Kontroversi Awliya dalam Al-Maidah 51: Ini Asal-Usulnya

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kali ini beredar postingan di media sosial tentang terjemahan kata "awliya" pada ayat itu yang disebutkan telah berganti dari "pemimpin" menjadi "teman se

Lagi-lagi surat Al-Maidah ayat 51 kembali bikin heboh. Kali ini beredar postingan di media sosial tentang terjemahan kata "awliya" pada ayat itu yang disebutkan telah berganti dari "pemimpin" menjadi "teman setia". Bagaimana masalah ini bermula?

Al-Quran Terbitan Iqro Indonesia Global

Ini berawal dari laporan PT Iqro Indonesia Global tentang akun Facebook Seurame Mekkah yang mengunggah sebuah halaman surat Al-Maidah 51 yang diterbitkan perusahaan itu. Dalam foto itu, kata dalam bahasa Arab "awliya", yang seharusnya diterjemahkan sebagai "pemimpin", telah diartikan menjadi "teman setia".

Direktur PT Iqro Indonesia Global Andhi Raharjo melaporkan admin yang mengoperasikan akun Facebook Seuramoe Mekkah ke Polda Daerah Istimewa Yogyakarta atas tuduhan fitnah dan pencemaran nama baik. Karena, tak ada terjemahan semacam itu dalam Al-Quran terbitan mereka.

Kementerian Agama Membantah

Kementerian Agama juga membantah telah terjadi penggantian terjemahan atas kata "awliya" pada Surat Al-Maidah 51. Pejabat pengganti sementara Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran (LPMQ) Kementerian Agama, Muchlis M. Hanafi, mengatakan kata "awliya" yang tertuang dalam Al-Quran Surat Al-Maidah ayat 51 diterjemahkan sesuai konteksnya.

Menurut Muchlis, terjemahan "pemimpin" dalam surat itu merujuk pada edisi revisi Terjemahan Al-Quran Kementerian Agama 2002 yang telah mendapat tanda tashih dari LPMQ. "Tidak benar kabar yang menyatakan bahwa telah terjadi pengeditan terjemahan Al-Quran belakangan ini," ujar Muhclis dalam pernyataannya yang dikutip dari laman resmi Kementerian Agama, Minggu, 23 Oktober 2016.

Pemimpin atau Teman?

Namun, pemaknaan "awliya" sebagai "teman" bukanlah barang baru. Akhmad Sahal, dalam artikel "Haramkah Pemimpin Non-Muslim?" menguraikan bahwa Terjemahan Al-Quran Departemen Agama memang mengartikan "awliya" sebagai "pemimpin", baik untuk surat Al-Maidah 51, Ali Imran 28, maupun An-Nisa' 144. "Ayat-ayat tersebut intinya melarang menjadikan non-muslim sebagai auliya," tulis Sahal. Sebagian kalangan Islam lantas menyimpulkannya sebagai pengharaman pemimpin non-muslim.

Tapi, kata Sahal, pangkal masalahnya justru terletak pada terjemahan kata "awliya". Sahal menulis:

Terjemahan Al-Quran Departemen Agama mengartikannya sebagai "pemimpin". Tapi, apakah terjemahan ini akurat? Bandingkan dengan terjemahan Al-Quran dalam bahasa Inggris, yang ternyata tak satu pun mengartikannya sebagai pemimpin, melainkan "teman dekat, sekutu, atau penolong". Misalnya, Yusuf Ali dalam The Meaning of the Holy Quran menerjemahkan "auliya" dengan "friends and protectors". Dalam The Message of the Quran Yusuf Ali dan The Quran M.A.S. Abdel Haleem, terjemahannya "allies".

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Peristiwa

img-content
img-content
Lihat semua