Staf Publikasi dan Jurnal Ilmiah \xd Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa Ende\xd

Tabola Bale: Cinta yang Membebaskan, Indonesia yang Memikat

Senin, 18 Agustus 2025 08:36 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Silet Open Up dan Diva Aurel menyanyikan lagu Tabola Bale dalam upacara HUT ke-80 RI di Istana Merdeka, 17 Agustus 2025. Dok. YouTube Sekretariat Presiden
Iklan

Tulisan ini merefleksikan lagu 'Tabola Bale', sebuah lagu yang merefleksikan keberagaman, kebebasan, dan perubahan sosial di Indonesia.

***

Di tengah gegap gempita perayaan HUT RI ke-80, satu penampilan mencuri perhatian bukan karena kemegahan, melainkan karena keberanian. Lagu Tabola Bale menggema di Istana Negara. Liriknya ringan, jenaka dan mungkin terkesan ‘asal pas kata dan irama’. Tapi justru di sanalah letak kekuatannya. Ia bukan sekadar lagu cinta remaja. Ia adalah cermin sosial, metafora kebangsaan, dan simbol keberagaman yang mengguncang ruang formal dengan semangat yang segar dan membebaskan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tema utama lagu ini adalah ketertarikan terhadap sosok perempuan yang tampil beda dan memikat. Ia bukan perempuan biasa. Rambutnya merah, gayanya gaga, auranya menyala. Sosok ini menjadi representasi dari perubahan sosial yang sedang berlangsung: perempuan yang berani tampil, mengekspresikan diri, dan memikat bukan karena tunduk pada norma, tapi karena keberanian menjadi diri sendiri.

Di balik kekaguman itu, tersimpan keresahan. Sang laki-laki (kaka) mengalami tabola-bale: gelisah, jatuh hati, bingung menghadapi pesona. Ia tidak tahu harus bagaimana, karena dunia yang ia kenal sedang berubah. Ini bukan sekadar kisah cinta, tapi refleksi tentang bagaimana masyarakat menghadapi keberagaman, kebaruan, dan kebebasan yang makin nyata.

Narasi lagu dibalut dengan humor, spontanitas, dan gaya anak muda. Tapi humor di sini bukan pelarian, melainkan strategi. Ia menjadi cara untuk menyuarakan keresahan tanpa menggurui, untuk mengkritik tanpa menyakiti, dan untuk merayakan perubahan tanpa menakut-nakuti. Dalam gaya yang “slengean”, Tabola Bale justru menjadi jendela untuk melihat dinamika sosial yang hidup dan kompleks.

Yang paling menarik, lagu ini menyimpan metafora yang dalam: cinta sebagai representasi keterpesonaan terhadap Indonesia sendiri. Indonesia hari ini bukan Indonesia yang seragam. Ia makin beragam, makin memikat, dan kadang membingungkan. Tapi justru di sanalah letak keindahannya.

Seperti sang kaka yang jatuh hati pada nona yang tak terduga, kita pun jatuh hati pada Indonesia yang tak selalu bisa ditebak. Kadang kita gelisah, kadang kita bingung, tapi kita tetap mencintainya. Karena cinta sejati bukan tentang memahami sepenuhnya, tapi tentang menerima dan merayakan keberadaan yang utuh.

Penampilan Tabola Bale di Istana Negara adalah peristiwa simbolik. Ia menandai bahwa ruang-ruang formal kini terbuka untuk suara rakyat yang otentik. Bahwa kemerdekaan bukan hanya soal bendera dan pidato, tapi juga soal ekspresi, keberanian, dan pengakuan terhadap keberagaman.

Indonesia hari ini adalah tabola bale. Bergerak, berubah, memikat, dan kadang membingungkan. Tapi justru di dalam dinamika itulah kita menemukan cinta. Cinta yang tidak statis, tapi dinamis. Cinta yang tidak menuntut keseragaman, tapi merayakan keberagaman.

Dan jika lagu Tabola Bale bisa menggema di Istana, maka kita tahu: Indonesia sedang menuju kemerdekaan yang lebih dalam. Bukan hanya merdeka dari penjajahan, tapi merdeka untuk menjadi diri sendiri.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Florentina Ina Wai

Penulis Indonesiana

5 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler