Saya seorang mahasiswa ilmu komunikasi

Membangun Generasi yang Kritis dan Santun Sejak Dini

Selasa, 1 Juli 2025 14:35 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Debat Kusir
Iklan

Ditengah maraknya budaya debat yang kerap dibumbui emosi dan adu ego ,penting untuk kita menanamkan etika debat sebak usia dini.

***

Di era sekarang inj yang penuh arus informasi dan opini, kemampuan berdebat menjadi keterampilan penting bagi generasi muda. Sayangnya, tak sedikit perdebatan di ruang publik, termasuk di media sosial, justru dipenuhi dengan ujaran kebencian, ad hominem, hingga penyebaran hoaks. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan menyampaikan pendapat saja tidak cukup dibutuhkan etika dalam berdebat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Karena itu, menanamkan etika debat sejak dini menjadi kebutuhan mendesak. Anak-anak perlu diajarkan bahwa berpendapat itu hak, tapi menyampaikan pendapat dengan hormat dan mendengarkan sudut pandang orang lain adalah bagian dari tanggung jawab sosial.

apa itu debat?

Etika debat bukan hanya soal aturan teknis,tetapi mencakup nilai-nilai seperti:

1.menghargai perbedaan pendapat

2.tidak menyerang pribadi lawan debat (ad hominem)

3.menggunakan data dan argumen logis 

4.mendengarkan secara aktif

5.menghindari emosi negatif seperti merendahkan dan juga mengejek

Dengan memahami ini kita akan tumbuh menjadi individu yang bijak dalam menyampaikan pikiran.

Mengapa harus sejak dini?

Usia dini adalah masa pembentukan karakter. Anak-anak memiliki keingintahuan yang tinggi dan mulai membentuk pandangan terhadap dunia. Saat mereka didorong untuk bertanya, berdiskusi, dan menyampaikan pendapat dengan cara yang sopan, mereka belajar bahwa berdebat bukan tentang menang atau kalah, melainkan tentang memahami dan dipahami.

Jika etika debat ditanamkan sejak kecil, mereka akan terbiasa berpikir kritis tanpa kehilangan empati. Ini akan berpengaruh besar pada kehidupan sosial mereka kelak, baik dalam lingkungan akademik, pekerjaan, hingga kehidupan bermasyarakat.

Peran Keluarga, Sekolah, dan Media

Keluarga

Keluarga adalah sekolah pertama. Orang tua dapat menjadi teladan dengan memberikan ruang diskusi di rumah, mendengarkan pendapat anak, dan mencontohkan cara menyampaikan ketidaksetujuan dengan sopan.

Sekolah

Sekolah dapat mengintegrasikan latihan debat ke dalam kegiatan belajar, tidak hanya dalam pelajaran Bahasa Indonesia, tetapi juga pelajaran lain yang mendorong pemikiran kritis. Guru berperan penting dalam membimbing siswa agar tidak hanya fokus pada isi argumen, tetapi juga cara penyampaiannya.

Media dan Lingkungan Digital

Media sosial seharusnya bukan tempat saling menjatuhkan, tetapi ruang pertukaran gagasan yang sehat. Literasi digital dan pendidikan etika dalam penggunaan media perlu ditanamkan agar generasi muda tidak terbawa arus debat destruktif di dunia maya.

Debat adalah bagian penting dari kehidupan demokratis. Namun tanpa etika, debat justru bisa menjadi sumber konflik dan perpecahan. Oleh karena itu, menanamkan etika debat sejak dini adalah langkah strategis untuk membentuk generasi yang tidak hanya kritis, tetapi juga santun dan bijaksana dalam bersikap. Dengan pembiasaan sejak kecil, kita menyiapkan masa depan yang lebih toleran, rasional, dan penuh penghargaan terhadap perbedaan.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Agistha Pasha

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler