Lama rasanya engkau dan aku tidak lagi bersama
Sebagaimana pada beranda, di mula suatu senja
Naungan dahan palem meneduhkan kopi ini
Bukan karena iba pada usia, juga sunyi nasib kita
Engkau mengigaukan langit nun jauh
Yang tak jua basah dilinang hujan
Sementara bayangan kita melamur perlahan-lahan
Remang oleh samar ingatan
Tak peduli pada laba-laba yang malang
sia-sia menyusur sarang
Sesat oleh jalan waktu kita yang berliku
Lama rasanya kita tidak terbangun
Di suatu dini hari, tanpa mimpi bau mesiu
Atau dentang lonceng-lonceng florencia
Menyadarkan mereka yang lama tiada
Memilih hidup jadi siapapun atau bukan apapun
Sementara apel di meja saji
Kue-kue pastel di meja saji
Melapuk oleh nubuat nasib buruk
Jadi gugusan sisa waktu
menyelinap ke detik yang mana
di masa yang entah di mana
Betapa dunia bersimpang ragu selama ini
Cecaplah kopi dingin yang getir
Langitku gigil berlinang hujan
Menyemaikan ladang-ladang musim gugur
Dengan tumbuhan perdu
dan dukacita para pengungsi
Engkau lipur pudarnya kenangan
dengan anggur-anggur para pendeta
Yang dicuri dari cawan segala doa
Menggenapkan sesatnya seekor laba-laba
Dalam tipuan sarang sendiri
Di sana maut menanti dengan sabarnya
Bagai kupu-kupu penawar rasa pilu
Pada sebuah taman tua, beranda tua
yang saban senja selalu kita rindukan
2013
sumber foto: www.teinteresa.es
Ikuti tulisan menarik anton susilo lainnya di sini.