x

Iklan

Adjat R. Sudradjat

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Puan, di Manakah Dikau Saat Bencana Asap Menerjang?

Mempertanyakan kinerja Menko PMK, Puan Maharani di saat bencana asap kebakaran hutan yang berdampak pada berbagai aspek kehidupan warga di sekitar

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sudah empat bulan ini asap kebakaran hutan dan lahan menerjang di tengah kemarau panjang, asap pekat yang menebal pun datang menjadi suatu bencana, dan berdampak terhadap kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial, ada pihak yang mempertanyakan keberadaan Puan Maharani, Menko PMK (Pembangunan Manusia dan Kebudayaan), karena dianggap seakan tak berperan, atawa dalam kata lain tidak memiliki keperdulian.

Padahal dampak dari bencana asap karbon monoksida itu jelas dirasakan warga sekitar, anak-anak diliburkan sekolahnya, penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) merajalela – bahkan sampai merenggut banyak jiwa, begitu juga dengan ribuan warga yang tak bisa lagi menjalankan kegiatan keseharian untuk menafkahi keluarga. semua itu merupakan tanggung jawab seorang Puan, pembantu Presiden di ketiga sektor itu.

Menteri Kesehatan, Nila F. Moeloek pun mengakui kalau koordinatornya itu belum pernah sekalipun blusukan ke daerah-daerah yang terkena bencana itu. Tapi, kata Nila yang sigap membela atasannya , bukan berarti Puan abai, maksudnya bila dia (Puan) tidak tampil di daerah itu tidak bekerja. Sebab tentu teknisnya kami (kementerian teknis) yang harus melihat dan menyelesaikan di daerah itu seperti apa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Meski tak hadir dalam setiap kunjungan ke daerah, lanjut Nila, namun Menko PMK tetap menjaga komunikasi dengan kementerian-kementerian teknis yang ada dibawahnya. Komunikasi dilakukan melalui rapat terbatas antara kementerian di bawah Menko PMK, atau sering juga dilakukan melalui sambungan telepon.

Wong namanya juga koordinator. Apa lagi di jaman sekarang ini. Gampang sekali tinggal angkat telepon, perintah bawahan agar segera melaksanakan tugasnya. Lalu tinggal menunggu laporannya. Dan sambil menunggu, sang koordinator pun kembali ongkang-ongkang. Beres ‘kan.

Begitulah.

Sejak awal Kabinet Kerja melaksanakan tugasnya, Puan yang Menko PMK ini paling banyak disorot memang. Bukan karena gebrakannya, semisal Susi Pudjiastuti yang Menteri KKP yang banyak mengundang decak kekaguman, bukan. Untuk Puan justru sebaliknya. Publik menganggap sebagai salah satu punggawa Presiden Jokowi yang minim prestasi, tak ada kontribusi yang berarti. Salah satunya berdasarkan survey yang dilakukan baru-baru ini.

Lalu publikpun bertanya kepada Presiden, mengapa kemarin Puan tidak dilengserkan, alias direshuffle  sebagaimana Menko Polhukam, Tedjo Tedjo Edhi Purdijanto apabila dianggap tidak mampu bekerja sesuai dengan Nawa Cita ?

Itulah masalahnya.

Bisa jadi Presiden jokowi pun menjadi gamang bila berhadapan dengan Puan. Bagaimanapun Puan adalah anak tersayang dari Megawati, ketua umum abadi dari PDIP yang notabene merupakan partai pendukung utama Presiden Jokowi. Sebagai orang timur yang kental dengan rasa lan rumangsa terhadap pihak yang berjasa begitu melekat kuat dalam benak. Maka kemungkinan besar Presiden pun melihat Puan sebagai satu kekecualian. Sehingga meskipun kinerjanya seperti itu, Puan akan tetap dipertahankan.

Benarkah demikian?

Andaikan dugaan itu benar adanya, berarti Presiden Jokowi sudah berkhianat terhadap rakyat. Maksudnya beliau telah mengingkari janji, dan sama sekali tidak memiliki keteguhan sikap yang kuat. Bahkan Kabinetnya yang diberi nama Kabinet Kerja pun sudah tercemar kalau demikian. Bagaimana mau disebut Kabinet Kerja dengan slogan: Kerja, Kerja, dan Kerja jika masih ada menterinya yang bekerja hanya tampak setengah-setengah, alias ogah-ogahan seperti anak manja saja. Lha, Presidennya saja rajin blusukan – malahan paling duluan datang ke daerah yang terbakar, sedangkan Puan tak kelihatan memang.

Ah, semoga saja dugaan itu meleset adanya. Jokowi masih konsisten dengan janjinya. Kalau masih ada mantri, eh menteri yang demikian, suatu saat tentu akan ditendang. Tokh masih banyak orang Indonesia ini yang sanggup bekerja secara profesional, dan menyumbangkan dirinya dengan sepenuh hati demi negeri ini.

Padahal lagi pula kalau dilihat dari usia, Puan ini masih muda. Mestinya sigap dan trengginas.  Paling tidak mewarisi sedikit saja spirit mediang kakeknya (Bung Karno), dan menjadi suri tauladan bagi generasi penerusnya.  Apa lagi memiliki kesempatan yang begitu terbukanya untukberada di posisi atas.

Sayang. Sungguh sayang seribu sayang, Puan masih juga bermental anak mama yang sok manja. yang masih asyik bermain dengan bonekanya (?) ***

 

 Sumber Foto: di sini

 

Ikuti tulisan menarik Adjat R. Sudradjat lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB