x

Iklan

Randy Wirawan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Demam Pokemon Serang Ibu Kota

Fenomena Pokemon Go di Indonesia khususnya Jakarta

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Taman di area belakang gedung perkantoran Wisma 77 Jakarta mendadak riuh, Rabu (27/7). Puluhan pekerja kantoran duduk dan bersantai dengan tatapan ke layar gadget masing-masing. Hal ini tidak wajar karena waktu sudah menunjukkan pukul 12:00.

Biasanya jam 12:00 orang-orang bergegas menuju kantin untuk menikmati santap siang. Taman di Wisma 77 tidak pernah seramai ini, karena jarang ada yang memilih untuk menghabiskan waktu di taman ini. Dari puluhan orang tersebut nampak salah seorang wanita berusia 25 tahun bernama Giza Risdynia. “Saya bareng teman-teman yang lain lagi main Pokemon Go,” ujarnya.

Pokemon Go merupakan permainan rilisan Niantic Labs. Menggabungkan dunia nyata dan dunia maya dengan teknologi augmented reality membuat Pokemon Go digandrungi oleh masyarakat dunia. Meski baru dirilis di 32 negara, Pokemon Go sudah diunduh sebanyak 75 juta kali!

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Giza yang saat ini bekerja di salah satu perusahaan startup di Jakarta mengaku bukan seorang gamer. Awalnya ia bingung karena temannya begitu bersemangat menceritakan Pokemon Go, namun begitu mencoba memainkannya justru kini membuat ia ketagihan. “Pokemon Go ini bikin nagih, aplikasi ini terus saya nyalakan meski sedang bekerja,” jelas wanita dengan rambut ikal ini.

Giza bercerita bahwa aplikasi ia biarkan dalam keadaan terbuka dalam waktu kurang lebih 12 jam. Harapannya tentu agar ia tidak ketinggalan kesempatan untuk menangkap Pokemon yang ‘mendatangi’ area Wisma 77.

Pokemon Go memang membuat Giza seperti kecanduan, namun Giza melihat sisi positif yang ia dapat dalam memburu Pokemon. “Biasanya saya paling malas jalan kaki, namun sejak mengunduh permainan ini saya bisa berjalan hingga 5km hanya untuk mencari Pokemon,” ujarnya.

Pokemon Go yang menggunakan teknologi Global Positioning System (GPS) memang menuntut pemainnya untuk banyak berjalan kaki. Semakin jauh jarak yang ditempuh maka telur Pokemon akan semakin cepat menetas dan kemungkinan untuk mendapat Pokemon langka menjadi semakin besar.

Selain Giza, ada wanita berusia 26 tahun, Yusti Maredzki yang juga tengah asik bermain Pokemon Go.  Ia terlihat sedang berusaha menangkap Pokemon bernama Poliwag. “Lucu ini bentuknya bulet banget,” ujar Yusti Sambil tertawa.

Lain halnya dengan Giza yang menghabiskan setengah harinya untuk berburu Pokemon, Yusti mengaku memainkannya sesakali. “Saya sebenarnya ikut tren aja sih, kan ga seru kalau pada ngomongin (Pokemon) terus saya ga nyambung,” lanjut wanita dengan rambut panjang sebahu ini.

Yusti menganggap saat ini Pokemon sudah seperti menjadi gaya hidup di masyarakat. Wanita asal Cileungsi, Jawa Barat ini menceritakan bahwa sehabis libur lebaran hal pertama yang ditanyakan oleh rekan kerjanya adalah “Gabung di tim apa lo di Pokemon Go?”.

Terkait apakah Pokemon Go mengganggu pekerjaannya Yusti menganggap sama sekali tidak. Ia mengungkapkan bahwa 80% orang di kantornya memainkan permainan ini. “Bahkan bos saya saja main,” ujarnya sambil tertawa.

Meski belum dirilis di Indonesia, nyatanya Pokemon Go sudah menjadi tren tersendiri di kalangan masyarakat Ibu Kota. Banyak tokoh di negeri ini yang turut berkomentar tentang game ini mulai dari anggota DPR, menteri, petinggi militer hingga kepala Badan Intelijen Negara (BIN). Bahkan ada yang mengaitkan permainan ini dengan konspirasi Yahudi dan haram untuk dimainkan. Entah sampai kapan ‘demam’ ini akan berlanjut namun untuk saat ini harus diakui bahwa Pokemon sudah menjadi bagian hidup di masyarakat. 

Ikuti tulisan menarik Randy Wirawan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler