x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Keindahan yang tak Seorang pun Letih Menatapnya

Kuda, sahabat manusia sejak zaman purba, adalah sumber inspirasi dan motivasi yang tak habis-habis.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pecinta kuda berkata: “Kuda itu keindahan yang sederhana.” Keindahan natural. Tanpa polesan apapun, kuda sudah indah—warnanya, bentuk tubuhnya, gerak langkahnya. Ada begitu banyak hal yang membuat para pecinta tak sanggup menghalau pesona kuda: caranya berdiri, keanggunannya ketika berjalan, ayunan tubuhnya saat berlari, hingga rambutnya yang tergerai bebas. Di dalam diri kuda ada keindahan yang berbeda, yang memadukan kekuatan dan kecepatan dengan keanggunan. “Kuda adalah keindahan yang tak seorang pun letih menatapnya,” kata Xenophon—penulis Yunani dari abad ke-4 Sebelum Masehi.

Para pecinta kuda memuji hewan yang sepanjang sejarah manusia menjadi sahabat setia ini sebagai makhluk yang menginspirasi. Bila tidak, hewan ini tidak akan menstimulasi pelukis, pematung, penyair, penulis novel, sutradara film, dan penggubah lagu, untuk menuangkan kisah-kisah tentang kuda ke atas kanvas, perunggu, kata-kata, layar, hingga syair. Kuda bahkan menginspirasi banyak pecintanya untuk lebih menghidupkan hidup mereka sendiri—menghalau kebosanan, keletihan, dan keputusasaan yang nyaris memerangkap.

Ketika dunia penuh hiruk pikuk perburuan kenikmatan, bermain bersama kuda—memandikannya, menyisir rambutnya, menuntunnya—memberi kenikmatan yang lebih sederhana. “Saya senang berada di sekitar kuda,” ujar seorang kawan. Kuda membuatnya rileks, ketenangan, sekaligus kegembiraan, dan ia merasakan hal itu dari waktu ke waktu. Ia menikmati saat melihat kuda berjalan, berlarian, dan kemudian berhenti—seolah ingin menunjukkan keanggunannya kepada sekitar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kuda bukan hanya mendatangkan kesenangan, tapi juga menawarkan ikatan batin bagi pecinta yang tulus. Ketenangan saat mendekati kuda akan berbalas ketenangan kuda kepada kita. Seakan-akan kuda mampu melihat ke dalam diri kita. Tak peduli siapa kita, kuda melihat diri kita apa adanya. Tidak ada tempat bagi ego saat berinteraksi dengan kuda bila kita ingin memperoleh respek hewan ini. Bersikap jujur pada diri sendiri maupun pada kuda akan membuat hewan itu lebih mudah didekati.

Banyak pecinta menghabiskan hari-harinya dengan kuda-kuda dan menikmati kesenangan dan kebahagiaan bersama. Para pecinta senang berjalan bersama kuda-kuda melintasi lapangan terbuka. Bersahabat dengan kuda membuat para pecinta dekat dengan alam. “Adakah cara terbaik untuk kembali ke alam selain menunggang kuda,” begitu kata kawan saya. “Terlebih lagi, dukungan emosionalnya memberi saya kekuatan dalam menjalani kehidupan.” Ia tak ingin jauh dari kuda. Setiap hari selalu ada waktu bersama—saling menguarkan energi relasi yang menguatkan.

Sebagian orang mungkin merasakan refleksi harapan akan sosok dirinya sendiri pada seekor kuda: tegap, indah, anggun, kuat, cekatan. Sebagian lainnya menemukan persahabatan yang tulus—kematian seekor kuda menyisakan kepedihan pecintanya. Sebagian lagi menemukan kebebasan di tengah keterbatasan tubuh mereka: berkuda membuat mereka lebih percaya diri, menemukan kegembiraan, dan merasakan persahabatan yang tidak bersyarat kecuali ketulusan. “Saya menyayangi hewan ini, ia teman terbaik saya,” kata seorang anak disable. “Saya tak pernah cemas berteman dengannya. Saya tak pernah takut ketika berlari bersamanya.” (sumber foto: newsgrio.com) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu