x

Iklan

jefri hidayat

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tanpa PDIP, Ahok Hanyalah Butiran Debu

Dukungan tiga partai besar plus katanya satu juta KTP belum mampu membuat Ahok tenang. Sejumlah manuver dilakukan menambah kekuatan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tiga partai politik yaitu Partai Golkar, Hanura dan partai Nasdem telah bulat untuk mengusung Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama pada Pemilihan Gubernur yang akan dilasungkan awal tahun depan. Meski demikian, sepertinya Basuki belum sepenuhnya bahagia alias masih bimbang untuk menapaki Pilkada paling menarik Indonesia.

Dukungan tiga partai besar plus katanya satu juta KTP belum mampu membuat Ahok tenang. Sejumlah manuver dilakukan menambah kekuatan untuk memenangkan Pilkada DKI Jakarta yang memang dikenal keras. Hal ini tentu dipahami Ahok dan partai pengusung dan komunitas pendukungnya yang dikenal dengan Teman Ahok.

Kerisauan itu terlihat ketika Ahok memepet ketua umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri agar juga memberikan mandate seperti yang dilakukan Golkar, Hanura dan Nasdem. Namun sampai detik ini belum ada tanda-tanda partai berlambang moncong putih itu untuk berlabuh di koalisi yang sudah dibentuk Ahok.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut pengakuan Ahok yang tersebar di media online bahwa putri proklamator itu menolak secara halus. Penolakan itu terucap ketika Ahok satu mobil dengan Presiden Jokowi, Megwati beserta putrinya, Puan Maharani.

“PDIP ada mekanismenya,“begitu ucapan Megawati yang ditafsirkan Ahok bahwa PDIP tidak bakal satu kapal dengannya. Kebersamaan yang terbina selama ini dengan PDIP akan putus sebentar lagi. Dan pinangan Ahok untuk terus merajut kebersamaan partai pemenang pemilu itu pupus sudah. Ahok galau meski sedikit, tapi tidak dia perlihatkan.

Usai ditolak secara langsung oleh Megawati, tapi mantan Bupati Bangka Belitung Timur tidak patah arang. Gagal plan A, plan B pun dilakukan . Ahok melakukan pendekatan lewat partai dengan mendorong tiga partai pendukungnya untuk melobbi PDIP.

Keinginan Ahok itu dituruti oleh ketiga partai tersebut. Mereka terus melakukan komunikasi politik dengan partai peringkat nomor satu itu. Ketiga partai pendukung Ahok tak henti-hentinya merayu PDIP untuk bergabung. Tapi sampai hari ini titik terang belum terlihat. Bukannya memberi sinyal koalisi, malah elite PDIP mulai lakukan serangan terbuka terhadap Ahok.

Jika kita lihat kebelakang, sikap Ahok kepada partai politik sangat bertolak belakang. Dulu Ahok jual mahal terhadap parpol bahkan muncul isu Deparpolisasi. Sikap tersebut berubah empat bulan terakhir. Dan kini Basuki getol mendekati sejumlah partai agar mendukung dirinya untuk maju menjadi Gubernur DKI Jakarta 2017-2022.

Satu tahun terakhir ini Ahok seringkali mengumbar komentar miring terhadap partai. Tak terkecuali kepada PDIP. Pernyataan Ahok tersebut sangat kontra produktif dan merugikan dirinya sendiri. Bahkan terkesan bahwa dialah yang dibutuhkan partai. Padahal faktanya Ahok lah yang membutuhkan partai.

Partai lain seperti Gokar, Hanura dan Nasdem mungkin bisa menerima perlakukan Ahok karena Golkar memang tidak punya kader yang layak dan mumpuni untuk diajak bertarung di Jakarta. Golkar telah mencobanya pada Pilgub lima tahun lalu, dimana Alec Noerdin tak mampu bersaing menghadapi Fauzi Bowo dan Jokowi kala itu.

Apalagi di Jakarta, posisi Golkar dari pemilu ke pemilu hanya partai papan tengah. Partai warisan orde baru itu bemum mampu mengungguli PDIP, PPP, PKS, dan Demokrat. Bahkan Gerindra, partai yang masih terbilang baru mampu menembus posisi kedua, dibawah perolehan suara PDIP. Bandingkan perkembangan Golkar hanya jalan ditempat.

Kondisi tersebut mau tak mau membuat Golkar berada dalam posisi sulit alias tidak punya pilihan. Meski sejumlah kadernya sering bertengkar dengan tapi karena tidak punya pilihan, partai berlambang pohon beringin itu mendukung Ahok.

Yang terjadi di tubuh partai Golkar, setali tiga uang dengan Hanura dan Nasdem. Dua partai ini masih terbilang baru di jagad politik nasional. Prestasinya pun rata-rata air dan belum punya pengalaman banyak dalam mendukung dan memenangkan kepala daerah. Yang bisa diharapkan Basuki hanyalah factor eksternal Nasdem yatitu jaringan media milik Surya Paloh yang nantinya jadi garda terdepan dalam menjual Ahok kepada warga Jakarta.

Kondisi partai-partai yang pendukung tentu dipahami betul oleh Basuki Tjahaya Purnama. Karena dia pernah merasakan bagaimana kerasnya pertarungan di Ibukota. Kondisi medan tempur Jakarta jauh berbeda dengan yang terjadi di daerah, dimana hal itu yang selalu dia banggakan ketika talk show di sejumalah acara Televisi. "Ahok menang di Pilkada Babeiltim."

Apalagi, pada PIlgub lima tahun lalu, Basuki hanyalah pendamping dari Joko Widodo. Yang tentunya terlindungi oleh serangan-serangan dari kubu lawan. Tapi kini Ahok merupakan calon Gubernur petahana yang sudah mempunyai jejak rekam selama lima tahun masa kepemimpinannya.

Belakangan ini penolakan-penolakan terhadap Ahok berlangsung massif. Penolakan tersebut tidak hanya soal SARA tapi juga terkait sejumlah kebijakan Ahok yang dinilai tidak berpihak kepada masyarakat miskin kota. Kompleksitas persoalan yang melanda, membuat dia tidak lega.

Survey-survey yang belakangan ini menempat Ahok di peringkat pertama hanyalah sebuah propaganda untuk mempengaruhi opini public. Faktanya Foke pada masa kampanye pilgub juga menempati urutan teratas tapi di menit akhir mampu disalip oleh Jokowi- dan Ahok sendiri

Resistensi yang cukup tinggi mengharuskan Ahok untuk bergerilya dan merayu PDIP untuk mendukungnya. Hanya partai moncong itu yang mampu memecahkan sejumlah persoalan politik yang dihadapi Ahok.

PDIP punya segudang pengalaman dalam memenangkan Pilkada. Partai kader itu juga punya jaringan masa dan relawan yang handal dalam melakukan pengorganisran masa, militansi pun teruji dan itu telah mereka buktikan dalam pilkada dan Pilres lalu

Jadi, tanpa PDIP peluang Ahok untuk memenangkan Pilgub Jakarta sangatlah kecil. Kalau Ahok hanya didukung oleh Golkar, Hanura dan Nasdem--kubur saja mimpi-mimpi melihat Ahok kembali jadi Gubernur. Istilah anak muda “Tanpa PDIP Ahok Hanyalah Butiran Debu.”

 

Ikuti tulisan menarik jefri hidayat lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler