x

Unjuk rasa dipusat kota London, Sabtu (28/3). Puluhan ribu aktifis mulai dari lingkungan hidup serta anti globalisasi akan turun ke jalan untuk protes pada puncak pertemuan G20. AFP PHOTO / Leon Neal

Iklan

Taufiq Saifuddin

Penikmat Kopi yang sedang jadi peneliti di Pusat Polling Indonesia (PUSPOLL Indonesia)
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Menjadi World Citizen

Citizen world bukan hanya sekedar jargon, melainkan kesiapan baik dari segi kapasitas maupun capaian pembangunan di semua bidang.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tinta sejarah mengisahkan, sekitar penggalan abad ke-16 hampir seluruh Kerajaan yang ada di Nusantara telah memiliki peradaban. Kekuatan utama dalam siklus kehidupannya adalah pengusaan maritim. Jadi peradaban yang maju pada zaman itu adalah kerajaan-kerajaan Nusantara yang memiliki armada laut yang memadai. Tercatat seperti kerajaan Sriwijawa, Majapahit, Goa Tallo dan beragam kerajaan lainnya telah mampu menjual dan memasarkan hasil bumi dan lautnya ke belahan Benua Asia hingga Eropa.

Problem kemudian bermuculan ketika armada dagang Eropa (baca: VOC) datang ke Nusantara, lahirlah conflict of interest. Kerajaan yang awalnya berada diseputaran pesisir berangsur terusir masuk ke pedalaman. Kekuatan maritim kemudian tumbang dan berangsur kerajaan yang terusir membangun kekuatan agrari. Lahirlah transformasi besar-besaran, sistem ekonomi yang awalnya perdagangan beralih menjadi pertanian. Proses perubahan ini tentulah memberikan efek pada awal mula lahirnya penjajahan. Peradaban yang telah terbentuk perlahan tumbang dan pada akhirnya tumbuh kembali menjadi Indonesia.

Konteks kesejarahan diatas, memberikan kita sebuah pemahaman bahwa proses internasionalisasi kebudayaan Indonesia merupakan sebuah keharusan dalam membangun peradaban. Abad-21 telah melahirkan globalisasi, oleh karenanya kesadaran akan kearifan lokal harus terintegrasi secara utuh dalam level internasional. Proses ini sejatinya memberikan peluang sekaligus tantangan bagi generasi Indonesia kedepannya. Peluang oleh karena kita telah terbiasa dengan keragaman baik agama, suku dan sebagainya, sehingga sangat mudah untuk melakukan adaptasi. Menjadi tantangan sebab kita harus terus melakukan pembenahan, baik dari penguatan Bahasa Asing maupun pelebaran sayap dalam level Internasional.

Hari ini batas teritorial berikut wilayah tidak lagi menjadi kendala dalam melebarkan sayap di hampir semua bidang kehidupan ke belahan penjuru dunia manapun. Seiring dengan fungsi jejaring sosial yang menghubungkan ragam manusia dengan latar belakang berbeda. Sebagai konsekuensinya identitas sebagai warga negara dalam perspektif nation state, secara perlahan namun pasti mengalami perkembangan pula. Dalam proses zaman sekarang ini tidaklah cukup generasi muda hanya sebagai warga negara saja, namun lebih dari itu menjadi bagian dari warga dunia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Terdapat setidaknya dua pijakan besar sebagai world citizen, moralitas dan ilmu pengetahuan. Di Indonesia moralitas selalu bersandar pada agama dan budaya. Oleh karenanya ciri dari model world citizen dalam pengertian ini adalah identitas keagamaan dan kearifan lokal berjalan beriringan dengan ilmu pengetahuan sebagai media dan ruang produksi karya dan tawaran perubahan disemua bidang. Hari ini hampir tidak adalagi pengetahuan yang berdiri sendiri, semua diskursus memiliki keterkaitan dan hubungan dengan diskursus lainnya.

Polarisasi kekinian, dimana segala akses dan komunikasi budaya begitu sangat terbuka, mengharuskan kita secara tepat mampu memposisikan diri tidak hanya dalam skala nasional melainkan juga skala internasional. Jika kita telah mampu melampaui identitas nasional kita, maka sudah barang tentu predikat sebagai warga dunia dapat disandang dengan sempurna. Menjadi warga dunia merupakan sebuah keharusan bagi tumbuh dan berkembangnya peradaban di masa mendatang. Sebagaimana beragam generasi “dunia ketiga” lainnya hari ini telah mampu secara kontributif mewarnai hiruk pikuk dunia.

World citizen bukan hanya sekedar jargon, melainkan kesiapan baik dari segi kapasitas maupun capaian pembangunan di semua bidang. Posisi ini sekaligus juga mempersiapkan perangkat dalam pembentukan generasi hari ini. Penguasaan bahasa asing merupakan salah satu kata kunci saja, lebih dari itu menciptakan pakar pada semua bidang pengetahuan tidaklah kalah pentingnya. Jika sebagai masyarakat dunia kita telah mampu sejajar dengan yang lainnya, maka sudah dapat dipastikan partisipasi generasi tidak hanya melingkupi Indonesia namun akan lebih dari itu.

Sebagai masyarakat dunia, sejatinya terjadi ketersambungan kehidupan sosial-ekonomi dengan sosial-politik. Hubungan ini kedepan tidaklah hanya menjadi tugas negara, melainkan tugas kita semua untuk dapat berperan aktif untuk membangun kehidupan tersebut. Tugas itu tidak hanya sekedar membangun masyarakat Indonesia, lebih daripada itu mengaktualkan cita-cita kemerdekaan yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 (...Penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan prikemanusaan dan prikeadilan). Pada titik inilah tujuan masyarakat

Ikuti tulisan menarik Taufiq Saifuddin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terkini