x

Tampilan terbaru youtube mobile app. youtube-global

Iklan

rohmen ditahan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Paging, Kemunduran Media Online

Beberapa media sudah mulai meninggalkan model paging karena tak nyaman buat pembaca.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dulu, saat koran masih berjaya, kita biasa membaca berita yang dipenggal-penggal ke dalam beberapa halaman. Wujud Koran saat itu besar dan tebal, ternyata masih juga dirasa kurang cukup. Setidaknya, berita utama tak pernah muat dalam satu halaman.

Misalnya, berita di halaman utama tak pernah habis di halaman pertama. Selalu ada sambungannya ke halaman belakang. Nah, sialnya membaca koran belum tentu utuh. Seorang kawan, pernah melahap berita karena judulnya menarik. Berita itu nyaris klimaks, tapi ternyata bersambung. Ketika  ditelusuri, sambungannya ternyata tak ada. Mungkin editornya lupa menyertakan sambungannya. Teman ini hanya bisa mencak-mencak mengutuk kelalaian editor berita itu. Rasanya seperti makan terburu-buru dan tak sengaja makan sambal. “Ternyata tak disediakan air minum peredam bibir, ibu warungnya malah pergi pula,” ujarnya mengandaikan.

Lebih repot lagi jika membaca koran itu berjamaah. Satu koran bisa dibaca 3-4 orang. Halamannya halamannya terpencar. Nah, halaman bersambung ini biang masalah. Karena pemegang halaman pertama belum tentu bisa selesai dengan lembaran koran yang dipegangnya. Beritanya tersambung. Pemegang halaman sambungan juga tak mudah mengiklaskan lembaran Koran yang di tangannya. Di beberapa kosan mahasiswa, halaman bersambung ini bisa menyulut bibit konflik. Inilah repotnya membaca media dengan berita bersambung alias Paging.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Belakangan, tren penjaga dapur redaksi  berubah. Paging ini muncul, salah satunya karena mereka menyadari, banyak tulisan yang kurang ekonomis. Alias suka berboros kata, mengobral yang diksi tak perlu. Misalnya, ‘Budi periksa ke dokter, agar supaya sakitnya sembuh.” Atau menghilangkan kata yang sering diobral media, misalnya  ‘melakukan’. “Petugas melakukan pemeriksaan kendaraan.” Diubah menjadi “Petugas memeriksa kendaraan.” Dengan diksi yang pas, kalimat yang ringkas media mudah dicerna.

Tapi kondisi ini tak cukup lama. Gelombang media online mengubah banyak hal. Media online, dengan ruang yang begitu luas dan panjang, ternyata hanya sebentar mengobati penyakit Paging ini. Seiring maraknya media sosial, berita-berita yang mewabah (viral) dan menarik pembaca, tak sedikit yang habis dalam satu halaman. Misalnya, “10 Hal yang Harus Kamu Lakukan Sebelum Umur 30 Tahun.” Tebak, berapa halaman berita ini  dikemas?

Sebelas halaman !!

Satu halaman pengantar dan 10 halaman berisi sepuluh hal itu. Sebagai pembaca yang tertarik, bisa tersedot untuk segera mengklik berita itu. Tapi ketika tahu bahwa berita itu dikemas dalam Paging. Ini rasanya seperti membaca satu berita Koran, tapi harus membolak-balik halaman sampai 11 kali. Tentu menyebalkan dan boros. Sebab, satu kali klik, sama saja dengan mengunduh data. Notabene, biaya mengunduh ini ditanggung pembaca.

Saya pernah mengeluhkan ini ke salah satu pengelola media online ternama. Kenapa mereka berkukuh dengan model pengemasan Paging ini? Alasannya sederhana; klik.  Satu berita, jika ditampilkan hanya dalam satu halaman, maka hanya akan mendatangkan satu klik dari tiap pembaca. Tapi jika dikemas dalam 11 halaman seperti itu, maka tiap satu pembaca akan mendatangkan 11 klik. Akumulasi jumlah klik inilah yang dijual kepada pengiklan. Bagi media online, ini menguntungkan. Tapi bagi pembaca ini menyebalkan. Bisa jadi media online bisa menjebak pembacanya dengan judul menarik, lalu memperosokkannya ke dalam beberapa halaman. Lalu pembaca kapok dan pergi.

Media online berhak memilih kemasan beritanya. Karena tak ada media online yang bisa hidup tanpa biaya. Dan iklan adalah salah satu wujud media mencari biaya. Tapi pembaca juga berhak memilih media yang nyaman bagi mereka.

Beberapa media sudah mulai meninggalkan model paging karena tak nyaman buat pembaca. Business Insider misalnya, memberi pilihan kepada pembaca untuk membaca dalam satu halaman (view as one page) atau dalam bentuk paging. Cara ini lebih elegan dan nyaman bagi pembaca, setidaknya bagi saya.

Jika media online masih saja sepenuhnya mengemas berita dengan Paging, betapa mundurnya mereka.

 

 

 

Ikuti tulisan menarik rohmen ditahan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

22 jam lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

22 jam lalu