x

Iklan

Wirdan Fauzi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Sebenarnya, Tak Ada yang Perlu Ditakutkan dari Simbol Palu Arit

Simbol palu dan arit jika ditelisik lebih jauh ke belakang ternyata tidak ada hubungannya sama sekali dengan komunisme.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Simbol palu arit identik akan komunisme dan PKI (Partai Komunis Indonesia). Padahal simbol palu itu sendiri mewakili kaum buruh dan simbol arit mewakili kaum petani, di mana semenjak revolusi industri Eropa terjadi buruh dan tani semakin tertindas, termajinalkan dan dimiskinkan secara struktural. Penyilangan antara simbol palu dan arit tersebut merupakan simbol persatuan para buruh dan para petani untuk memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan sosial pada revolusi Bolshevik tahun 1917 di Rusia.

 

Simbol palu dan arit jika ditelisik lebih jauh ke belakang ternyata tidak ada hubungannya sama sekali dengan komunisme. Simbol palu arit merupakan suara tentang revolusi, dengan tujuan besar tersebut hendaknya harus didukung dengan suatu simbol yang dapat melambangkan suatu persatuan dan kolektifitas gerakan masyarakat. Tak disangka-sangka simbol palu arit tersebut pun menjadi pemersatu para pekerja/buruh kasar yang eksistensi perjuangan mereka menjadi pusat perhatian dunia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Dengan membesar dan massifnya gerakan para buruh dan para petani dengan simbol palu aritnya tersebut menarik perhatian kaum sosialis komunis untuk mengenakan simbol tersebut juga. Sehingga sejak 1922, kaum sosialis dan komunis memakai simbol palu arit yang menyilang tersebut dengan latar belakang bendera merah mereka. Bendera partai politik kaum komunis seluruh dunia ini memiliki makna untuk menghapuskan perbedaan kelas di dunia ini demi terwujudnya keadilan dan kesejahteraan sosial.

 

Untuk di Indonesia sendiri, pemahaman mengenai komunisme dan perjuangan kelas disalurkan dalam wadah Partai Komunis Indonesia (PKI). PKI dibentuk sejak 1914, di mana orang Belanda bernama Henk Sneevliet yang merupakan seorang penganut paham sosialis. Sneevliet coba memperkenalkan paham-paham sosialisme kepada rakyat Indonesia pada saat itu untuk menentang kolonialisme yang dilakukan oleh Belanda beratus-ratus tahun lamanya. Usaha pergerakan PKI ternyata tidak sia-sia adanya, dalam waktu singkat banyak sekali masyrakat yang mejadi anggotanya yang mayoritas adalah buruh-buruh kasar dan petani.

 

Pergerakan PKI mengalami pasang surut, diawali dengan pemberontakan tahun 1926 di mana PKI mengalami kekalahan telak karena dipukul habis oleh pemerintahan Kolonial Belanda. Akibat pemberontakan itu, PKI dicap sebagai organisasi pemberontak dan terlarang. Semenjak dilarang oleh pemerintahan Kolonial Belanda, PKI bergerak di bawah tanah dan terus menggalang kekuatan persatuan kaum buruh dan petani.  Tahun 1948 kembali pecah pemberontakkan di Madiun, kembali memaksa pimpinan-pimpinan PKI bergerak di bawah tanah.

 

Rentan waktu 1950an hingga 1960an merupakan massa d mana PKI berhasil menunjukkan dominasi politiknya yang paling berpengaruh di Indonesia. Pada puncaknya Presiden Soekarno mengeluarkan sebuah slogan Nasakom (Nasionalis, Agama, dan Komunis), di mana menempatkan paham komunisme sebagai salah satu dasar pemikiran Negara Indonesia. Dimasa itu pula PKI menjadi partai komunis nomor tiga terbesar di dunia di bawah Partai Komunis Uni Soviet dan Partai Komunis China.

 

PeristiwaG 30s PKI tahun 1965 menjadi catatan kelam atas pergerakkan PKI,dalam pemberontakkan tersebut Jenderal Ahmad Yani dan 9 pahlawan revolusi lainnya menjadi korban atas peristiwa tersebut. Peristiwa berdarah inilah yang akhirnya memicu penumpasan terhadap kader-kader PKI oleh pemerintah melalui angkatan bersenjata di berbagaidaerah, dipenjarakan tanpa ada proses persidangan, pengasingan dan sebagian besar hilang entah kemana keberadaanya. Sejak pemerintahan beralih dari Soekarno ke Soeharto paham mengenai komunisme dan ajaran Leninisme-Marxisme dilarang tegasdisebarluaskan kembali dengan terbitnya TAP MPRS Nomor 25 Tahun1966.

 

Peristiwa pemberontakkanG30S/PKI memang telah menjadi catatan kelam sejarah Republik ini yang dalam setiap pemikiran masyarakat komunis bersama simbol-simbolnya menjadi musuh bersama. Kejadia baru-baru lama ini dengan peristiwa penangkapan orang-orang yang memakai simbol-simbol komunis dicap membangkitkan paham komunis.

 

Dasar penangkapan yang dilakukan oleh pihak kepolisian karena telah bertentangan dengan TAP MPRS Nomor 25 Tahun 1966, di mana orang-orang tersebut dianggap berupaya menyebarluaskan dan mensosialisasikan paham-paham komunisme. Ketetapan itu yang telah dikaji ulang dalam TAP MPR Nomor 1 Tahun 2003, di mana pada intinya isi TAP MPRS Nomor 25 Tahun 1966 tetap berlaku tetapi harus menjujung tinggi Hak Asasi Manusia, Demokrasi dan Keadilan.

 

Tindakan berlebihan yang dilakukan oleh pemerintah dengan menangkap sejumlah orangtersebutmalah membuat suatu ketakutan dan keresahaan sendiri di tengah-tengah masyarakat. Seharusnya pemerintah tidak bertindak reaksional yang akhirnya mencederai rasa keadilan masyarakat. Penangkapan oleh pihak Kepolisian pun menjadi pertanyaan besar bagi kita bersama, karena Polisi telah menabrak aturan-aturan yang dalam proses penangkapan seseorang.

 

Ketakutan akan simbol palu arit diartikan sebagai lahirnya kembali paham komunisme di Indonesia yang sejatinya adalah suatu bentuk reaksi yang berlebihan. Masyarakat akhirnya diajak secara berduyun-duyun dalam kesesatan pikiran dan gagal atas pemaknaan suatu simbol-simbol tersebut karena ada sejarah yang dibelokkan oleh rezim orde lama. Simbol palu arit yang disilangkan tersebut merupakan makna pemersatu kaum buruh dan kaum tani yang sedari dulu telah menjadi kaum yang terpinggirkan dan tertindas. Perjuangan dan persatuan mereka melalui simbol palu arit sejatinya bentuk komunikasi mereka untuk menjadikan seluruh rakyat hidup dalam keadilan dan kesejahteraan sosial yang tak lain menjadi cita-cita bangsa ini sebagaimana bunyi sila kelima Pancasila. Pemerintah pun seharusnya memiliki peran yang sangat penting untuk meluruskan sejarah-sejarah yang dibelokkan tersebut dan menjadi aktor utama untuk memberikan rasa keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat.

Ikuti tulisan menarik Wirdan Fauzi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terkini