x

Iklan

Pungkit Wjaya

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Literasi Anak Muda Sunda

Resensi buku Dedi Mulyadi tentang pesan Oto Iskandar Dinata

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Yasraf Amir Pilliang pernah berujar bahwa “Ancaman kapitalisme terhadap budaya lokal tidak hanya tingkat macro-culture (keyakinan, paham, ideologi), akan tetapi yang lebih disadari adalah pengaruh pada tingkat micro-culture (cara berpakaian, cara berjalan dan sebagainya) (2010:210). Tentu saja amatan itu sungguh menarik ketika dikontekstualisasikan pada kehidupan masyarakat Sunda kini. Kalau saja kita mengganggap lokalitas penting untuk bertarung dengan gempuran globalisasi.

Baiklah. Saya pikir amatan Yasraf itu cocok untuk anak muda. Yang menjadi mata rantai kebudayaan lokal (local genius) itu baik secara makro atau pun mikro. Sejalan dengan itu, saya pikir buku Kang Dedi Mulyadi yang berujudul Orang Sunda Juga Bisa; Pesan untuk Nonoman Sunda (2011) sangatlah relevan dengan apa yang diujarkan Yasraf.

Dalam buku ini, Kang Dedi mengutip pernyataan Oto Iskandar Dinata tentang Gerakan Hidup Baru, yang memuat sejumlah pesan penting bagi anak muda Sunda. “Butir-butir gerakan hidup baru ini adalah sejumlah karakter yang harus dibangun dalam diri kita; menjadi sikap bersama manusia Indonesia, atau khususnya para nonoman Sunda.” (hlm 18).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menariknya, salah satu butir pesan itu ialah “Kuatkan keyakinan pasti menang dalam pertempuran apa pun!. Tidak salah jika Kang Dedi terpukau oleh ungkapan itu. Dengan retoris ia mengungkapkan, “yang paling menarik bagiku adalah beberapa butir berikut:  “Kuatkan keyakinan pasti menang dalam pertempuran apa pun!” inilah tekad yang harus kita hidupkan kembali, “dalam pertempuran apa pun”, kita harus yakin menang. Ya, pertempuran apa pun (fisik atau ekonomi, politik, budaya), semuanya harus kita menangkan. Kita bukan bangsa kalah, kita adalah bangsa yang dapat memenangkan pertempuran 100 tahun. (lihatlah, nonoman Sunda, manusia Sunda adalah manusia yang siap bertempur dalam kondisi apa pun dan memenangkannya, itulah karakter Sunda). Karena itu, “kuatkan kepercayaan pada kesanggupan bangsa”, bahwa tradisi Sunda dan jati diri bangsa ini bisa diandalkan dan dibanggakan. (hlm 19).

Pernyataan retoris Kang Dedi itu berpijak dari apa yang diungkapan Oto Iskandar Dinata tentang konsepsi manusia Sunda (baru). Tidak kumeok memeh dipacok (kalah sebelum bertanding). Dengan kata lain, seperti dorongan untuk berjuang dalam bidang apa saja untuk memenangkan pertarungan termasuk dalam wilayah mikro dan makro dalam gempuran kapitalisme global. Selain itu pula, pesan Kang Dedi jelas menjadi manusia Sunda menegaskan kembali jati diri bangsa. Ini sangat relevan dengan kebangkitan lokalitas dengan semangat nasionalisme. Artinya, menjadi Sunda bukan berarti bertentangan dengan bangsa. Namun, menjadi penyangga bangsa Indonesia.

Selanjutnya, Kang Dedi menyertakan sejumlah narasi arkhaik Sunda yaitu kisahan Lutung Kasarung, Mundinglaya Dikusumah, Guruminda dan Purbasari. Cerita Pantun Sunda ini ia relevansikan dengan etos kerja Pemuda Sunda. Yang harus banyak belajar dari kisah itu.

Namun, Kang Dedi tetap terpukau oleh Oto Iskandar Dinata—seorang pejuang kebangsaan, “Yakinlah, nonoman Sunda pasti bisa meneruskan apa yang telah diperjuangkan oleh Oto Iskandar Di Nata. Dia telah membuka jalan pada dunia pergerakan nasional bahwa manusia Sunda bukan sekadar pelengkap penderita, manusia Sunda adalah penentu perjuangan negara ini menjadi merkeda” (hlm 7).

Terlepas dari kontroversialnya Kang Dedi Mulyadi sebagai Bupati Purwakarta, saya pikir buku kecil ini layak untuk dibaca kembali, terutama untuk kalangan muda Sunda. Bahkan kalau bisa, Kang Dedi mengkampanyekan kembali tentang pesannya dalam buku ini terkait apa yang diungkapkan Yasraf tadi di atas: godaan terhadap yang makro-culture dan mikro-culture. Alasannya, pertama, memahami Sunda sebagai jati diri dalam semangat keindonesiaan sangatlah penting. Kedua, menohok Sunda dalam kerangka yang luas, tidak hanya simbolik, namun etos manusianya. Cag!   

     

Judul: Orang Sunda Juga Bisa!

                Pesan untuk Nonoman Sunda

Penulis: Kang Dedi Mulyadi

Cetakan 1, Februari 2011

Penerbit: Pustaka Alvabeta

ISBN: 978-979-3064-96-3

 

Ikuti tulisan menarik Pungkit Wjaya lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB