sungai, merusak ekosistem lokal. Ini terkait dengan SDGs Nomor 6 tentang "Air Bersih dan Sanitasi." Misalnya, polusi dari industri tekstil di Tiongkok telah merusak kualitas air, membuatnya tidak layak untuk diminum atau digunakan. Fast fashion juga menyumbang 20% limbah air industri global, menunjukkan perlunya pengelolaan limbah yang lebih baik.

Risiko Kerja

 Pekerja di pabrik garmen sering menghadapi kondisi kerja yang buruk, seperti ventilasi tidak memadai dan paparan bahan kimia beracun. Contoh nyatanya adalah paparan debu kapas yang menyebabkan penyakit paru-paru seperti byssinosis. Risiko ini berhubungan dengan SDGs Nomor 3 tentang "Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan." Dengan meningkatkan standar keselamatan kerja, kesejahteraan jutaan pekerja dapat terjamin.

            Ketidakadilan Sosial dan Ekonomi

Dampak dari fast fashion tidak hanya terbatas pada lingkungan tetapi juga menciptakan ketidakadilan sosial. Pekerja di industri ini sering kali adalah perempuan dan kelompok berpenghasilan rendah yang dieksploitasi dengan upah rendah dan kondisi kerja yang buruk. Mereka menanggung beban dari dampak negatif terhadap kesehatan tanpa mendapatkan perlindungan atau dukungan yang memadai

 

Limbah Tekstil

 Konsumsi berlebihan fast fashion menghasilkan limbah tekstil dalam jumlah besar. Banyak pakaian bekas dari negara maju dikirim ke negara berkembang, di mana mereka sering berakhir sebagai sampah yang mencemari sungai atau laut. Serat mikroplastik dari poliester ditemukan di perairan laut, mengancam kehidupan laut dan kesehatan manusia. Hal ini terkait dengan SDGs Nomor 14 tentang "Ekosistem Lautan."

Penelitian ini berhasil mengidentifikasi preferensi Generasi Z dalam memilih produk fast fashion dibandingkan produk lokal. Dari 61 responden yang disurvei, mayoritas (58 orang) percaya bahwa produk lokal dapat bersaing dengan produk fast fashion. Namun, faktor seperti persepsi kualitas, keterbatasan promosi, dan stigma negatif terhadap produk lokal menjadi kendala utama.

Generasi Z memainkan peran besar dalam ekosistem fast fashion karena gaya hidup mereka yang dipengaruhi oleh tren media sosial. Meskipun mereka peduli pada isu lingkungan, tindakan nyata mereka sering kali belum sejalan. Untuk mengatasi masalah ini, perlu ada kerja sama antara industri, pemerintah, dan konsumen. Solusi mencakup penggunaan bahan ramah lingkungan, regulasi perusahaan yang ketat, reformasi kebijakan perdagangan, dan edukasi konsumen.

Generasi Z dapat menjadi agen perubahan dengan memilih merek yang bertanggung jawab, mendukung mode berkelanjutan, dan mengurangi pembelian impulsif. Jika mereka mengarahkan pilihan konsumsi ke arah yang lebih sadar lingkungan, mereka dapat membantu membangun industri fashion yang lebih berkelanjutan dan adil. Dengan pendekatan ini, masa depan yang lebih hijau dan berkeadilan dapat tercapai.

 

 

 

Bagikan Artikel Ini
img-content

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Peran Generasi Z dalam Fast Fashion

Selasa, 31 Desember 2024 06:56 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler