x

Iklan

Syarifudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2019

Rabu, 17 Juli 2019 19:27 WIB

Edukator Dana Pensiun di Indonesia Langka; Jadi Sabab Abai Manfaat Program Pensiun

Jutaan pekerja masa pensiunnya tidak pasti. Mereka tidak paham arti penting dana pensiun. Kini dibutuhkan peran edukator dana pensiun di Indonesia

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Jumlah pekerja di Indonesia sekitar 120 juta orang. Masa pensiun mereka sama sekali tidak pasti. Bisa sejahtera bisa tidak. Sementara pemahaman pekerja akan pentingnya dana pensiun sangat rendah. Maka edukasi dan sosialisasi akan pentingnya dana pensiun memang harus digaungkan.

Negara Indonesia memang sangat luas. Tapi edukator dana pensiun masih sangat langka. Tidak banyak orang yang mau mendedikasikan diri sebagai “educator dana pensiun”.

Semua orang sepakat. Bahwa edukasi literasi keuangan, termasuk dana pensiun pasti sangat penting. Karena hanya edukasi yang mampu mendidik manusia untuk sadar dan tahu soal cara mengelola keuangan secara bijak. Tentang menggunakan "uang" sesuai kebutuhan bukan keinginan. Apalagi untuk masa pensiun, bagaimana cara kita bisa mempertahankan gaya hidup?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Edukasi dana pensiun boleh dibilang langka. Edukator dana pensiun pun sangat langka di Indonesia. Sementara Survei OJK tahun 2013, menyebutkan bahwa tingkat literasi atau pengetahuan Dana Pensiun hanya 10,9% dan tingkat inklusi atau penggunaan produk dana pensiun hanya 4,6%. Jadi, edukasi dan literasi dana pensiun memang menjadi masalah yang belum mampu dipecahkan. 

Di sisi lain, potensi pasar dana pensiun tergolong masih sangat besar. Karena saat ini ada 50 juta pekerja formal dan 70 juta pekerja informal. Sementara generasi milenial mencapai 60 juta jiwa, bahkan 50% dari milenial saat ini sudah bekerja. Itu semuu menjadi sinyal. Ada "pekerjaan rumah" yang besar untuk memengertikan masyarakat dan pekerja akan pentingnya dana pensiun. 

Konsekuensinya, sangat wajar bila 73% pekerja di Indonesia justru mengalami masalah keuangan di masa pensiun. Bahkan 90% pekerja di Indonesia hari ini sama sekali tidak siap untuk pensiun. 

Realitas di atas menegaskan bahwa edukasi dana pensiun adalah masalah. Edukator dana peunsiun pun langka. Logikanya, memang agak sulit industri dana pensiun dapat tumbuh signifikan bila fungsi edukasi tidak optimal.

"Secara prinsip, potensi pasar dana pensiun di Indonesia masih sangat besar. Pekerja formal saja baru 20% yang punya dana pensiun. Sementara pekerja sektor informal dan generasi milenial sama sekali belum tersentuh. Edukasi adalah masalah utama di dana pensiun. Dan edukator dana pensiun yang ada pun terbilang langka" ujar Syarifudin Yunus, Ketua bidang Humas dan Pelayanan Konsumen Perkumpulan DPLK yang saat ini pun menjalankan peran sebagai edukator dana pensiun.

Edukasi dana pensiun, secara prinsip sebenarnya bertumpu pada cara memperlakukan uang hari ini untuk masa pensiun. Banyak pekerja yang punya gaji, tapi apakah ada sebagain gaji yang disisihkan untuk masa pensiun, saat tidak bekerja lagi?

Memang, edukasi cara bagaimana orang menggunakan uangnya sendiri terbilang sulit. Atas alasan banyak kebutuhan-lah, untuk biaya anak sekolah-lah, atau bahkan gaya hidup yang sulit ditinggalkan. Boro-boro, berpikir untuk menabung masa pensiun?

Edukasi dana pensiun memang belum massif dan belum berkelanjutan. Edukator dana pensiun pun langka untuk menyuarakan "apa yang kita lakukan dengan uang kita?"; "apa yang kita perbuat dengan gaji hari ini untuk masa depan?".

Memang, di Indonesia, edukasi literasi keuangan seperti dana pensiun menjadi sesuatu yang sangat jarang dilakukan. Edukator dana pensiun, yang seharusnya menjadi "ujung tombak" pun masih langka. Bolehlah dikatakan, kita memang belum serius dan terencana untuk melakukan edukasi dana pensiun kepada masyarakat, kepada pekerja. Pantas bila hari ini, kita seakan masih "tabu" membicarakan keadaan masa pensiun dibandingkan masa kini.

Sementara regulasi dan aturan dana pensiun, dari waktu ke waktu, terus diterbitkan. Bagaimana memahaminya, menafsirkannya, dan mendiskusikannya untuk memiliki program pensiun terbaik? Sungguh, butuh edukasi yang berkelanjutan. Edukasi dana pensiun pun butuh independensi dan objektivitas.

Maka suka tidak suka, edukasi dana pensiun sangat penting dilakukan sekarang. Edukator dana pensiun pun harus mulai diorbitkan dan diperbanyak. Edukator, tentu bukan konsultan dana pensiun, bukan pula tenaga pemasar dana pensiun. Karena edukator dana pensiun adalah orang yang memiliki komitmen untuk memajukan industri dana pensiun dengan segala kelebihan dan kekurangannya, mau memberikan nasehat yang objektif akan pentingnya mempersiapkan masa pensiun, serta bisa melaksanakan model pengetahuan dan pembelajaran dana pensiun yang substantif dan professional. Sehingga pada akhirnya, edukator dana pensiun dapat mendorong akselerasi pertumbuhan bisnis dan kepemilikan program dana pensiun secara berkelanjutan. Mempunyai dana pensiun sesuai kebutuhan yang objektif, itulah tugas edukator dana pensiun.

Oleh karena itu, untuk meningkatkan edukasi dana pensiun, termasuk tingkat literasi dan inklusi keuangan dana pensiun di masyarakat, sangat diperlukan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam mengedukasi masyarakat akan pentingnya dana pensiun. Sehingga dana pensiun dapat dipandang sebagai bagian dari kecakapan hidup (life skills) dan gaya hidup (life style) seseorang.

Apa manfaat dana pensiun? Kenapa orang harus punya dana pensiun? Bagaimana cara memulai dan mengoptimalkan dana pensiun? Semua pertanyaan itu sangat penting dijawab melalui program edukasi dana pensiun, dan edukator dana pensiun bertanggung jawab untuk menjelaskannya kepada publik.

Maka kini, sangat dibutuhkan pergerakan dan dinamika untuk terus "menghidupkan" edukasi dana pensiun di Indonesia. Karena dana pensiun pada hakikatnya adalah menjalani masa pensiun dengan sejahtera dan nyaman tapi dana yang tersedia tetap memadai ...

Itulah pentingnya dana pensiun #EdukasiPensiun #EdukatorDanaPensiun #DanaPensiun #DPLK #YukSiapkanPensiun

Ikuti tulisan menarik Syarifudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler