x

(Ki-ka) Hatta Rajasa, Roy Suryo, SBY dalam acara Tjanting Fun Day Run, Ahad, 2 Oktober 2016. TEMPO/Inge Klara

Iklan

cristie

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

SBY dan Jokowi Korban Siasat Sengkuni ?

Bahaya Sengkuni

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pidato tengah malam yang disampaikan Presiden Jokowi, Jumat (5/11), terkait aksi 411 menjadikan suasana makin keruh. Jokowi dengan jelas menuding ada aktor-aktor politik yang menunggangi aksi damai tersebut. Pernyataan Jokowi tidak disertai dengan identitas jelas, dan menimbulkan tanda tanya.

Entah darimana informasi yang diterima Jokowi. Entah siapa yang dimaksud Jokowi dengan aktor tersebut, dan kenapa Jokowi tidak menyebutkannya langsung. Kenapa meski membuat teka-teki baru ditengah makin derasnya arus desakan masyarakat, agar kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan Ahok segera diusut.

Pasca pidato Jokowi tersebut, oleh oknum yang ingin memecah belah bangsa langsung diarahkan kepada SBY. Dasar mereka menuding dengan mengaitkan isi pidato SBY saat konfrensi pers di Cikeas, Rabu (2/11). Pidato SBY dianggap memprovokasi, dan mengandung hasutan terhadap etnis tertentu. Tudingan ini sudah dilaporkan kepada polisi oleh Forum Alumni HMI (Tidak diakui oleh keluarga besar HMI), dan laporan mereka telah ditolak oleh Bareskrim Mabes Polri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lalu dituding mendanai aksi 411, dan informasi ini tidak diperkuat dengan data yang valid. Jika ada, tentu perangkat hukum Indonesia yang sudah canggih bisa melacaknya, sebanyak itu orang tentu membutuhkan dana besar dan bakal ketahuan dari mana sumbernya.

Kenapa SBY dituduh, bukan tokoh politik lain ?. Jawaban sederhana sekali, karena SBY merupakan satu-satunya Ketum Parpol yang berani bicara, dan menyampaikan pandangannya terkait aksi 411. Dengan alasan itu, SBY paling gampang dijadikan kambing hitam. Ditambah lagi putra sulung SBY (AHY) ikut dalam pertarungan menuju DKI satu, dimana dia bertanding menghadapi petahana Ahok dan Anies. Makin gampang dikaitkan dan digeser isunya, dari ranah hukum menjadi ranah politik.

Bahan pidato dan kaitan masa lalu “Digoreng” untuk dijadikan agar terbentuk persepsi publik kalau SBY adalah aktor yang dimaksud Jokowi. Mungkin analisa sederhana itu juga yang dibisikkan kepada Jokowi, ditambah dengan bumbu-bumbu lain yang memperkuat analisa sederhana tadi. Apakah sosok yang memberikan masukan kepada Jokowi itu seorang Sengkuni, yang ingin mengadu domba antara Jokowi dan SBY ?. Itu belum terjawab, tapi layak untuk dijadikan pertimbangan.

Sengkuni merupakan tokoh perwayangan, orangnya mempunyai ciri fisik seperti ini cenderung berbuat licik, senang menipu, munafik, senang memfitnah, senang menghasut, senang mencelakakan orang lain, dan iri hati. Sengkuni dikenal juga sebagai pengemong atau penasihat, terutama tentang hal-hal pemerintahan bagi para Kurawa dalam memerintah Astinapura.

Jika dicermati lebih teliti, alasan kenapa masyarakat mulai kecewa dengan Jokowi adalah belum ada pernyataan resmi Jokowi terhadap kasus Ahok hingga aksi berlangsung, sehingga muncul kecurigaan kalau Jokowi melindungi orang yang diduga melakukan penistaan agama. Masyarakat membutuhkan pernyataan tegas Jokowi, bukan bertujuan untuk menurunkan Jokowi.

Lalu muncul isu tentang adanya upaya makar. Isu ini dikaitkan dengan pidato dan roadshow Jokowi ke markas-markas TNI dan Polri. Meski hal yang dilakukan Jokowi itu lumrah dan tidak menyalahi aturan, tapi itu menimbulkan kembali tanda tanya dalam benak masyarakat. Apa maksud Jokowi ini ? apakah mau mengadu rakyat dengan TNI, atau menunjukkan kepada aktor-aktor politik yang ditudingnya, kalau dia didukung oleh angkatan bersenjata. Itu masih belum terjawab.

Keputusan polisi menetapkan Ahok sebagai tersangka sedikit banyaknya menepis tudingan kalau Jokowi melindungi Ahok. Dan itu mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak, karena Jokowi tidak terbukti melindungi terduga kasus penistaan agama.

Setelah mengunjungi markas TNI dan Polri. Jokowi mulai melakukan pertemuan dengan Ketum-ketum Parpol Besar (Kecuali SBY). Kenapa Jokowi belum mengundang SBY ?. Apakah Jokowi ingin masyarakat menyimpulkan sendiri tentang makna dari isi pidatonya ?.

Melihat dari rentetan kejadian dan langkah-langkah Jokowi, besar kemungkinan ada Sengkuni yang menghasut Jokowi. Karena langkah yang diambil Jokowi tidak saja menimbulkan fitnah kepada SBY dan tokoh-tokoh politik lain di Indonesia, tapi juga menjatuhkan wibawanya sebagai Kepala Negara. Kenegarawaan Jokowi akan dipertanyakan oleh masyarakat, dan akan muncul persepsi kalau Jokowi menutupi kebenaran.

Jokowi harus berhati-hati, keputusan dan tindakannya akan berdampak luas. Jokowi harus betul-betul membuka mata, telinga dan hati dalam menyikapi suatu persoalan. Jika tidak, maka akan mengancam Negara. Jangan sampai Jokowi mengambil keputusan dari bisikan Sengkuni, karena tujuannya sudah jelas hanya untuk merusak. Tidak saja orang lain, tapi Jokowi sendiri.

Dugaan adanya Sengkuni disekeliling Jokowi makin kuat jika dikaitkan dengan pernyataan Syafii Maarif (Buya Syafii) tahun 2015 yang lalu. Buya Syafii saat itu menjadi Tim Indepeden terkait dengan Calon Kapolri menyebutkan kalau ada tekanan dari oknum berpengaruh kepada Jokowi.

Meski Buya mengaku tidak tahu namanya, tapi itu memberikan kita bayangan kalau memang ada oknum berpengaruh yang punya akses ke Jokowi. Bisa siapapun oknum yang dimaksud oleh Buya tersebut, dan itu yang kita takutkan. Kalau oknum itu merupakan Sengkuni, maka Jokowi dalam bahaya. Jangan sampai Jokowi salah langkah karena mendengarkan Sengkuni.

Cara Membuka Kedok Sengkuni Itu

Bagaimana cara mengetahui siapa Sengkuni tersebut ?. Menurut saya paling gampang adalah Jokowi dan SBY bertemu dan saling terbuka. Ini tidak saja menepis segala fitnah, tapi juga mengungkap jatidiri Sengkuni.

Sengkuni tidak akan bisa mengelak, karena segala informasi, bisikan, dan strateginya ketahuan. Jika sudah ketahuan, maka pengaruh Sengkuni akan hilang dan tentu saja Jokowi akan mendepaknya. Bagaimanapun kita yakin Jokowi ingin yang terbaik untuk Indonesia dan rakyatnya, beda dengan Sengkuni yang hanya ingin keuntungan pribadi dan tidak peduli kehancuran.

Pertemuan Jokowi dan SBY bisa menjadi salah satu solusi dalam meredakan suhu politik, dan memperkuat persatuan Indonesia dalam menghadapi tantangan baik dari dalam maupun luar. Jika itu terjadi, maka Sengkuni tidak akan bisa memanfaatkan keadaan demi memperkaya dirinya dan menjebolkan tujuannya.

Apakah Sengkuni akan berdiam diri ? Jangan berharap deh, dengan segala cara dia akan berupaya agar jarak antara Jokowi dan SBY semakin melebar.

  • Cara pertama adalah terus menghasut Jokowi agar tidak bertemu, dengan memberikan bukti palsu baru dan saran menyesatkan.
  • Cara kedua adalah menggunakan media massa binaannya agar terus menyulut permusuhan.
  • Cara ketiga dengan makin mengintensifkan serangan melalui media social, jika selama ini membiayai pasukan Medsosnya puluhan orang. Maka akan ditingkatkan menjadi ratusan orang.
  • Cara keempat terus menerus menciptakan isu baru, fitnah baru dan menebarkan kebencian. Kasus Ahok yang murni kasus hukum terus dikaitkan dengan perebutan kekuasaan di DKI.
  • Cara kelima dengan membuat aksi tandingan, entah apapun temanya. Yang jelas ingin membuat Indonesia terbelah.

Sekarang keputusan ada pada Jokowi. Mau mengungkapkan kebenaran, atau terjebak dalam siasat Sengkuni ?. Jika Jokowi tidak berani mengambil keputusan, maka bisa saja SBY dan Jokowi menjadi korban siasat Sengkuni?

Ikuti tulisan menarik cristie lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu