Jurnalis Publik Dan Pojok Desa.

Implikasi Jalur Sutra Dagang

Sabtu, 16 Agustus 2025 13:19 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Peta Jalur Sutra
Iklan

Belt and Road Initiative (BRI) atau Inisiatif Sabuk dan Jalan merupakan salah satu proyek infrastruktur paling ambisius yang pernah dicetuskan

Belt and Road Initiative (BRI) atau Inisiatif Sabuk dan Jalan merupakan salah satu proyek infrastruktur paling ambisius yang pernah dicetuskan dalam sejarah modern. Diluncurkan pada tahun 2013 oleh Presiden China Xi Jinping, inisiatif ini awalnya dirancang untuk menghubungkan Asia Timur dan Eropa melalui infrastruktur fisik yang komprehensif. Namun, dalam dekade terakhir, BRI telah berkembang melampaui konsep awalnya, meluas hingga Afrika, Oceania, dan Amerika Latin, secara signifikan memperluas pengaruh ekonomi dan politik China di panggung global.

Bagi Indonesia, sebagai negara yang terletak di garis katulistiwa dengan posisi geografis yang strategis, BRI memiliki implikasi mendalam terhadap masa depan perdagangan maritim dan ekonomi regional. Artikel ini mengeksplorasi definisi komprehensif BRI, komponennya yang kompleks, serta dampaknya terhadap jalur perdagangan katulistiwa yang secara historis telah menjadi urat nadi ekonomi global.

Definisi dan Konsep Dasar BRI

Belt and Road Initiative, yang kadang disebut sebagai "New Silk Road" atau Jalur Sutra Baru, adalah koleksi luas inisiatif pembangunan dan investasi yang dirancang untuk menciptakan konektivitas infrastruktur global. BRI terdiri dari dua komponen utama yang saling melengkapi: Sabuk Ekonomi Jalur Sutra (Silk Road Economic Belt) yang berfokus pada jalur darat, dan Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 (21st Century Maritime Silk Road) yang mengutamakan rute laut.

Konsep ini pertama kali diperkenalkan secara terpisah dalam dua pidato bersejarah Xi Jinping. Sabuk Ekonomi Jalur Sutra diumumkan di Kazakhstan pada September 2013, sementara Jalur Sutra Maritim diperkenalkan di hadapan Parlemen Indonesia pada Oktober 2013. Pilihan Indonesia sebagai tempat pengumuman komponen maritim BRI bukanlah kebetulan, melainkan pengakuan atas peran strategis Indonesia sebagai penghubung antara Samudra Hindia dan Pasifik, serta posisinya di garis katulistiwa yang vital bagi perdagangan global.

Dalam dokumen kebijakan resmi yang dirilis oleh otoritas China, BRI didefinisikan dengan tujuan yang sangat ambisius: menghubungkan infrastruktur negara-negara partisipan, mendorong pembukaan pasar, dan menciptakan integrasi ekonomi regional yang lebih dalam. Inisiatif ini tidak hanya fokus pada infrastruktur fisik seperti jalan, rel kereta api, dan pelabuhan, tetapi juga mencakup konektivitas digital, keuangan, dan perdagangan.

Komponen dan Struktur BRI

 Jurnal Lemhannas RI Menilik Perjanjian Indonesia-Cina dalam Kerangka Belt and Road Initiative ( BRI) dalam Perspektif Ketahanan Nasional

BRI memiliki arsitektur yang kompleks dengan berbagai komponen yang saling terkait. Komponen infrastruktur transportasi merupakan tulang punggung BRI, mencakup pembangunan jalan raya lintas batas dan jaringan jalan tol yang menghubungkan China dengan hampir setiap wilayah tetangga. Konektivitas kereta api menjadi fokus utama, terutama setelah pandemi COVID-19 yang mengakibatkan kemacetan angkutan udara dan laut. Hingga 2024, multiple proyek kereta api BRI telah dibranding sebagai China Railways Express, yang menghubungkan sekitar 60 kota China dengan 50 kota Eropa.

Komponen maritim BRI tidak kalah penting, mengingat jalur laut dapat membawa volume barang yang jauh lebih besar dibandingkan transportasi darat, menciptakan dampak ekonomi yang lebih signifikan dalam setiap pertukaran. Jalur maritim ini juga menghadapi tantangan yang berbeda seperti cuaca dan pembajakan, namun tidak terpengaruh oleh ketidakstabilan politik dan dapat menghindari area konflik dengan lebih fleksibel.

Dalam konteks keuangan, China telah mengumumkan rencana untuk menciptakan dana pembangunan senilai $40 miliar pada November 2014, yang khusus dialokasikan untuk membiayai pengembangan Jalur Sutra Baru dan Jalur Sutra Maritim. Dana ini kemudian dikembangkan menjadi berbagai instrumen pembiayaan yang lebih kompleks, termasuk Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) dan Silk Road Fund.

Evolusi dan Adaptasi BRI

Selama dekade terakhir, tujuan dan implementasi BRI telah mengalami evolusi signifikan. Ketika Xi Jinping pertama kali mengumumkan rencana "Sabuk Ekonomi Jalur Sutra" dan "Jalur Sutra Maritim Abad ke-21" pada musim gugur 2013, konsep tersebut masih terdengar samar dan sulit diinterpretasi. Namun, BRI kemudian dikembangkan dalam dua dokumen kebijakan yang mendefinisikan tujuan-tujuan yang luas dan sangat ambisius.

China telah menginvestasikan sekitar $1 triliun selama dekade terakhir dalam proyek infrastruktur dan lainnya di seluruh dunia, termasuk di Afrika, di bawah BRI. Inisiatif ini kini merangkul tujuan-tujuan global Xi Jinping yang lebih luas, dengan Beijing mengabaikan masalah utang dan mentolerir korupsi di negara-negara penerima investasi. Meskipun proyek-proyek individual menjadi lebih kecil dalam skala, BRI tetap berpengaruh dan kemungkinan akan bertahan dalam jangka panjang.

Penelitian akademis tentang Jalur Sutra Maritim kuno telah disesuaikan dan dimithologikan untuk mendukung narasi modern China tentang konektivitas historis dan legitimasi budaya. Hal ini menunjukkan bagaimana BRI tidak hanya merupakan proyek ekonomi, tetapi juga instrumen soft power yang menggunakan narasi sejarah untuk memperkuat posisi China dalam tatanan global kontemporer.

Jalur Sutra Maritim dan Posisi Katulistiwa

 Kompasiana.com Implikasi Belt Road Initiative (BRI) Tiongkok terhadap Indonesia: Peluang Ekonomi dan Ancaman Kedaulatan Halaman 1 - Kompasiana.com

Jalur Sutra Maritim historis telah lama menjadi urat nadi perdagangan global, jauh sebelum kapal-kapal Persia dan Arab tiba di perairan Asia Tenggara. Rute laut antara India Selatan, Sri Lanka, dan kepulauan Indonesia termasuk Sumatra, Jawa, dan Bali telah mapan sejak awal era Kristen. Koneksi perdagangan ini semakin berkembang ketika variasi musiman angin muson mulai dimanfaatkan untuk mendukung perjalanan antar-benua dan teknik pembuatan kapal semakin maju.

Meskipun memiliki populasi yang relatif kecil, banyak wilayah Indonesia menjadi sumber subur untuk produk-produk berharga dan pasar, baik untuk perdagangan internasional maupun lokal. Orang Indonesia, khususnya, telah berdagang rempah-rempah (terutama kayu manis dan kassia) dengan Afrika Timur menggunakan katamaran dan perahu cadik, berlayar dengan bantuan angin Barat di Samudra Hindia.

Jaringan perdagangan ini berkembang hingga mencapai Afrika dan Semenanjung Arab, menghasilkan kolonisasi Austronesia di Madagaskar pada paruh pertama milenium pertama Masehi. Tradisi perdagangan ini berlanjut hingga masa bersejarah, menunjukkan bahwa Indonesia telah lama menjadi node penting dalam jaringan perdagangan global.

Implikasi BRI terhadap Indonesia dan Kawasan Katulistiwa

Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 memiliki implikasi strategis yang mendalam bagi Indonesia dan negara-negara di kawasan katulistiwa. Sebagai penghubung antara Samudra Hindia dan Pasifik, Indonesia menempati posisi unik dalam arsitektur maritim BRI. Posisi geografis di garis katulistiwa memberikan Indonesia keuntungan strategis dalam mengakses pasar global yang berkembang di belahan bumi utara dan selatan.

China telah mempercepat upayanya untuk menarik Afrika ke dalam Jalur Sutra Maritim dengan pembangunan cepat jalur kereta api berstandar modern antara Nairobi dan Mombasa. Hal ini menunjukkan bagaimana BRI tidak hanya fokus pada Asia, tetapi juga mengintegrasikan Afrika sebagai bagian integral dari jaringan perdagangan global yang baru. Bagi Indonesia, ini berarti peluang untuk menjadi jembatan antara Asia dan Afrika dalam konteks perdagangan modern.

Dalam hal perdagangan, komponen transportasi telah lama menjadi landasan untuk memfasilitasi perdagangan antara China dan negara-negara BRI, dan perdagangan merupakan komponen inti dari BRI. Untuk mendukung hal ini, China telah berinvestasi dan mengembangkan proyek-proyek jalan, rel kereta api, penerbangan, pelayaran, dan logistik di seluruh dunia. Secara keseluruhan, keterlibatan China dalam proyek-proyek terkait transportasi tetap stabil sekitar $15 miliar, hampir secara eksklusif melalui kontrak konstruksi.

Tantangan dan Peluang bagi Kawasan Katulistiwa

Implementasi BRI di kawasan katulistiwa menghadapi berbagai tantangan dan peluang. Dari perspektif positif, BRI menawarkan peluang investasi infrastruktur yang sangat dibutuhkan oleh negara-negara berkembang di kawasan ini. Pembangunan pelabuhan, jalan tol, dan sistem transportasi modern dapat meningkatkan konektivitas regional dan memfasilitasi perdagangan internasional.

Namun, ada juga kekhawatiran terkait sustainability utang dan ketergantungan ekonomi pada China. Beberapa analisis melihat BRI sebagai perluasan yang mengkhawatirkan dari kekuatan China yang terus meningkat, dan sebagai ancaman terhadap kedaulatan ekonomi negara-negara partisipan. Ketegangan ini terlihat jelas dalam respons India terhadap BRI, dimana India menganggap BRI sebagai ancaman terhadap kedaulatannya.

Dalam konteks Indonesia, tantangan utama terletak pada bagaimana memaksimalkan manfaat dari investasi BRI sambil mempertahankan kedaulatan ekonomi nasional. Indonesia perlu memastikan bahwa proyek-proyek BRI selaras dengan prioritas pembangunan nasional dan tidak menciptakan ketergantungan yang berlebihan pada satu negara donor.

Persepsi Global terhadap BRI 2024

Survey komprehensif yang dilakukan oleh Global Times Institute (GTI) di 13 negara pada tahun 2024 menunjukkan antusiasme global dan ekspektasi terhadap BRI di dekade kedua implementasinya. Persepsi internasional terhadap BRI telah mengalami evolusi, dari skeptisisme awal hingga pengakuan yang lebih luas terhadap manfaat potensialnya.

Hasil survey menunjukkan bahwa banyak negara melihat BRI sebagai peluang untuk mempercepat pembangunan infrastruktur dan meningkatkan konektivitas regional. Namun, ada juga variasi dalam persepsi berdasarkan region geografis dan tingkat keterlibatan masing-masing negara dalam proyek-proyek BRI.

Bagi kawasan katulistiwa, persepsi positif terhadap BRI umumnya dikaitkan dengan kebutuhan mendesak akan infrastruktur modern dan integrasi ekonomi regional. Negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, dan Singapura melihat BRI sebagai peluang untuk memperkuat posisi mereka sebagai hub perdagangan maritim global.

Masa Depan BRI dan Implikasi Jangka Panjang

Melihat ke depan, BRI kemungkinan akan terus berkembang dan beradaptasi dengan perubahan geopolitik global. Proyek-proyek mungkin menjadi lebih kecil dalam skala individual, namun dampak kumulatifnya akan tetap signifikan. China tampaknya berkomitmen untuk mempertahankan BRI sebagai instrumen kebijakan luar negeri jangka panjang.

Untuk kawasan katulistiwa, masa depan BRI akan sangat tergantung pada kemampuan negara-negara di region ini untuk bernegosiasi dengan China dari posisi yang kuat dan memastikan bahwa investasi BRI memberikan manfaat timbal balik. Indonesia, dengan ekonomi terbesar di ASEAN dan posisi geografis yang strategis, memiliki leverage yang significant dalam negosiasi ini.

Evolusi BRI juga akan dipengaruhi oleh respons negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa yang mengembangkan alternatif mereka sendiri terhadap BRI. Kompetisi ini dapat memberikan manfaat bagi negara-negara penerima investasi, termasuk di kawasan katulistiwa, karena mereka memiliki lebih banyak pilihan dalam sumber pembiayaan infrastruktur.

 

China's Massive Belt and Road Initiative | Council on Foreign Relations

Belt and Road Initiative merepresentasikan transformasi fundamental dalam arsitektur ekonomi global, dengan implikasi khusus bagi negara-negara di kawasan katulistiwa. Sebagai inisiatif infrastruktur paling ambisius dalam sejarah modern, BRI telah mengubah landscape investasi dan perdagangan internasional selama dekade terakhir.

Bagi Indonesia dan negara-negara tetangganya di kawasan katulistiwa, BRI menawarkan peluang dan tantangan yang complex. Peluang untuk mempercepat pembangunan infrastruktur dan meningkatkan konektivitas regional harus diimbangi dengan kehati-hatian untuk mempertahankan kedaulatan ekonomi dan menghindari jebakan utang.

Keberhasilan BRI di kawasan katulistiwa akan sangat tergantung pada kemampuan negara-negara penerima untuk merancang strategi yang memaksimalkan manfaat sambil meminimalkan risiko. Indonesia, dengan sejarah panjang sebagai hub perdagangan maritim dan posisi strategis di persimpangan jalur perdagangan global, memiliki potensi untuk menjadi pemain utama dalam membentuk masa depan BRI yang lebih sustainable dan mutually beneficial.

Pada akhirnya, BRI bukan hanya tentang infrastruktur fisik, tetapi juga tentang reshaping hubungan ekonomi dan politik global. Negara-negara di kawasan katulistiwa memiliki kesempatan untuk memainkan peran active dalam proses ini, bukan hanya sebagai penerima investasi pasif, tetapi sebagai partner strategis yang dapat mempengaruhi arah dan karakteristik inisiatif ini ke depan.


Sumber Referensial Tulisan.

  1. Iklan
    Scroll Untuk Melanjutkan

    Council on Foreign Relations. (2023, Februari 3). "China's Massive Belt and Road Initiative." Retrieved from https://www.cfr.org/backgrounder/chinas-massive-belt-and-road-initiative

  2. Green Finance & Development Center. (2024). "China Belt and Road Initiative (BRI) Investment Report 2024." Retrieved from https://greenfdc.org/china-belt-and-road-initiative-bri-investment-report-2024/

  3. GIS Reports. (2024, Februari 19). "What is the future of China's Belt and Road Initiative?" Retrieved from https://www.gisreportsonline.com/r/what-is-the-future-of-chinas-belt-and-road-initiative/

  4. World Economic Forum. (2023, November). "China's Belt and Road Initiative turns 10. Here's what to know." Retrieved from https://www.weforum.org/stories/2023/11/china-belt-road-initiative-trade-bri-silk-road/

  5. Merics. (2024). "Mapping the Belt and Road initiative: this is where we stand." Retrieved from https://merics.org/en/tracker/mapping-belt-and-road-initiative-where-we-stand

  6. E-International Relations. (2024, Desember 26). "A Decade of Belt and Road Initiative: China's Motivations and India's Suspicions." Retrieved from https://www.e-ir.info/2024/12/26/a-decade-of-belt-and-road-initiative-chinas-motivations-and-indias-suspicions/

  7. Environment+Energy Leader. (2024, September 9). "Survey Reveals Global Enthusiasm and Expectations for the Belt and Road Initiative in 2024." Retrieved from https://www.environmentenergyleader.com/stories/survey-reveals-global-enthusiasm-and-expectations-for-the-belt-and-road-initiative-in-2024,48307

  8. Chatham House. (2022, Desember 19). "What is China's Belt and Road Initiative (BRI)?" Retrieved from https://www.chathamhouse.org/2021/09/what-chinas-belt-and-road-initiative-bri

  9. Wikipedia. (2025, Mei 9). "21st Century Maritime Silk Road." Retrieved from https://en.wikipedia.org/wiki/21st_Century_Maritime_Silk_Road

  10. UNESCO Silk Roads Programme. (2024). "Trade Contacts with the Indonesian Archipelago: 6th to 14th Centuries." Retrieved from https://en.unesco.org/silkroad/knowledge-bank/trade-contacts-indonesian-archipelago-6th-14th-centuries

  11. Wikipedia. (2025, Maret 29). "Maritime Southeast Asia." Retrieved from https://en.m.wikipedia.org/wiki/Maritime_Southeast_Asia

  12. Humanities LibreTexts. (2024, Agustus 27). "The Maritime and Overland Silk Road (200 BCE - 200 CE)." Retrieved from https://human.libretexts.org/Courses/Evergreen_Valley_College/Asian_Art_History_(Gustlin_and_Gustlin)/05:The_Maritime_and_Overland_Silk_Road(400_BCE__50_BCE)/5.02:The_Maritime_and_Overland_Silk_Road(200_BCE_-_200_CE)

  13. Center for Strategic and International Studies. (2024, Oktober 28). "China's Maritime Silk Road: Strategic and Economic Implications for the Indo-Pacific Region." Retrieved from https://www.csis.org/analysis/chinas-maritime-silk-road-strategic-and-economic-implications-indo-pacific-region

  14. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. (2024). "Nusantara Maritime Trade Route: The Story from the Past, a Means for Today." Retrieved from https://jalurrempah.kemdikbud.go.id/en/article/nusantara-maritime-trade-route-the-story-from-the-past-a-means-for-today-2275

  15. Medieval Indonesia. (2021, Desember 12). "Please Don't Say 'Maritime Silk Road'." Medium. Retrieved from https://indomedieval.medium.com/please-dont-say-maritime-silk-road-d304ce040dbf

Bagikan Artikel Ini
img-content
Kontributor Pojok Desa

Penulis Indonesiana

2 Pengikut

img-content

Parau

Senin, 1 September 2025 14:51 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler