x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Diskon Palsu Mencederai e-Commerce

Kepercayaan terhadap e-commerce dapat terganggu oleh praktik diskon palsu dan harga tak wajar.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

“In e-commerce, your prices have to be better because the consumer has to take a leap of faith in your product.”
--Ashton Kutcher (Aktor, 1978-...)

 

Kepercayaan adalah salah satu alasan mengapa konsumen mau berbelanja secara online, baik lewat market place, toko, maupun COD (‘ada barang, baru dibayar’). Konsumen percaya bahwa produk yang dijual persis seperti yang dipajang di ruang pamer virtual. Konsumen percaya bahwa harga yang ditawarkan sepadan dengan kualitas produk. Konsumen percaya bahwa pengiriman produk sesuai dengan yang dijanjikan, baik waktunya maupun kualitas produk ketika diterima.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sayangnya, kepercayaan yang tengah ditumbuhkan agar masyarakat mau berbelanja dan bertransaksi secara online terganggu oleh praktik diskon palsu. Dan ini justru terjadi ketika Harbolnas (Hari Belanja Online Nasional) berlangsung, 10-12 Desember kemarin.

Di tengah upaya para stakeholder, termasuk penjual produk dan penyedia market place, mempromosikan e-commerce melalui program belanja diskon, ada saja oknum penjual yang bermain-main dengan diskon palsu. Di tengah lonjakan transaksi yang mencapai 10 kali lipat, seperti dilaporkan tempo.co, ada penjual yang mencederai e-commerce dengan menjual produk pada harga tak wajar.

Di salah satu situs, umpamanya, ditemukan penjual yang menjual popok bayi dengan harga asal Rp 130 juta, lalu harga ini didiskon 100 persen hingga menjadi Rp 93 ribuan. Penjual ini memasang harga tak wajar, Rp 130 juta, dan diskonnya mungkin palsu sebab harga normalnya memang sekitar itu, Rp 90 ribuan. Apakah si penjual ini ingin menyesatkan konsumen, atau sekedar bermain-main alias heureuy, tindakannya itu berefek negatif terhadap praktik e-commerce, di antaranya membuat konsumen ragu untuk mengunjungi toko atau pasar online.

Ada pula smartphone yang dijual dengan harga Rp 25 juta disertai diskon 93%, hingga harga akhirnya sekitar Rp 1,8 jutaan. Rupanya, harga penawaran itu merupakan hasil mark-up, sebab di pasar harga smartphone serupa berada di kisaran Rp 1,7 jutaan. Konsumen yang tidak mengetahui harga pembanding dari penjual lain dan tergiur oleh besarnya diskon mungkin akan tergoda untuk membeli smartphone itu.

Praktik semacam itu jelas merendahkan kecerdasan konsumen seolah-olah konsumen tidak membandingkan terlebih dulu harga setelah diskon dengan harga di tempat lain. Namun, mungkin saja, ada motif lain dari penjual nakal ini dengan menyediakan diskon palsu, yaitu untuk mendiskreditkan praktik jual-beli online atau e-commerce. Apabila kemudian memang terjadi penurunan transaksi online beberapa bulan mendatang, tujuan itu agaknya tercapai. Di sisi lain, kasus ini juga dapat membuat konsumen lebih waspada ketika hendak membeli produk lewat e-commerce.

Ketika pengawasan oleh pengelola market place ternyata mampu ditembus oleh penjual-penjual nakal, maka kewaspadaan konsumen merupakan hal yang bagus sebagai saringan kedua. Meskipun hal ini mungkin mengurangi tingkat kenyamanan konsumen karena konsumen harus bersikap ekstra waspada. Kewaspadaan serupa pernah bermanfaat ketika beberapa waktu lalu konsumen menemukan ada penjual gading gajah di beberapa toko online. Berkat petisi konsumen, pengelola situs kemudian menghentikan penjualan gading gajah di situs mereka.

Pada akhirnya, membangun kepercayaan dan kenyamanan dalam menjalankan e-commerce menjadi tanggungjawab bersama, baik pemerintah sebagai regulator, pemilik dan pengelola toko maupun marketplace yang menyediakan tempat berdagang, para penjual yang ingin produknya laku, maupun konsumen sebagai pembeli. Tanpa upaya bersama, pasar e-commerce Indonesia yang demikian besar bisa layu sebelum benar-benar berkembang. ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler