x

Iklan

Rob Januar

Lagi...menikmati pagi senja kolong Jakarta...rock on!!!
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Corat-coret dan Nilai yang Tak Konstan

Dengan motif yang tepat, corat-coret jadi sesuatu yang keren

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Masih seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini corat coret--disertai konvoi kendaraan di jalanan--mewarnai media massa di masa-masa kelulusan SMU beberapa hari lalu. Banyak komentar yang bernada merisak, yang lainnya menasihati, dan ada sebagian yang memaklumi--berpikir, 'aku dulu juga begitu'.

Pada prakteknya, manusia punya hasrat untuk mengisi ruang dimensi yang kosong, mulai dinding gua, kertas, meja, tembok kota, bahkan seragam. Termasuk saya. Saya sudah mencorat-coret buku sejak kelas 5, iseng bikin doodle alfabet di meja kelas waktu SMP, atau 'membatik' seragam--pada bagian pinggiran bawah yang tak terlihat karena dimasukkan celana--jauh sebelum kelulusan SMU.

Waktu masih sekolah dulu, yang saya tahu kegiatan corat-coret identik dengan melanggar nilai kepantasan. Pelaku grafiti sering dianggap sampah perkotaan. Beberapa kawan sekolah memilih corat-coret di halaman tengah buku tulis dengan alasan sewaktu-waktu bisa disobek saat buku tulis diminta dikumpulkan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saya sendiri pernah dihukum Pak Bambang, guru fisika waktu SMP, ketika beliau menemukan doodle alfabet--yang dia tahu itu coretan khas saya dari buku-buku tulis saya--di salah satu meja kelas.

Tapi benar rupanya kata pepatah, tidak ada yang konstan selain perubahan. Pun nilai kepantasan berubah dari waktu ke waktu. Begitu juga nilai kepantasan yang dikenakan pada kegiatan corat-coret.

Kini, pelaku grafiti berpengalaman dianggap sebagai pelaku seni. Industri digital kreatif juga mengenal ilustrator doodle; tukang corat-coret web yang dibekali kanvas elektronik. Di kalangan penyuka sepatu kets dan kanvas, ada yang suka menambahkan elemen bentuk, garis, dan warna secara kreatif--entah saya lupa apa sebutannya.

Yang lebih keren, Chandni Langford, seorang guru kelas 5 di New Jersey, justru mencorat-coret meja belajar murid-muridnya sesaat sebelum mereka menjalani ujian. Yang dia coretkan di sana adalah kalimat motivasi--yang berbeda-beda untuk setiap murid. Apa komentar orang tentang corat-coret Chandni? Silakan kunjungi laman ini dan simpulkan sendiri.

Yang jelas, buat saya corat-coret itu keren.

Ikuti tulisan menarik Rob Januar lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler