Bucin Itu Nggak Butuh Logika, Butuh Tamparan Dulu Baru Sadar

Kamis, 22 Mei 2025 09:57 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Psikologi Cinta
Iklan

Maka dari itu, bucin kerap disebut “buta” karena bukannya mereka tidak mengerti, tetapi mereka memilih untuk tidak mau mengerti.

***

Terminologi “bucin” dengan istilah lain budak cinta memang sudah tidak asing di telinga. Terlebih yang membuat penasaran: Kenapa orang bucin seringkali dinilai “buta”? Kok bisa ya orang yang biasanya logis malah jadi tidak melihat kenyataan kalau sudah jatuh cinta? Bahkan orang yang pintar banget sekalipun bisa tiba-tiba hilang akalnya? Sampai ada yang rela melakukan apapun demi doi, walaupun terlihat jelas hal tersebut tidak sehat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bucin Nggak Bisa Disadarin Pakai Logika

Dr. Helen Fisher, seorang peneliti pakar cinta dan otak dari Rutgers University berpendapat bahwa ketika seseorang sedang jatuh cinta, otaknya penuh dengan hormon bahagia—dopamin, hormon kedekatan—oksitosin, dan hormon pengikat—vasopresin. Hal tersebut membuat orang menjadi lebih fokus dengan perasaan senangnya saja, cenderung tidak menerima fakta yang tidak mengenakan, mengidealkan pasangannya dengan fokus pada sisi positif si doi, dan mengalami emosi intens salah satunya yaitu euforia dan kecemasan ketika berpisah (Fisher, 2006).

Maka dari itu, bucin kerap disebut “buta” karena bukannya mereka tidak mengerti, tetapi mereka memilih untuk tidak mau mengerti. Sebab saat itu yang jalan bukanlah logika tetapi perasaannya.

Bebal, Nggak Bisa Diceramahi

Frustasinya lagi, orang bucin memang tidak bisa disadarin hanya dengan lewat omongan logis. Walaupun kamu beri dia bukti, data, fakta, penjelasan, semuanya akan dilepeh mentah-mentah. Dr. Cortney Warren—seorang psikologi klinis, dalam TEDx Talk-nya berjudul “Honest Liars: The Psychology of Self-Deception” (TEDx Talks, 2014) mengatakan bahwasannya manusia kerap membohongi dirinya sendiri seperti mempercayai hal-hal yang mereka ingin percaya dan menolak kenyataan yang tidak sesuai. Ini berhubungan dengan istilah “bias konfirmasi” yaitu di mana orang hanya ingin mendengar informasi yang sesuai dengan apa yang ia percayai. So, ketika cintanya sedang membuta, salah satunya kamu berkata bahwa pasangannya bersikap buruk, si bucin bisa saja menjawab dengan berbagai alasan.

Upaya Menolong yang Berbalik Salah Paham

Teman yang baik adalah mengingatkan, salah satunya dengan menasihati terkait masalah “perbucinan”ini. Bagi beberapa orang yang sudah tidak tertolong bucinnya, meskipun pasangannya sudah tidak benar tabiatnya seperti tukang ghosting, toxic, atau pun tukang selingkuh, mereka tetap bersikeras dengan merespons defensif. Bukannya mendengarkan, ia akan lanjut beralasan membela si doi. Lucunya lagi, bagi beberapa kasus, ada yang sampai pindah teman curhat karena dianggap tidak supportive dan mencari orang lain yang dinilai lebih permisif—yang responsnya sesuai dengan apa yang ia ingin dengar.

Barulah ketika dia sadar dengan setelah ngerasain sendiri pahitnya. Dari situlah pintu logika baru terbuka. Mereka memang harus merasakan capek dan pahit dulu baru dapat menerima kenyataan yang ada. Logika emang tidak akan mempan kalau hatinya masih ngejar harapan.

Jadi, Kalau Kamu Punya Temen Bucin...

Terkadang yang bisa kita lakukan memang tetap mengingatkan tanpa dan temani segala keadaan, agar di kala mereka jatuh, tetap ada ruangg pulang untuk mereka. Karena bucin itu bukan perkara bodoh, tetapi perkara belum siap melepas ilusi yang terasa nyaman.

Dan kalau kamu sendiri lagi merasakan bucin yang amat, coba tarik napas dan tanyakan pada hati dan pikranmu “Aku sayang dia... tapi aku sayang diriku juga nggak?”

Fisher, H. E., Aron, A., & Brown, L. L. (2006). Romantic love: A mammalian brain system for mate choice. Philosophical Transactions of the Royal Society B: Biological Sciences, 361(1476), 2173–2186. https://doi.org/10.1098/rstb.2006.1938

TEDx Talks. (2014, May 3). Honest liars: The psychology of self-deception | Cortney Warren | TEDxUNLV [Video]. YouTube. https://youtu.be/YpEeSa6zBTE

Bagikan Artikel Ini
img-content
Shabrina Ghossani

Penulis Indonesiana

1 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler