x

Iklan

cristie

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

AHY Takut Debat Atau Takut Ingkar Janji?

debat calon Gubernur harus disesuaikan dengan agenda masing-masing

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Belakangan ini dimedia sosial ada keriuhan tentang Pilkada DKI, tetapi bukan terkait dengan substansi program atau visi misi kandidat. Keriuhan muncul akibat ketidak hadiran salah satu kandidat Cagub DKI dalam acara yang dilaksanakan stasiun televisi. Acara yang katanya debat mengupas visi-misi calon tersebut tidak dihadiri oleh kandidat nomor urut satu, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Karena tidak datang saat debat tersebut, AHY dibully oleh netizen dengan mengatakan AHY takut debat. Bahkan sampai ada yang membuatkan hastag #AHYTakutDebat segala demi menjatuhkan nama AHY. Lalu muncul pertanyaan publik, apakah benar AHY takut debat?. Harus diakui dua kandidat yang dihadapi oleh AHY adalah orang-orang yang berpengalaman baik di politik maupun Pemerintahan. Apakah faktor itu yang membuat AHY tidak datang?.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Layak untuk kita kupas, acara yang ada ditelevisi tersebut merupakan agenda debat tidak resmi dari KPU. Artinya acara debat t ersebut diatur sendiri oleh televisi yang menayangkannya, baik itu pembawa acara, materi pertanyaan sampai dengan waktu itu ditetapkan sendiri oleh stasiun televisi tersebut.

Artinya, ketiga kandidat merupakan tamu dan disuguhi kepada tatanan yang telah ditetapkan. Lalu bagaimana stasiun televisi menetapkan jadwal acara debat itu, apakah ada menanyakan kapan waktu yang disepakati bersama dengan seluruh kandidat, atau pihak penyelenggara menetapkan sendiri?. Jika sudah disepakati terlebih dahulu oleh seluruh kandidat, maka patut dipertanyaankan kepada yang tidak datang, apa alasannya.

Tapi jika waktunya ditetapkan sendiri, itu sangat tidak adil. Karena harus dipahami dengan begitu padatnya jadwal para kandidat, tentu mereka telah membuat agenda sendiri dan terjadwal hampir setiap hari. Menyamakan waktu ketiga kandidat sangatlah sulit, karena mereka punya gaya dan waktu berbeda satu sama lain.

Acara debat tentulah penting untuk mengetahui lebih dalam tentang program dan visi misi calon. Dengan adanya debat tentu akan membantu kandidat untuk menjelaskan lebih panjang lebar kepada pemirsa, khususnya kepada calon pemilih di DKI Jakarta. Tapi, jika acara debat dibuat berbenturan dengan jadwal yang telah direncanakan dan ditetapkan tim kandidat tersebut, akan menimbulkan dilema.

Misalnya, acara debat dibuat atau diberi tahu kepada kandidat 3 hari menjelang pelaksanaan dengan waktu yang telah ditetapkan. Ternyata disaat bersamaan, salah satu kandidat sudah punya janji dengan masyarakat untuk datang. Kondisi ini akan menimbulkan masalah untuk kandidat tersebut, satu sisi dia kehilangan kesempatan untuk menjabarkan programnya atau dianggap takut. Disisi lain, dia akan dicap sebagai pembohong oleh masyarakat yang telah dijanjikan pada waktu yang ditentukan tersebut.

Mungkin bagi kita yang jarang masuk televisi atau awam, kesempatan untuk masuk TV dan ditonton banyak orang akan jadi prioritas dan mencoba menjadwalkan ulang pertemuan dengan orang yang kita janjikan. Tapi calon pemimpin ini akan menjadi buah simalakama, karena belum jadi pemimpin saja sudah ingkar walaupun itu cuma kecil. Betapa besar kekecewaan masyarakat dengan ketidak hadiran kandidat yang telah berjanji tersebut, bisa jadi mereka tidak akan percaya lagi dengan kandidat tersebut meski programnya sebagus apapun.

Kembali ke AHY, mungkin yang patut ditanyakan terlebih dahulu adalah apakah AHY telah menyetujui dan menyanggupi untuk datang pada acara debat ditelevisi tersebut. Jika sudah, maka perlu dipertanyakan apa alasannya tidak datang. Jika AHY belum menyetujui atau menyanggupi, maka pihak penyelenggara perlu dipertanyakan apakah mereka tidak bisa mengubah jadwal yang bisa semua kandidat hadir tanpa harus mengingkari janji mereka.

Dibandingkan Ahok dan Anies, AHY mungkin berada pada posisi yang terlambat dalam bersosialisasi kepada masyarakat. Ahok merupakan petahana dan telah dikenal hampir seluruh masyarakat DKI Jakarta, begitu juga dengan Anies yang sebelumnya merupakan Menteri Pendidikan. Sadar dengan kondisinya yang pendatang baru, AHY lebih gencar dan sering bertemu masyarakat DKI Jakarta. Kalau melihat di televisi atau difoto mungkin sudah banyak yang tahu siapa AHY, tapi yang bertemu dan menyapa secara langsung mungkin masih sedikit. Itu juga mungkin yang membuat jadwal kunjungan AHY jauh lebih padat dibandingkan dua kompetitornya.

Jika memaksakan AHY untuk terus hadir dalam suatu debat tanpa mempertimbangkan janji yang telah dia buat, maka sama saja mendorong AHY ke jurang. Memaksa dia untuk ingkar janji kepada masyarakat yang merupakan pemilih nyata di Pilkada DKI Jakarta. Untuk itu, selayaknya pelaksana debat harus mempertimbangkan hal tersebut, jika memang ingin mencari pemimpin yang benar-benar amanah. Jangan sampai tujuan baik malah menjadi bahan untuk saling menyakiti atau menyebar fitnah.

Jika tidak dilakukan seperti itu, bisa saja semua pihak membuat agenda debat dengan seenaknya hati. Akan banyak yang dituduh tidak berani debat nantinya. Atau dibuatkan settingan agenda debat dimana salah satu kandidat kompetitor tidak bisa hadir, agar kandidat tersebut dicap tidak berani juga.

Sebagaimana yang telah ditetapkan oleh KPU DKI Jakartan, debat antarcagub-cawagub akan digelar tiga kali, yakni pada 13 dan 27 Januari 2017, serta 10 Februari 2017.

Debat tersebut akan disiarkan secara langsung oleh beberapa stasiun televisi. Hingga saat ini, KPU DKI masih melakukan kajian terhadap format yang akan digunakan dalam debat kandidat tersebut.

Ikuti tulisan menarik cristie lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu