x

Iklan

cristie

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

PDI P DKI Jakarta Kehilangan 'Panglima'

kader PDI P banyak membelot

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Keputusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI Perjuangan mengusung Basuki Tjahja Purnama (Ahok) dan Djarot menjadi pasangan Cagub dan Cawagub DKI Jakarta, membuat banyak kadernya yang kecewa. Puncak kekecewaan dimulai dari pengunduran diri Boy Sadikin dari kader PDI P.

Awalnya banyak yang berfikir PDI P "Hanya" kehilangan seorang kader. Tapi lambat laun kehilangan Boy Sadikin makin terasa, terbukti dari makin tergerusnya suara Ahok dibeberapa lembaga survei. Kehilangan Boy Sadikin juga menjadi pemicu kader dikalangan akar rumput juga mengambil sikap, mereka ramai-ramai menyatakan penguduran diri dan berpindah dukungan. Kader PDI P kehilangan "Panglima" dimedan pertempuran politik Ibukota.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kenapa Boy begitu penting bagi PDI P Jakarta?. Menurut pengamat politik dari Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said Salahudin, Boy Sadikin merupakan motor PDI-P di DKI Jakarta. Menurut dia, ketokohan Boy di level provinsi tidak bisa dianggap remeh.

Boy, kata Said, pernah mengalahkan cucu Soekarno yang juga keponakan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, Puti Guntur Soekarnoputri, dalam Pemilihan Ketua DPD PDI-P DKI Jakarta periode 2015-2020.

Hal ini menunjukkan besarnya dukungan pengurus dan kader PDI-P di tanah Betawi kepada Boy. "Dalam catatan saya, Boy bahkan pernah menciptakan hattrick bagi PDI-P dalam kontestasi politik. Tahun 2012 dia memenangkan pasangan Jokowi-Ahok di Pilkada DKI, lalu tahun 2014 dia borong kemenangan PDI-P dalam pemilu legislatif dan pemilu presiden di Ibu Kota," kata dia.

Sosok Boy yang sangat dekat dengan kader PDI P dan masyarakat membuat sosok Boy jadi panutan, apalagi ditambah dengan kecintaan penduduk Jakarta terhadap Ali Sadikin, ayah dari Boy.

Boy awalnya hanya mundur dari jabatannya sebagai Ketua DPD PDI P karena perbedaan pendapat diinternal PDI P terkait dengan reklamasi. Boy sangat menentang rencana reklamasi dan meminta fraksi PDI P di DPRD untuk mendukung Hak Mengajukan Pendapat (HMP), tapi tidak diacuhkan oleh fraksi PDI P.Puncak kekecewaan Boy sejak PDI P mengusung Ahok, Boy resmi mundur sebagai kader.

Sebenarnya pada bulan Agustus yang lalu, kader PDI P Jakarta bersama plt Ketua DPD, Bambang DH telah menyatakan menolak Ahok. Mereka bahkan menyanyikan lagu Ahok tumbang, dan itu menjadi viral. Menjelang penetapan Ahok sebagai Cagub, posisi Bambang juga diganti.

 

Sejak Boy mundur, ratusan kader PDI P Jakarta juga mengikutinya mengundurkan diri. Terkait dengan banyaknya kader PDI P yang membelot, mantan Ketua DPD PDIP DKI Jakarta Boy Sadikin membantah jika ada yang menudingnya membawa 'gerbong' kader PDIP untuk membelot dan mendukung pasangan lain. Dia mengatakan, banyak kader PDIP yang akhirnya keluar dari partai besutan Megawati Soekarnoputri karena sudah tidak sejalan lagi dengan visi misi partai berlambang banteng moncong putih itu.

DPP PDIP memastikan memberi sanksi tegas bagi kader mereka yang membelot dan mendukung pasangan cagub-cawagub lain.

"Kalau begitu konsekuensinya ya otomatis dia bukan anggota PDIP lagi," tegas calon wakil gubernur nomor urut dua yang juga Ketua DPP PDI P, Djarot Saiful Hidayat.

Djarot tidak mau ambil pusing soal isu adanya kader PDIP yang membelot. Bahkan dia mengaku sudah mengetahui siapa saja kader PDIP yang menyeberang dan memberi dukungan pada pasangan cagub-cawagub DKI lain.

 

PDI P: Ahok Bikin Rakyat Menangis

Perlahan tapi pasti, kader PDI P mulai berani menyatakan sikapnya. Dan pada Sabtu (3/12), ratusan kader PDI P mulai mengalihkan dukungan mereka ke Anies-Sandi. Dan kabarnya juga ada kader PDI P yang sudah mendukung Agus-Silvy, tapi belum berani deklarasi.

Seperti yang disampaikan oleh mantan bendahara DPC PDI P Jakarta Barat, M Sakrad. Menurutnya, alasan kepada dirinya bersama kader lain tidak memilih Ahok-Djarot dikarenakan tidak sesuai dengan keputusan partai. Pertama, mekanisme penunjukkan Basuki Tjahja Purnama (Ahok) tidak sesuai mekanisme partai, baik rekomendasi dari enam DPC maupun mendaftar.

"Katanya aspirasi dari bawah, ternyata 'digusur', ternyata tetap mendukung Mister bro Ahok," kata Sakrad, yang juga menjadi inisiator kegiatan "Deklarasi Dukungan Kader PDIP Anies-Sandi" dalam keterangan tertulisnya, pada Sabtu, 3 November 2016.

Kedua, penunjukan Ahok bertolak belakang dengan hati nurani kader di Jakarta Barat. Menurutnya, selama memimpin Jakarta, Ahok tidak sesuai dengan janji kampanyenya pada 2012 silam, misalnya soal penggusuran. "Katanya bakal membangun Jakarta baru yang lebih humanis. Faktanya, justru membuat warga menangis," ucapnya.

Sementara itu, Ketua Pengurus Anak Cabang (PAC) PDIP Kebon Jeruk Muhammad Ranto, mengakui bahwa partainya sedang mengalami kontra pandangan. "Bahkan, kondisinya sekarang bisa dibilang carut marut. Saya sangat sedih," ujarnya.

Pasalnya, masih banyak kader yang mengincar jabatan tanpa melalui prosedur yang diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). "Saya 'dirampok' kepengurusan saya oleh oknum-oknum yang tidak jelas," ungkapnya.

 

Ikuti tulisan menarik cristie lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu