x

Iklan

jefri hidayat

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ketika SBY Melepas Agus ke Rimba Politik.

Lembah Tidar tidak hyanya menjadikan dia sebagai perwira muda berprestasi, terlatih tapi juga akan menjadi pemimpin masa depan meneruskan jejak bapaknya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Calon Gubernur DKI Jakarta mendatangi kandang lawan, stasiun Metro TV untuk menghadiri undangan Najwa Shihab dalam Mata Najwa. Talk Show tersebut bukanlah asing bagi Agus yang sebelumnya sudah beberapa kali hadir dalam acara tersebut.

Berbeda dengan sebelumnya, undangan kali ini tentu saja dalam konteks Pilkada Jakarta. AHY datang sebagai Calon Gubernur Ibukota. Sedangkan Metro TV sebagaimana diketahui merupakan sahabat kental Basuki Tjahaya Purnama yang merupakan lawan Agus dalam kontestasi Pilkada paling bergengsi se Indonesia.

Tak pelak saja, Agus mendapat pertanyaan yang memojokan. Pertanyaan tersebut ditanyakan berulang-ulang oleh Najwa ketika jawaban Agus tidak memuaskan pembaca acara. Najwa ingin mengiring Agus kedalam situasi yang rumit seperti ketika Najwa memawancarai Angel Lelga beberapa tahun lalu. Tapi Agus adalah sosok anak muda yang berpestasi. Dia biasa tampil dalam forum-forum resmi tidak hanya bertaraf local tapi juga internasional.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sederet gelar yang diraih Agus baik dalam maupun luar negeri membuat dia memutar otak dan mengeluarkan kemampuan agar tidak terjebak kedalam permaianan Najwa seperti yang dilakukan kepada Angel lelga. Agus sukses mengcounter balik setiap serangan yang ditujukan padanya. Najwa berkali-kali mengulang pertanyaan yang sama.

Agus pun pintar mengelak, dia pun berkali-kali menjawab pertanyaan mengulang yang sama. Bahkan sesekali Agus melempar kembali pertanyaan yang sama. Di lima belas pertama Agus tampak kikuk tapi bisa menetralisir suasana yang tidak mengenakan itu.

Peraih Adhi Makayasa itu grogi dan berusaha meraih cangkir kopi untuk mengusir ketidaknyamanan itu. Najwa pun tahu apa yang dialami oleh putra sulung Presiden dua priode itu lantaran ekspresi Agus berbeda ketika dia diundang Najwa sepulang dari memimpin pasukan perdamaian Indonesia di Libanon.

Bisa saja, suasana di Mata Najwa tersebut telah dia prediksi sebelumnya dan oleh anggota tim sukses AHY-Sylviana. Tapi pihak Agus malahan siap menerima tawaran menantang tersebut, dengan hadir di sarang lawan dan siap dikuliti meski dia baru terhitung hari di dunia politik praktis. Dunia begitu seram dan kejam melebihi medan pertempuran.

Kehadiran Agus di meja Mata Najwa dapat disimpulkan bahwa penerus generasi Yudhoyono itu bukanlah perwira manja seperti opini yang dibangun oleh lawan politik. Agus muda sudah berisi, jika tidak cerdas tidak mungkin lah rasanya dia meraih Adhi Makayasa yang merupakan award paling bergengsi di Akademi Militer. Prestasi tersebut ia raih sebelumnya bapaknya jadi Presiden Indonesia.

Mahfud MD memuji Agus Harimurti sebagai sosok yang cerdas, bervisi dan paham masalah. Pujian Mantan ketua Mahkamah Konstitusi dia lontarkan dalam akun twitternya setelah membaca wawancara Agus di Majalah Tempo. “tampak seperti bukan karbitan” lanjut Mahfud.

Seringkali lawan politiknya mengaitkan Agus dengan sosok Bapaknya yang merupakan mantan Presiden Indonesia. Tapi tentu bukanlah salah Agus karena dia tidak pernah meminta untuk dilahirkan sebagai putra siapa. Yang terpenting sebagai calon pemimpin Ibukota dia punya kompetensi dan kemampuan untuk mengelola Jakarta sebagai kota yang adil, makmur dan manusiawi seperti yang dicita-citakan warga Ibukota.

Dunia militer itu keras karena berkaitan dengan urusan senjata dan peperangan. Tapi dunia politik lebih keras lagi. Tampak jelas, SBY tidak mendidik Agus sebagai anak yang manja. Bisa saja dari awal SBY menyuruh anaknya berhenti dari dunia ketentaraan karena Cuma Agus putra Presiden satu-satunya yang merintis karir di militer. Tidak seperti putra-putri Presiden lainnya yang lebih memilih terjun ke dunia bisnis dan politik.

Sebagai Presiden, SBY bisa juga melarang Agus untuk tidak bergabung kedalam pasukan misi perdamaian di Libanon yang saat itu sedang dilanda konflik bersenjata dengan Israel. Tapi sebagai Jendral yang paham akan perang malah memberi restu dan mengantar keberangkatan. Jauh dari anak bukanlah sebuah kebahagian, tapi sebagai orang tua SBY sepertinya ingin mengenalkan dunia lebih luas kepada putranya berikut dengan segala tantangan dan resikonya.

Didikan yang diterima Agus tersebut membuat mentalnya sangat terasah untuk melanjutkan karir dan hidupnya yang akan datang. Dan setelah terlatih, kini SBY melepas Agus ke rimba politik yang lebih menantang dan kejam dari dunia militer. Di militer musuh terlihat jelas, apabila ada seseorang yangt tidak dikenal, seragamnya beda dan punya senjata berarti dia  adalah musuh. Di politik, musuh jarang terlihat. Tak sering sahabat yang sering tertawa bersama berubah menjadi rival keesokan harinya. Dan Agus akan mulai terbiasa dengan hal tersebut.

Lembah Tidar tidak hanya menjadikan dia sebagai perwira muda berprestasi, terlatih tapi juga akan menjadi pemimpin masa depan meneruskan jejak bapaknya. Sangat banyak contoh di belahan dunia ini anak Presiden akan mengikuti jejak bapaknya sebagai Presiden. Contoh itu tidak hanya ada di Indonesia tapi juga ada di Amerika.

 

 

 

Ikuti tulisan menarik jefri hidayat lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu