x

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tragedi Pertanian

Sebuah deskripsi akibat penggunaan bahan kimia di pertanian

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Musim Bunga yang Bisu

Judul Alsi: Silent Spring

Penulis: Rachel Carson

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tahun Terbit: 1990

Penerbit: Yayasan Obor                                                                                               

Tebal: xiv +321

ISBN: 979-461-058-5

 

Saat Anda bangun pagi dan membuka jendela, Anda tak mendengar kicauan burung. Pagi menjadi sepi. Buku Silent Spring karangan Rachel Carson ini menyadarkan kita akan bahaya penggunaan ramuan kimia dalam dunia pertanian. Buku yang pertama kali terbit tahun 1969 ini telah menggugah berbagai pihak untuk berpikir ulang akan penggunaan pestisida di lahan-lahan pertanian.

Bagaimana mungkin makhluk yang cerdas berusaha membasmi spesies yang tidak dikehendaki keberadaannya dengan suatu cara yang mengakibatkan seluruh lingkungan tercemar yang membawa ancaman penyakit dan kematian bahkan untuk jenis mereka sendiri? (hal. 7). Penemuan ramuan kimia pembasmi hama dianggap sebagai sebuah kemenangan manusia terhadap spesies lain yang selama ini dianggap sebagai pengganggu. Sejak akhir perang dunia kedua, tahun 1940-an, temuan-temuan ramuan kimia yang sebelumnya adalah teknologi untuk perang mulai dimanfaatkan untuk dunia pertanian. Namun tanpa disadari, penggunaan ramuan kimia tersebut malah menjadi masalah baru bagi kehidupan di bumi. Bukannya menang terhadap hama, pencemaran udara, tanah dan air justru mengancam kehidupan lainnya, termasuk manusia itu sendiri.

DDT awalnya adalah racun yang dipakai untuk membersihkan kutu caplak yang mengganggu para tawanan. DDT adalah jenis kimia organo-chlorine. Jenis organo-chlorine merusak sistem metabolisme. DDT terbukti ampuh membasmi kutu caplak. Karena DDT bisa membunuh kutu caplak, maka digunakan untuk membunuh serangga lain di ladang pertanian. Jenis organo-chlorine lainnya yang digunakan di pertanian adalah dieldrin, endrin dan aldrin.

Parathion awalnya adalah gas syaraf yang dirahasiakan oleh Pemerintah Jerman. Parathion dan malathion adalah jenis kimia organo-phosphate. Jenis organo-phosphate meracuni tubuh melalui sistem syaraf. Setelah perang usai, parathion dan malathion digunakan untuk membunuh hama di ladang pertanian. Bahan kimia yang dulunya merupakan alat perang, kini berubah menjadi alat berperang melawan hama. Ramuan kimia yang digunakan di dunia pertanian ini kemudian dinamai pestisida, ramuan kimia untuk membasmi pest (hama).

Pada awalnya banyak pihak yang tidak menyadari bahaya penggunaan ramuan kimia sintetis ini bagi kehidupan manusia dan lingkungan. Meski korban akibat parathion bisa langsung terlihat –parathion adalah gas syaraf yang jika terkena manusia langsung menimbulkan kematian atau sakit, namun kejadiannya dianggap sebagai sebuah insiden saja.

Riset pestisida berkembang terus. Jika awalnya pestisida membunuh hama ketika bersentuhan langsung dengan racun tersebut, generasi berikutnya adalah pestisida sistemik, yang masuk dalam jaringan tanaman. Hama yang memakan atau menghisap cairan tamanan akan terkena racun. Racun sistemik ini seperti jubah Media, seorang tukang sihir Yunani. Siapapun yang menggunakan jubah tersebut akan mati. Karena racun berada di jaringan tanaman, maka manusia dan hewan yang memakan jaringan tanaman tersebut juga ikut memakan racun.

Di dunia pertanian, racun kimia bukan hanya digunakan untuk membasmi serangga atau hewan lainnya. Racun kimia juga digunakan untuk membasmi tumbuhan pengganggu, atau lebih dikenal sebagai gulma. Berbeda dengan racun yang digunakan untuk membunuh hewan yang dampaknya sudah lebih banyak disadari, racun tumbuhan sering dianggap aman. Benarkah demikian?

Bagaimana sesungguhnya racun kimia ini mempengaruhi manusia dan alam? Selain membunuh langsung, ternyata racun kimia juga menyebabkan berbagai penyakit, khususnya kanker. Racun kimia juga meracuni alam karena tertinggal (residu) di tanah, air dan udara. Residu racun kimia ini menyebabkan kerusakan alam berupa menurunnya populasi hewan tertentu.

Pestisida yang dipakai di ladang-ladang pertanian mengalir bersama air dan tertimbun dalam kumpulan air permukaan seperti danau atau waduk-waduk irigasi. Tidak hanya mencemari air permukaan, residu pestisida juga mengalir masuk ke dalam tanah dan mencemari air dalam. Penelitian yang dilakukan di Amerika pada akhir tahun 1950-an, menemukan bahwa ikan-ikan di danau dan waduk yang mendapat aliran air dari daerah pertanian mengandung residu pestisida di tubuhnya. Bahkan ikan yang dipelihara di air yang berasal dari air dalam yang tidak berhubungan dengan wilayah pertanian yang disemprot pestisida, ternyata juga mengandung residu pestisida. Burung-burung yang mencari makan di lahan pertanian atau yang memakan ikan di danau, di tubuhnya mengandung residu. Bahkan telur yang dihasilkan oleh murung-murung ini juga mengandung residu.

Proses yang sama terjadi pada manusia. Racun kimia yang masuk melalui makanan atau karena terhirup, tertimbun dalam tubuh manusia. Dalam kadar tertentu residu ini menyebabkan berbagai penyakit, khususnya kanker. Bukan itu saja. Ternyata residu pestisida juga mengalir melalui air susu ibu dan masuk kepada bayi-bayi yang menyusu.

Penggunaan pestisida yang gegabah dan penuh optimisme telah memakan korban yang bukan menjadi sasaran. Banyak hewan dan tumbuhan musnah di suatu tempat. Padahal penggunaan pestisida di tempat tersebut tidaklah dimaksudkan untuk menyingkirkan mereka. Hilangnya kijang antelope dan burung belibis di Pegunungan Rocky akibat penggunaan herbisida untuk menghilangkan semak sage yang dianggap mengganggu peternakan adalah contohnya. Contoh lain adalah musnahnya bunga-bunga yang menarik turis di Pulau Maine. Hilangnya bunga-bunga liar ini membuat turis marah dan tidak mau lagi datang ke sana. Matinya ikan salmon muda di Sungai Minamichi adalah contoh lain salah sasaran penggunaan pestisida.

Alih-alih hama menjadi musnah, ternyata mereka bisa bertahan. Serangga ternyata melawan balik. Beberapa serangga menjadi kebal terhadap racun yang digunakan untuk membasmi mereka. Bukan hanya kebal, beberapa serangga mengubah siklus hidupnya menjadi lebih pendek dan menghasilkan keturunan yang lebih banyak. Contoh kasus wereng coklat di Indonesia adalah buktinya. Wereng coklat kebal terhadap berbagai jenis organo-chlorine dan organo-phocphate. Siklus hidupnya menjadi semakin pendek dan menghasilkan keturunan yang sangat besar. Akibatnya serangan wereng terjadi secara eksplosif.

Sudah terbukti bahwa ramuan kimia bukan solusi untuk mengatasi masalah hama. Bahkan ramuan racun kimia ini menimbulkan berbagai masalah bagi kesehatan manusia dan perusakan ekosistem. Harus dicari cara baru yang lebih menghargai mekanisme alam untuk kelangsung umat manusia di bumi.

Saya patut berbangga karena buku ini terbit dalam Bahasa Indonesia dengan dukungan proyek dimana saya pernah terlibat di dalamnya. Program Nasional Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah sebuah upaya melawan hama dengan cara yang lebih arif. Program PHT di Indonesia secara tidak langsung diilhami oleh kerisauan Rachel Carson. Meski agak terlambat terbit di Indonesia (baru terbit tahun 1990), namun setidaknya buku ini bisa memberi informasi kepada kita tentang bahayanya racun kimia.

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler