x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kota yang Diperebutkan Para Kaisar

Sejak didirikan kira-kira 7 abad sebelum Masehi, kota ini telah menawan banyak penguasa.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

“Andaikan seseorang hanya boleh sekilas menatap dunia, maka tatapan itu akan diarahkan ke Istanbul.”
--Alphonse de Lamartine (Penyair Prancis, 1790-1869)

 

Sinetron Turki tengah digemari di sini. Turki, kota-kota dan penghuninya—Istanbul khususnya, memang menawan dengan segala kekhasannya. Bahkan sejak masih bernama Konstantinopel dan Byzantium, kota yang diperkirakan dibangun pada tahun 660 Sebelum Masehi ini telah mengundang banyak penguasa untuk mendatanginya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Terletak di antara dua benua—Asia dan Eropa, Istanbul menawarkan pesona yang luar biasa. Para penulis tak sanggup menampik godaan untuk mengabadikan kota ini dalam karya-karya mereka. Sastrawan Orhan Pamuk menulis Istanbul: Memories and the City, Hilary Sumner-Boyd menuangkan kesannya dalam Strolling through Istanbul, John Cleave mengisahkan pengalamannya dalam Istanbul: City of Two Continents, dan Ahmed Hamdi Tanipar menulis A Mind at Peace. Masih banyak lainnya.

Kota tua yang berusia kira-kira 2.600 tahun ini kaya sejarah. Dalam bukunya, Istanbul: The Imperial City, John Freely mengajak kita menyusuri lorong waktu dengan mengunjungi sudut-sudut kota, museum, dan monumen—tempat sejarah masa silam disimpan. Istanbul menarik bukan hanya karena topografinya, melainkan juga nilai strategisnya secara geografis. Juga perpaduan budayanya. “Kotaku, Istanbul, adalah sejenis percampuran budaya,” kata Orhan Pamuk. Tak heran bila kota ini diperebutkan oleh banyak penguasa selama berabad-abad.

Terletak di tepi Selat Bosphorus yang memisahkan benua Asia dan Eropa, Istanbul memadukan kekayaan kedua benua ini. Bosphorus membentang hingga menjangkau Laut Hitam—fenomena alam yang ajaib. “Idealnya, kita mendatangi Istanbul melalui laut, sebagaimana para pelancong melakukannya selama 26 abad keberadaannya,” tulis John Freely membuka kisahnya tentang kota para kaisar ini.

Sebagai Byzantium, kota ini sudah berusia hampir 1.000 tahun ketika Konstantin yang Agung menjadikannya ibukota Kekaisaran Romawi pada 300 Masehi. Sejak itulah, kota ini dijuluki Konstantinopel atau kota Konstantin. Procopius, sejarawan masa itu, menggambarkan Konstantinopel sebagai ‘kota yang dikelilingi kalung air’. Secara personal, bagi Freely, Istanbul punya banyak makna. “Istanbul punya sisi romantisnya, tapi juga punya sejarah yang mendalam,” ujar fisikawan kelahiran New York ini.

Bangsa Turki di bawah kepemimpinan Sultan Mehmet II lalu merebut dan menguasai Konstantinopel pada 1453 dalam peperangan yang dramatis dalam sejarah manusia. Sultan berusia 21 tahun ini menjadikan Konstantinopel sebagai ibukota baru Kekaisaran Usmani dengan nama Istanbul.

Hampir lima abad lamanya Kekaisaran Usmani berkuasa di Turki hingga memasuki era modern. Revolusi pecah pada 1923, Kemal Ataturk mendirikan apa yang disebut sebagai Turki modern di atas landasan nasionalisme dan berbentuk republik. Ataturk berusaha melepaskan Turki dari masa lampaunya dan mendekatkan diri dengan Eropa.

Sebagai simbol pemutusan hubungan dengan masa lampau, Ataturk memindahkan ibukota Turki dari Istanbul ke Ankara. Istanbul menjadi saksi beragam peristiwa dalam rentang 26 abad: pengepungan, penjarahan, penaklukan, perang saudara, huru-hara, wabah, kebakaran besar, gempa bumi, maupun proyek pembangunan modern. Namun Istanbul sanggup mempertahankan karakternya. Meskipun bangsa Yunani, Makedonia, Romawi, Byzantine, pasukan Salib, Armenia, Latin, Yahudi, Arab, Albania, Rusia, maupun kelompok etnis lainnya pernah mendiami Istanbul, kata John Freely, karakter dan ruh kota ini tetap bertahan seolah memiliki jiwa yang kekal.

Sekitar 14 abad yang silam, saat menggambarkan topografi Istanbul, Petrus Gyllius menulis: “Aku merasa, sementara kota-kota lain adalah kota yang fana, kota ini akan bertahan selama ada manusia yang hidup di permukaan bumi.” (sumber foto: turkey-travel.org) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu