x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kebahagiaan Semu dalam Dunia Baru Aldous Huxley

Membaca kembali Brave New World, jejak ide Aldous Huxley terlihat saat ini: munculnya minoritas elite yang mengontrol mayoritas lewat media, iklan, bahasa, obat farmasi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Inggris tengah dilanda depresi, bursa Wall Street ambruk, dan wabah virus flu menyerang jutaan orang. Tapi sains dan teknologi menjanjikan masa depan yang lebih baik: dunia yang terbebas dari penyakit dan kemiskinan. Listrik, otomobil, dan peswat terbang mulai mengubah dunia. Orang pun terpikat kepada apa yang disebut ‘kemajuan’. Ketika itu, sekitar tahun 1931, di bawah bayang-bayang Perang Dunia I, Aldous Huxley menulis karyanya, Brave New World.

Hingga 85 tahun kemudian, pesona Brave New World belum pudar. Banyak orang menanti-nanti bagaimana Dawn King menghidupkan novel ini di panggung drama di London, September ini. Begitu pula, menonton The Hunger Games, Black Mirror, dan Insurgent di layar film, jejak Aldous terlihat di sana: munculnya minoritas elite yang mengontrol mayoritas. Gagasan Aldous tentang massa yang tak berdaya menyusup ke dalam tema budaya populer masa kini.

Maka, membaca kembali karya Aldous sungguh bernilai bukan untuk apa yang ia lakukan di masa lampau, melainkan untuk anak kita di masa depan. Dalam Brave, Aldous berkisah seputar peradaban masa depan yang menciptakan ‘kebahagiaan’ melalui rezim bioteknologi tinggi (manusia direkayasa secara genetik dalam tabung, lalu disosialisasikan ke dalam sistem kasta yang kaku).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Rezim ini menghapus kelurga inti, menegakkan kebebasan seksual yang dilepaskan dari tujuan pro-kreasi, dan pasokan ‘tablet soma’ dari pemerintah yang mengantarkan kebahagiaan (semu) ke dalam kekosongan pikiran (nama soma diambil dari makanan persembahan peramal Vedic pada zaman India kuno). Keibuan merupakan tabu yang dilarang, sedangkan individualitas sangat dianjurkan.

Brave menggambarkan monokultur superfisial yang ditopang stratifikasi sosial, penekanan sistematis terhadap individualisme, maupun pasokan obat-obatan yang tak terbatas—untuk menciptakan kebahagiaan semu. Karya distopian ini adalah cermin-berlawanan dari dunia yang dikisahkan Aldous 30 tahun kemudian dalam karyanya yang lain, Island.

Novel Island merupakan jawaban utopiah Aldous terhadap warisannya sendiri yang distopian. Ia mengisahkan kehidupan sosok Will Farnaby, jurnalis yang kapalnya karam di Pulau Pala.

Didirikan oleh Buddhis Tantra Raja Tua dan dokter Skotlandia sahabatnya, budaya Palanian adalah sintesis Timur dan Barat dalam menjawab monokultur otoritarian dalam Brave New World. Kini, setelah berjarak puluhan tahun, barangkali kita dapat menimbang bahwa Island dan Brave New World selayaknya dibaca bersandingan. Nicholas Murray, dalam An English Intellectual, 2003, mengatakan bahwa Aldous telah memikirkan bertahun-tahun tentang bagaimana menghasilkan ‘Utopia yang bagus’ untuk mengimbangi gambaran mengerikan Brave New World.

Apakah imajinasi Aldous itu masih relevan? Barangkali kita bisa melihat sekeliling: teknologi dan media, yang berada dalam kendali elite kuat, mengendalikan bagaimana kita memutuskan sesuatu lewat iklan, media, media sosial, bahasa, pornografi, obat-obatan, rekayasa genetik, operasi plastik, dan seterusnya. Apakah kita tengah memasuki dunia distopian ala Brave New World? Sebuah dunia di mana, hari demi hari, bisnis raksasa mendorong kita untuk mengorbankan privasi kita dan memata-matai teman dan keluarga lewat media sosial? Sebuah dunia yang seolah-olah tanpa kemiskinan, kekerasan, pengangguran?

Ya, apakah kita tengah memasuki dunia distopian ala Brave New World tanpa kita sadari dikarenakan kita diliputi kebahagiaan—kebahagiaan yang semu? (sumber ilustrasi: markbrake.com) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Penumbra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Penumbra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu