x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Apakah Anda Pemimpin Berselera Humor?

Humor dan kelakar punya banyak manfaat. Sekalipun bukan pemimpin, Anda tetap butuh kelakar.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

“Rasa humor itu bagian dari seni kepemimpinan, dalam bergaul dengan orang-orang, juga agar pekerjaan beres.”

--Dwight D. Eisenhower

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Suatu ketika, Prof. Mahfud MD diminta Presiden Gus Dur untuk menjabat Menteri Pertahanan, tapi ia menolak karena merasa tidak punya latar belakang di bidang itu. “Latar belakang saya hukum tata negara,” kata Mahfud menceritakan responnya kepada Gus Dur.

Presiden Gus Dur lantas menjawab, “Kalau masalah gitu gak perlu latar belakang. Saya juga gak punya latar belakang presiden, tapi jadi presiden.” Prof. Mahfud pun tak berkutik menghadapi jurus Gus Dur ‘memaksa’ Mahfud jadi Menhan.

Rasa-rasanya sudah cukup lama humor dan kelakar menghilang dari cara berkomunikasi para pemimpin publik. Pengamatan saya ini barangkali keliru; mungkin saja. Tapi, secara umum, begitulah yang saya rasakan: hilangnya humor yang segar, bukan lelucon yang diniatkan untuk menertawakan orang lain.

Dalam diri para pemimpin, humor dan kerendahan hati dapat berjalan berdampingan. Tapi humor sekaligus juga bukti kepercayaan diri yang besar. Dengan sense of humor yang tinggi, seorang pemimpin mampu menyiasati situasi yang menekan dirinya. Menjawab pertanyaan yang menyudutkan tak mesti dengan argumen yang serius.

Contohnya, suatu ketika Pak Jokowi—ketika itu masih menjabat Gubernur DKI Jakarta—ditanya tentang penangkapan Hercules. Tiba-tiba saja Pak Jokowi berkata: “Dompet jatuh itu siapa yang punya?” Sontak, para jurnalis berpaling ke lantai yang ditunjuk, di sana tak ada dompet, dan Pak Jokowi pun berlalu. Itula caranya berkelit dengan berkelakar.

Begitulah, ada banyak alasan mengapa pemimpin memerlukan humor selain ‘memaksa’ seperti Gus Dur dan ‘berkelit’ alat Pak Jokowi. Presiden AS Barack Obama juga dikenal sebagai pemimpin yang tak lupa menyelipkan humor dalam pidato-pidatonya. Bahkan, oleh media Barat, Obama disebut ‘born joker’—punya bakat berkelakar sejak lahir.

Kelakar itu memang punya banyak kemanfaatan. Tanpa sentuhan humor, pidato Anda sangat berpotensi membikin hadirin mengantuk. Bila Anda pemimpin yang sangat serius, Anda perlu sedikit tahu tentang manfaat humor.

Humor meredakan ketegangan. Ketika situasi rapat begitu tegang karena perselisihan pendapat di antara pesertanya, humor yang dilontarkan pemimpin dapat mencairkan suasana. Humor menjadikan suasana rileks kembali sehingga setiap orang bisa berpikir jernih.

Almarhum Gus Dur menggunakan humor untuk mengendalikan situasi. Gus Dur mempunyai kepekaan untuk menyampaikan humor yang cerdas pada saat yang tepat. Ia tahu bagaimana menarik perhatian publik kepada dirinya. Dan, swear, humornya Gus Dur itu benar-benar serius lho!

Humor dapat melunakkan penerimaan terhadap kabar buruk. Yah, berita yang didengar barangkali buruk. Tapi pemimpin yang kuat percaya bahwa selalu akan ada jalan keluar dari kesulitan. Karena itu ia berusaha memompakan rasa optimistis saat mengabarkan kabar buruk. “Ayolah, hidup mesti jalan terus, kan masih ada hari esok,” ujar si pemimpin sembari tersenyum (bukan dengan wajah cemberut) melihat karyawannya lemah semangat. “Betul lho, masih ada hari esok. Ada yang tak ingin melihat hari esok?”

humor sangat berguna untuk membangun kerjasama tim. Pemimpin yang hebat tahu beragam cara untuk menciptakan kohesivitas tim, antara lain dengan menyusupkan humor.

Humor yang segar, bukan yang menertawakan orang lain, bisa menjadi daya tarik agar orang lain mengikuti Anda. Sebagai pemimpin, humor membuat orang fokus perhatiannya kepada diri Anda. Orang juga menjadi ingat pada hal-hal penting yang Anda kemukakan bila penyampaiannya disertai, misalnya, anekdot.

Humor juga bisa memotivasi. Ketimbang dimarahi-marahi, sebagian orang bisa jadi lebih tergerak bila dinasihati dengan cita rasa humor—kecuali yang bandel. Sebagai alat untuk memotivasi, humor bisa jadi lebih ampuh efek positifnya daripada slogan-slogan, jargon-jargon, dan marah-marah.

Mungkin masih banyak lagi manfaat humor. Sayangnya, sejauh yang banyak tampil di muka publik, para pemimpin kita seperti kekurangan sense of humor. Padahal, seperti kata Dwight Eisenhower, pemimpin AS, “A sense of humor is part of the art of leadership, of getting along with people, of getting things done.” ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu