x

Iklan

cristie

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tepatkah Strategi AHY Menyikapi Debat

lebih baik sering bersama rakyat dibanding sibuk berdebat. PIlkada DKI memilih pemimpin

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Debat kandidat yang resmi diselenggarakan oleh KPU DKI Jakarta akan dilakukan sebanyak 3 kali. Yakni 13 Januari, 27 Januari dan 11 Februari 2016. Artinya di luar dari agenda KPU tersebut merupakan debat "Liar" dan tidak ada keharusan untuk hadir. Lalu kenapa ketidakhadiran dalam acara debat yang dilaksanakan di luar agenda KPU dianggap sebuah dosa besar, dan dituduh takut?.

Debat kandidat itu penting dan harus. Makanya KPU membuat jadwal khusus untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat menilai calon pemimpin mereka. Dan di sana juga para kandidat diberikan kesempatan untuk menyampaikan visi-misi dan program kerja mereka jika terpilih.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tapi jika debat dilakukan terlalu sering juga tidak bermanfaat. Bagaimana jika para kandidat melakukan debat setiap hari, dan bahan debat itu-itu saja. Apakah memberikan pencerahan atau malah kontra produktif. Waktu yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk bersama rakyat malah dihabiskan untuk debat, hanya karena takut dibilang takut debat.

Bisa dibayangkan jika setiap media massa melakukan debat di DKI Jakarta. Maka tidak ada waktu lagi untuk para kandidat turun ke tengah masyarakat, mereka sibuk untuk agenda debat. Tujuannya bukan untuk memaparkan visi misi lagi tapi karena tidak mau dianggap takut debat dan menjadikan itu ajang untuk menjatuhkan lawan. Saling serang akan terjadi didebat, karena mereka akan mengulang itu ke itu saja bahannya.

Itu baru dihitung dari sisi media massa, bagaimana jika ada lembaga, ormas atau perguruan tinggi ikut mengadakan debat. Mungkin dari pagi hingga malam setiap hari akan debat terus menerus, tidak ada waktu untuk rakyat. Tidak pernah ada waktu melihat kondisi langsung masyarakat hanya demi menjaga citra jago debat atau jangan sampai dianggap takut debat.

Dengan agenda tiga kali debat oleh KPU sebenarnya sudah mencakup seluruh bidang yang ingin diketahui oleh masyarakat. Dan debat tersebut sudah terencana, baik dari sisi waktu, materi, panelis hingga disiarkan secara langsung oleh media. Agar diketahui oleh masyarakat secara terang benerang.

Jika memang tiga kali debat dianggap kurang, maka KPU harus menambah jadwal debat resmi. Agar tidak ada lagi celah untuk membunuh karakter seseorang karena tidak hadir dalam satu debat “Liar”.

Dalam hal ini, KPU juga harus bersikap dengan tegas. Jangan sampai dengan alasan jurnalisme maka setiap media berhak melakukan debat terselubung, dan menguntungkan salah satu kandidat atau merugikan kandidat lainnya 

Strategi AHY Sudah Tepat

Langkah yang dilakukan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan tidak hadir dalam beberapa kali debat “Liar” punya kelebihan dan kekurangan. Kekurangannya tentu munculnya sentiment negatif yang diciptakan para hatter dengan menyebarkan informasi bahwa AHY takut debat.

Sedangkan kelebihan yang bisa diambil oleh AHY adalah dirinya bisa menghabiskan waktu lebih banyak dengan masyarakat Jakarta secara langsung. Karena masyarakat yang ditemui itu langsung adalah pemilih yang sebenarnya karena memiliki KTP Jakarta, sedangkan acara di debat televisi belum tentu banyak orang DKI Jakarta.

Artinya tingkat efektifitas kunjungan langsung lebih terjamin dibandingkan dengan debat yang akan dia lakukan juga pada Januari mendatang. Bahan yang akan dikupas juga tentu akan sama dan solusinya tidak juga jauh berbeda. Jadi mungkin itu pertimbangan AHY mengambil sikap menunggu pertandingan resmi saja dalam memaparkan isi otaknya.

AHY juga dapat menghindari aksi saling serang diawal. Karena meskipun didalam acara televisi dibungkus dengan kata-kata jurnalisme tapi tetap juga akan berujung pada saling serang antar kandidat. Apalagi bahan yang sudah dipaparkan tersebut disampaikan berulang-ulang. Dengan menghindari aksi serang diawal AHY ingin menciptakan suhu politik lebih adem dan tidak terlalu cepat bergejolak. Itu mungkin muncul secara tidak sadar, karena sebagai anggota TNI yang sebelumnya menjaga keamanan Ibukota, AHY ingin kondisi damai di Jakarta tercipta.

Besar kemungkinan AHY akan menciptakan WAW efek jilid kedua. Waw efek pertama AHY adalah saat dia muncul tiba-tiba jadi kandidat, dan yang kedua muncul saat debat dengan memukau para pemirsa terutama warga Jakarta.

Tidak mungkin seorang yang punya gelar master di universitas terkemuka dunia tidak siap untuk berdebat. TIdak mungkin juga kan AHY mau maju jadi calon jika dia takut untuk berdebat. Untuk berperang saja dia berani, padahal itu bisa membuat nyawa nya melayang. Apaagi hanya debat yang taruhannya hanya sebuah kata bagus atau tidak.

Dan sudah banyak contohnya, orang yang menang di debat belum tentu mampu meraih kemenangan dalam perolehan suara sebenarnya. Dan orang yang seadanya tampil didebat, malah jadi pemenang. Karena mereka sering bertemu masyarakat dan menjelaskan program mereka secara langsung. Bukan hanya sekedar menonton dari televisi tanpa bisa bertanya atau menanggapi.

 

 

Ikuti tulisan menarik cristie lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB